4

1579 Words
Arga sudah sepenuhnya terkubur saat ini, itu semakin membuat Saga dan juga Adara menangis dengan kencang. Adara saat ini masih ditenangkan oleh Abraham. Abraham tampak benar-benar mengerti apa yang sekarang yang diperlukan oleh Adara, yang ia perlukan adalah pelukan dari seseorang. Abraham memberikan pelukan itu yang mana membuatnya bisa sedikit tenang juga sekarang ini. Sebenarnya Abraham tampak tak menyangka bahwa ternyata kisah Adara benar-benar serumit ini, sangat rumit sekali. Selain itu, kisah Adara juga sangat menyakitkan jika benar-benar dirasakan. Adara sekarang tampak menatap ke arah Saga yang kini masih terlihat menangis sembari melihat ke makam Arga itu. Adara kini tampak mendekati Saga dan ia pun memukul d**a Saga, mengerahkan segala sisa-sisa tenaga yang ia punya untuk memberikan Saga rasa sakit yang ia rasakan sekarang. "Kenapa Saga, kenapa kamu tega banget sama Arga. Arga ga ada salah apa-apa sama kamu. Kenapa kamu bunuh anakku Saga! Kenapa!" teriak Adara kepada Saga yang kini masih menangis, Adara juga memukul d**a Saga meskipun tenaga dari pukulan itu tak ada artinya bagi Saga. Karena mau bagaimana lagi, Adara sekarang begitu lemah dan ia juga begitu lemas disini. "Kenapa kamu diam aja Saga! Jawab aku kenapa kamu tega banget! Arga, anak aku yang malang sekarang udah ga bisa lagi nemenin hari-hari aku dan itu semua gara-gara kamu. Coba aja kalo kamu ga muncul, semuanya ga akan jadi seperti ini. Kamu ga boleh ada disini Saga. Kamu ga pantas ada disini, kamu Papa yang gagal sejak awal. Kamu Papa yang ga pernah berhasil menjadi seorang papa." ujar Adara kepada Saga tersebut, hati Saga kini semakin sakit mendengar cacian dan makian dari Adara tersebut, sangat sakit. Namun ia juga tidak bisa memungkiri bahwa Saga sekarang juga setuju dengan apa pun yang dikatakan oleh Adara, ia merupakan penyebab ini semua. Ia penyebab darah dagingnya pergi untuk selama-lamanya dari dunia. Tuhan, kenapa enggak aku aja yang Engkau panggil Tuhan? Kenapa harus Arga? Kenapa bukan aku saja Tuhan? Kenapa Engkau begini kepada hamba? Kenapa Engkau membuat Adara menangis lagi karena hamba. Tuhan, hamba sudah tidak bisa melihat Adara hancur karena hamba, hamba tidak sanggup lagi menjadi pusat kehancuran dari Adara. Batin Saga tersebut. "Adara, A-aku minta maaf Ra. Aku ga ada niat buat kayak gitu Ra. Kamu harus percaya sama aku, aku sayang sama Arga. Ga mungkin aku punya niatan kayak gitu Ra." ujar Saga kepada Adara tersebut, ia juga meminta maaf kepada Adara. Pikirannya sekarang benar-benar kacau, bahkan juga diirnya pun terlihat snagat kacau. Ia kacau hari ini, ia akan hacau hingga hari esok. Kehilangan Arga bukan lah suatu yang mudah diterima oleh Saga maupun Adara, Adara kini menangis meraung-raung hingga akhirnya kegelapan menyapa dirinya. Sekarang ini Adara pingsan dan akhirnya ia dibawa pergi oleh Abraham. Abraham membawa Adara pulang karena kondisi Adara yang tidak baik-baik saja. Kini Keluarga Adara pun juga pergi dari sana kecuali Alex. Alex tetap berada disana dan duduk disana pada saat ini juga. Sultan dan Zean saat ini menangis melihat sahabatnya itu menangis. Ah entahlah apakah mereka masih bisa menyebut Saga sebagai sahabat mereka atau tidak karena mereka benar-benar sudah kelewatan menjadi sahabat Saga. Semua kemalangan ini tidak akan terjadi jika mereka tidak bodoh. Mereka berdua adalah penyebab dari semua ini terjadi dan sampai sekarang pun mereka masih merasa sangat bersalah sampai sekarang, satu-satunya cara untuk meringankan beban mereka yang dulu adalah dengan cara mempersatukan Saga, Adara, dan Arga. Namun sekarang sepertinya hal itu tidak bisa mereka lakukkan karena Arga sudah pergi mendahului mereka dan tanpa Arga kemungkinan Saga bisa bersatu drngan Adara sangat kecil. Bahkan sepertinya tidak akan ada kemungkinkan kecil tersebut karena sekarang Adara juga sangat membenci Saga. Adara kemungkinan tidak akan pernah bisa memaafkan Saga sampai kapan pun. Meski pun mereka berharap bahwa maaf itu masih bisa mereka dapatkan juga nantinya. "Ze, andai aja waktu itu kita ga main-main Ze. Semua ini ga bakalan terjadi Ze. Andai aja kita ga bodoh waktu itu. Gua ga nyangka kalo waktu itu bakalan menimbulkan hal yang ga bisa diterima sekarang. Kehilangan butuh waktu yang lama untuk penyembuhan Ze." ujar Sultan kepada Zean itu. "Sayangnya baik gua atau Lo sama-sama bodoh Tan. Gua bakalan lebih tenang andai gua aja yang gantiin posisinya Arga. Andai gua aja yang meninggal Tan. Gua bakalan lebih tenang kalo kayak gitu. Mungkin emang dulu gua benar-benar ketakutan kalo aja apa yang gua sama Lo lakuin itu diketahui sama Saga dan Saga bakalan bunuh kita. Tapi sekarang? Gua nyesel, bahkan gua pingin mereka tahu dari dulu, Saga tahu dari dulu. Seengaknya kalo gua mati, gua mati dengan tenang." ujar Zean tersebut. "Ya Ze, seengaknya juga kalo kita ngaku lebih awal Saga bisa lebih punya banyak waktu sama Arga dan Adara. Seengaknya kita bisa menambah waktu kebersamaan mereka. Semua ini salah kita Ze." ujar Sultan kepada Zean. Sementara mereka saat ini sedang bersedih, mereka juga tampak melihat ke arah Anya. Harusnya Anya mengaku sebelum mereka pergi dari pemakaman. Namun sampai sekarang juga Anya sama sekali belum mengaku dan wajahnya kini dipenuhi dengan ketakutan dan juga peluh. Anya yang sadar ditatap itu tampak melihat ke arah Sultan dan Zean, ia tahu bahwa mereka pasti sedang menunggu pengakuannya. Namun ia masih butuh sedikit waktu lagi, ia belum bisa seperti ini terlebih dahulu. Kini ia tampak menatap lagi ke arah Sultan dan Zean, Sultan membawa handphone yang ia yakini berisi rekaman pengakuannya saat mereka mengobrol hal itu. Sementara itu Saga sekarang tampak sudah terduduk didekat makam anaknya itu. Saga benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana ia bertindak, yang pasti sekarang ini Saga benar-benar kehilangan. Ia memeluk makam anaknya itu seakan-akan ia tidak ingin kehilangan dan pergi dari sini sekarang. Saga tahu bahwa ini sangat tidak boleh, seharusnya ia ikhlas akan kepergian dari anaknya itu. Namun jujur saja sekarang ia belum bisa ikhlas. Hatinya masih sangat kehilangan, ia belum bisa merasakan keikhlasan itu. "Arga, Papa datang Arga. Katanya Arga mau liburan bareng sama Papa dan Mama, tapi kenapa Arga sekarang pergi Nak. Jangan pergi dulu Nak. Jangan pergi ninggalin Papa. Papa sayang banget sama kamu nak. Arga, Papa sayang sama kamu. Kenapa kamu pergi." ujar Saga dengan menangis. "Saga, kamu jangan bilang gitu sayang. Biarkan Arga tenang disana, biarkan Arga bahagia disana. Sekarang Arga udah ga sakit lagi sayang. Jadi kamu jangan kayak gitu. Ikhlaskan Arga, biar Arga bisa tenang dipangkuan Tuhan. Jangan tahan Arga lagi sayang." ujar Mama Saga kepada Saga itu. "Tapi ini semua salah Saga Mah, ini semua salah Saga. Saga udah bunuh anak Saga sendiri. Saga ga pantas untuk hidup Mah. Harusnya Saga mati aja. Harusnya yang mati bukan Arga tapi Saga Mah." ujar Saga tersebut saat ini. Hal itu membuat Sultan dan Zean semakin merasa bersalah, ia pun sekarang menatap ke arah Anya tersebut. Mereka harus segera mendapat pengakuan dari Anya karena jika tidak maka Saga bisa memikirkan hal buruk lainnya. Mereka semakin menatap ke arah Anya dan sepertinya ini lah saat yang baik. Ini saat yang harus ia lakukan untuk mengakui kesalahannya itulah. Anya hanya berharap bahwa ia mampu mendapatkan maaf dari yang lainnya, ia berharap bahwa nantinya dirinya akan mendapatkan pengampunan atas apa pun yang telah ia lakukan. Atas kesalahannya terbesarnya yaitu telah membuat Arga meninggal tanpa ia sadari bahwa ia melakukan hal buruk itu. Ia harus mengakui semuanya sekarang sebelum Sultan dan Zean bertindak. "Saga, aku mau ngomong sama kamu." ujar Anya tersebut pada saat ini. Semuanya pun tampak menatap ke arah Anya tanpa terkecuali, tentu mereka sekarang penasaran apa yang akan dilakukan oleh Anya tersebut. Sekarang Anya tampak mendekati Saga yang masih duduk bersimpuh di dekat makam Arga. Sebenarnya Anya bener-bener sangat takut sekali saat ini. "Saga, aku mau bilang sesuatu sama kamu. Sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu dulu. Ga cuman kamu tapi sama semua. Aku minta maaf karena selama ini yang nyembunyiin handphone Saga itu aku. Aku yang nyembunyiin handphone Saga sampai ga bisa di hubungi. Tapi aku sama sekali ga ada maksud buat bikin Arga kayak gini." ujar Anya kepada mereka semua yang mana kini mereka sangat terkejut, Saga juga sekarang tengah berusaha untuk bangkit. Ia sama sekali tidak percaya dengan apa yang kini telah ia dengar itu. Bagaimana bisa Anya menjadi Anya yang seperti ini itu? "Apa tadi kamu bilang Nya? Kamu yang nyembunyiin handphone aku? Tapi kenapa Nya? Kenapa kamu ngelakuin hal kayak gitu? Kamu lihat Nya. Gara-gara ulah kamu sekarang aku kehilangan anak aku Nya." ujar Saga itu. "Aku minta maaf Saga, aku ga tau kalo semuanya bakalan jadi kayak gini Nya. Aku bener-bener minta maaf. Aku cuman waktu itu aku terlalu egois, aku ga mau kalo kamu bagi waktu kamu dengan yang lainnya karena waktu itu kamu lagi sama Bian. Aku ga mau Bian kecewa, tapi sumpah aku ga ada niatan untuk ini semua Saga. Aku minta maaf." ujar Anya merasa bersalah. "Kamu minta maaf Nya? Apa sekarang maaf kamu itu bisa ngembaliin Arga ke aku Nya? Apa permintaan maaf kami bisa ngembaliin kebersamaan aku sama Saga? Ga bisa Nya! Apa kamu ga pernah berpikir sebelum melakukan tindakan Nya!!" teriak Saga sembari memegang bahu Anya dan menggoyangkan dengan cepat. Sungguh Saga sangat kesal sekali saat ini. "Aku minta maaf Saga, maaf." ujar Anya yang kini tengah menangis juga. Sementara itu yang lainnya tampak menatap ke arah Anya dengan pandangan yang tidak percaya, termasuk juga dengan Alga. Ia tak percaya bahwa seseorang yang ia cintai itu kini melakukan hal yang begitu bodoh. Entah apa yang membuat Anya menjadi seperti itu karena dulu Anya tidak begitu. Anya yang ia kenal bukan Anya yang seperti ini. Ia seperti sudah mulai kehilangan Anya yang dulu. Ia tidak mau hal itu terjadi pada kehidupannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD