Saga masih menatap ke arah Alex dengan pandangan penuh tanya karena jujur saja ia benar-benar bingung dengan apa yang kini di bicara kan oleh Alex. Telfon apa yang di maksud oleh Alex? Ah dan sekarang ia teringat bahwa ia sudah beberapa hari ini tidak menbawa handphone nya bersama dengan diri nya. Kini ka tampak bertanya lagi kepada Alex tersebut sekarang.
"Maksud Lo apa Bang? Gua sama sekali belum pernah dapat telfon dari Ara. Ah ya, satu lagi beberapa hari ini gua ga pegang handphone. Mungkin handphone gua di pegang sama Anya atau gua taruh di tempat yang ga bisa gua jangkau. Karena gua sama sekali ga tau kalo ada telfon." ujar Saga jujur.
Kini gantian Alex tang bertanya-tanya sebenarnya Saga sedang bicara jujur atau tidak. Namun jika dilihat dari matanya sekarang ini tampak bahwa Saga sedang jujur.
"Maksud Lo selama Lo nunggu Bian lo ga bawa handphone lo sama sekali? Why? Okay mungkin Lo emang ga bawa handphone Lo yang buat Lo ga tau kalo ada chat sama sekali. But why Lo ga bawah handphone Lo? Sepenting itu Bian buat Lo? Lo ga butuh kabar dari anak kandung Lo, Arga? Lo ga butuh Saga? Kalo aja Lo tetap bawa handphone Lo. Seengaknya kalo handphone Lo itu ada di Lo, Lo bakalan sadar kalo ada yang nelfon Lo." ujar Alex kepada Saga tersebut. Ia benar-benar tidak tahu mengapa bisa begini.
"Gua waktu itu ga kepikiran kalo bisa terjadi hal yang kayak gini Bang. Jujur aja gua ga ada kepikiran kalo gua bakalan kehilangan Arga secepat ini. Gua juga ga mau hal ini terjadi, gua ga mau kalo ini semua terjadi sama gua. Gua emang salah karena ga bawa handphone gua sendiri, gua tahu ini salah Bang. Gua juga menyesal sekarang. Tapi gua yakin kalo ini semua pasti ada yang nyembunyiin handphone gua. Gua bakalan tanya Anya besok." ujar Saga.
"Terserah Lo Saga, sekarang penyesalan Lo udah ga berguna. Selamat karena Lo udah buat anak Lo meninggal. Selamat juga karena Lo udah buat psikis Adara terguncang karena ini. Siapa ibu yang ga terguncang waktu ia kehilangan anak yang udah ia besarin sendiri. Fatalnya ia kehilangan anaknya itu karena bapak anaknya yang bodoh." ujar Alex kepasa Saga tersebut. Setelah itu Alex tampak terdiam dan sudah mengisyaratkan bahwa dirinya tidak ingin lagi mengobrol dengan Saga saat ini. Saga pun cukup paham dengan hal itu. Lagi pula sekarang juga Saga sedang memikikan kenapa semuanya bisa seperti ini. Kenapa dirinya bisa sebodoh ini. Seharusnya ia tak seperti ini atau mungkin seharusnya ia kemarin tidak pergi meninggalkan Arga.
Saga saat ini hanya diam saja dan ia sama sekali tidak bisa tidur, ia sekarang hanya bisa melihat jenazah Arga disana dan ia juga melihat Adara yang berada di dekatnya. Selama ini ia masih bertanya-tanya kenapa harus dirinya yang seperti ini, dan yang terpenting kenapa harus Adara yang menerima semua ini. Kenapa harus Adara yang ia temui pada saat itu? Kenapa tidak perempuan lain saja karena Adara sangat tidak layak mendapatkan semua ini. Harusnya Adara sekarang sudah bisa berhasil karena kepintarannya. Mungkin sekarang Adara sudah menjadi bos atau apa pun itu. Yang pasti mungkin saja ia bisa dikalahkan oleh Adara juga saat ini.
Namun semuanya tidak terjadi sesuai rencana Adara, ia yakin bahwa Adara pasti sudah punya plan besar dari hidupnya tentang masa depan yang akan ia raih, tentang cita-citanya dan tentang karirnya. Namun gara-gara Saga Adara harus melupakan semua itu, ini semua gara-gara kejadian satu malam yang mengubah hidup Adara. Saga sudah pernah menghancurkan hidup Adara, sehancur itu. Adara sempat bisa berhasil bangkit karena ia sudah memiliki Arga, tapi lagi-lagi Saga menghancurkan Adara untuk kedua kalinya.
Andai saja waktu itu ia bisa menahan dirinya atau andai saja waktu itu ia tidak meninum minuman sialan itu. Mungkin sekarang ia masih bisa hidup dengan tenang tanpa memikirikan bahwa ia sudah menyakiti sekaligus menghancurkan seseorang yang seharusnya tidak pernah ia sentuh.
"Ya. Ini semua salah gua. Bahkan gua ngehancurin kehidupan seseorang sebaik Adara dua kali dalam hidupnya. Apa terlalu keterlaluan kalo gua minta Tuhan buat mendekatkan gua dengan Adara? Apa terlalu keterlaluan kalo gua minta Tuhan buat bikin Adara jadi maafin gua? Apa gua terlalu keterlaluan kalo gua minta Adara buat hidup sama gua? Karena gua mau menebus dosa-dosa gua selama tujuh tahun ini," ujar Saga yang hanya bisa mengatakan itu dengan lirih sembari dirinya masih menatap jenazah anaknya tersebut. Anak yang selama ini baru ia ketahui keberadaannya belum lama ini, tapi dirinya tanpa sengaka sudah membuat anaknya pergi darinya dan Adara selamanya.
Wajar jika Adara marah kepada dirinya, ia memang pantas untuk mendapatkan marah itu. Kini Saga hanya disana dan semalaman ia tidak bisa tidur, pikirannya terus menerus membawanya ke pusat penyesalan paling dalam. Andai saja ia bisa menggantikan Arga, pasti ia akan melakukannya. Karena jika dirinya yang meninggal, setidaknya Adara tidak hancur untuk kedua kalinya dan Adara pasti tidak akan merasakan seperti ini. Namun bisa apa Saga? Dirinya hanya manusia biasa yang tidak bisa melakukan apa-apa. Yang terjadi sekarang, sudah menjadi kehendak Tuhan, ini sudah takdir-Nya.
Pagi hari akhirnya tiba juga, sekarang ini semuanya tampak sudah bersiap-siap dengan pemakaman dari Arga. Namun sebenarnya mereka semua tidak ada yang siap dengan pemakaman ini. Mereka semua masih terlihat tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi, mereka semua tidak percaya bahwa kini Arga telah meninggalkan mereka semua. Apalagi Adara yang sampai sekarang masih menangisi anaknya yant sangat malang itu.
"Adara, udah nangisnya ya. Kasian Arga kalo kamu nangis terus." ujar Alex kepada Adara tersebut. Adara saat ini hanya diam saja, ia tidak menjawab. Alex pun kini mendekati Adara dan ia memeluk Adara dengan erat.
Sementara itu saat ini Alga pergi ke rumah keluarga Adara. Ia bersama dengan Anya pergi kesana untuk melayat. Sekarang ini tampak mereka melihat banyak orang yang ikut berduka atas kehilangan dari keluarga Adara tersebut. Anya saat ini benar-benar merasa sangat bersalah, ia tadi sempat bertemu dengan Zean dan juga Sultan yang mana mereka berdua juga terpuruk sekarang karena rasa penyesalan mereka yang semakin membesar.
Bukan ini plan mereka untuk meminta maaf, bukan inj plan mereka untuk mengurangi rasa bersalah mereka kepada Adara, Saga dan Arga. Plan mereka adalah menyatukan keluarga tersebut agar menjadi keluarga kecil yang harmonis. Namun sepertinya Tuhan lebih sayang kepada Arga, karena Tuhan memanggil Arga terlebih dahulu. Mereka pun benar-benar sangat sedih.
Anya dan Alga mulai masuk lagi ke dalam, tatapan Anya melihat ke arah Saga lalu ke arah Adara yang masih tampak menangis daj terakhir ia menatap ke arah jenazah Arga. Andai saja ia tidak egois, semua ini pasti tidak akan terjadi. Namun sungguh jika harus mengatakan sekarang ia belum siap. Pasti Alga juga akan sangat marah besar kepada dirinya. Padahal dia tidak ingin jika Alga menjauhinya karena toh Alga baru saja pulih dan kembali padanya.
Ia tidak mau hal itu terjadi, ia masih membutuhkan Alga dalam hidupnya karena jauh didalam lubuk hati Anya, ia masih mencintai Alga, hanya Alga.
"Kasihan ya Saga sama Adara, gua ga bisa bayangin kalo jadi mereka kayak gimana Nya." ujar Alga kepada Anya yang masih ada di sampingnya.
"Iya Alga. Pasti sedih banget kalo kayak gitu." ujar Anya menjawab Alga. Kini mereka berdua masuk lebih dalam lagi, mereka semakin melihat kesedihan yang ada disana. Kesedihan yang berada di puncak tertingginya.
Saga kini melihat kakaknya yang baru datang, kakaknya itu datang bersama dengan Anya. Sebenarnya ia ingin bertanya sekarang kepada Anya tentang handphone tapi ia sepertinya tidak kuat jika harus bertanya sekarang jadi ia memutuskan untuk bertanya nanti saja. Lagi pula ini bukan waktunya.
Sekarang jenazah Arga dibawa menuju ke pemakaman umum yang ada di daerah sana. Mereka semua pun mengikuti jenazah tersebut hingga akhirnya sekarang sudah sampai di pemakaman. Adara semakin tidak bisa menahan dirinya, ia kini menangis sejadi-jadinya apalagi saat ia melihat jenazah Arga dimasukkan kedalam liang lahat itu. Semuanya juga bersedih disana, Alex saat ini ingin mendekati Adara untuk menenangkannya tapi Mamanya sekarang juga tampak lemas, begitupun juga dengan Papanya. Mereka sama-sama merasa menyesal atas kehilangan Arga dari mereka.
"Biar Saya saja yang menenangkan Adara." ujar Abraham pada Alex.
"Okay, tolong ya ham." ujar Alex dan diangguki oleh Abraham tersebut.
"Arga, kenapa kamu ninggalin Mama Arga. Jangan pergi Arga, Mama sayang sama kamu arga." ujar Adara tersebut dan sekarang Abraham tampak berada di dekat Adara, ia pun merangkul Adara seakan memberi kekuatan.
Hal itu tampak dilihat juga oleh Saga dari jauh karena Adara tidak ingin melihat Saga dekat-dekat dengan jenazah Arga. Namun hal itu kini malah membuat Saga semakin mendekat, saat mendekati itu juga liang lahat itu sedang dalam proses dikubur dengan tanah. Saga sekarang ini tampak sangat kacau, bahkan ia sekarang juga semakin lemas melihat hal tersebut.
"Saga, kamu yang sabar ya nak." ujar Mamanya kepada Saga tersebut.
"Mah, ini cuman mimpi kan Mah? Bilang kalo ini cuman mimpi Saga aja Mah. Tolong Mah, Saga ga mau kehilangan Arga Mah. Saga baru aja ketemu sama Arga, bahkan Saga baru saja bisa main sama Arga Mah. Kenapa Tuhan udah ngambil Arga Mah?" tanya Saga kepada Mamanya dengan sangat menyakitkan. Mata Saga sudah memerah dan mengeluarkan air mata juga.
"Saga kamu harus ikhlas nak, biarkan Arga tenang disana ya sayang. Kamu pasti kuat." ujar Mama Saga lagi tapi kini Saga masih saja menangis.
Bagaimana ia bisa kuat? Bagaimana bisa ia tidak menangis? Bagaimana ia bisa biasa saja ketika buah hatinya yang baru saja ia temukan belum lama ini kini sudah pergi, Arga pergi karena kesalahan Saga yang sangat fatal.