"Saf, tumben pakai sweater. Wajahmu juga pucat. Kamu sakit?" Kania selalu seperhatian itu pada Safia. Terlebih jika ada hal berbeda yang tertangkap oleh matanya, sudah barang tentu akan menimbulkan kecurigaan. Apalagi Safiq juga sudah mewanti-wanti agar Kania menjaga Safia. “Hanya sedikit masuk angin saja, Kan.” “Sudah minum obat?” Kepala Safia menggeleng. “Nanti saja aku buat teh hangat.” “Kamu yakin hanya masuk angin saja? Enggak sedang hamil kan?” tanya Kania penasaran. Pasalnya wajah Safia tampak pucat dan tidak semangat. “Enggaklah.” “Kamu masih rutin minum pil pencegah kehamilan, Saf?” Safia mengangguk. “Aku juga belum seingin itulah, Kan, punya anak dari Mas Arya. Apalagi sikap Mas Arya bukannya berubah malah makin memburuk semenjak mengenal Wina.” Kania menghela napas panja