Dentingan suara yang dikeluarkan saat Reyna mengeluarkan kemampuan ultimatumnya membuat semua pemain High Scholarmen bergidik ngeri. Hanya sisa tertinggal dua orang dalam tim mereka sedangkan dari tim Red Dragon masih tersisa 3 orang. Terlihat dari kasat mata memang pihak Red Dragon mengungguli posisi permainan ronde kali ini. Namun untuk sekarang tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi dalam match ini. Semua posisi bisa dibalikkan dan juga dikembalikan dengan aman dalam satu tembakan.
Pemain High Scholarmen berusaha untuk bersembunyi di balik lorong side A, menunggu untuk Fanzy datang dan menembaknya secara tiba-tiba. Karena setidaknya jika Fanzy datang kepada mereka, dia setidaknya bisa tahu kalau nantinya kemampuan ultimatum yang dipakai oleh Fanzy akan habis jika tidak digunakan dengan tepat waktu dan dia akan berakhir menyia-nyiakan apa yang tengah dipakai dalam kemampuan ultimatumnya.
Dengan membawa sebuah senjata operator notabene itu adalah senjata sniper jarak jauh, Fanzy malah nekat menghampiri para pemain High Scholarmen yang memakai senjata jarak dekat seperti judge maupun Odin. Dia terlihat tidak gentar untuk menghadapi mereka sendirian melawan dua orang pemain yang tak kalah jago di dalam gim ini. Fanzy memang terkenal akan kemampuan memiliki aiming flicknya yang sangat cepat namun juga akurat di saat yang bersamaan. Dia berhasil membuat semua musuh di hadapannya bisa gentar dan juga tersentak di saat yang bersamaan membuatnya terkaget mirip seperti seorang pembunuh berdarah dingin.
Personil Red Dragon lainnya yang masih sedang membawa spike atau bom langsung saja melakukan rotasi di side lain. Side yang notabene sangat jauh dan sulit untuk ditempuh dengan tepat waktu oleh orang lain jika tidak karena akan menyebabkan kekalahan yang fatal karena tidak bisa berkoordinasi dan juga mengatur aturan berjalannya waktu. Pekerjaan menjadi seorang defender sebenarnya cukup mudah, dia seharusnya hanya menunggu musuh untuk datang sampai mereka terkecoh dan waktu hampir habis. Namun yang menjadi pr dan tantangan tersendiri bagi seorang defender adalah bagaimana caranya mengetahui dimana letak lokasi musuh akan datang dan bagaimana caranya agar bidikan yang mereka kirim ke arah musuh bisa terkena dan langsung menewaskannya dalam sekali tembakan. Setiap peluru dan juga tembakan di dalam game ini sangat berarti setiap detiknya karena akan menjadi nilai penilaian tersendiri di akhir game. Dan High Scholarmen saat ini menurut statistik sedang bekerja dengan sangat baik.
Red Dragon sudah memasang spike atau bomnya di site. High Scholarmen yang mendengar bunyi dentingan jam akan terjadinya pemasangan Spike langsung saja kabur dari tempat persembunyian mereka setelah berencana untuk mencegat Fanzy menyerang dengan ultinya. Mereka ingin segera lari dan enggan bersembunyi lagi dari Fanzy. Dua pemain High Scholarmen yang tersisa ini adalah pemain yang menggunakan karakter Raze dan juga Jett dimana memiliki kemampuan mobilitas yang sangat tinggi sulit sekali untuk dibidik maupun diincar oleh musuh dengan tembakan dewa tersebut.
Fanzy bisa mendengar kalau pemain High Scholarmen sedang berusaha lari dari kejarannya, dia mendengar skill dari Raze berbunyi meledakkan bomnya dan meluncurkannya ke atas. Dengan satu bidikan tembakan dari Fanzy, dia gagal untuk mengenai player itu tepat sasaran. Namun karena tahu kalau Fanzy sedang memegang senjata operator, tidak ada pemain High Scholarmen ingin berkonfrontasi dengan Fanzy secara langsung. Karena mereka tahu jika mereka menghadapinya maka otomatis jidat ataupun dagu mereka sudah ditandai oleh Fanzy dan terkena satu tembakan mau mengenai tubuh mereka dan berakhir kekalahan yang sangat tidak diinginkan. Terpaksa mereka harus kabur menggunakan skill yang masih tersisa di dalam kantong mereka.
Dengan kemampuan mobilitas yang masih tersisa, pemain High Scholarmen berhasil mendekat menuju ke dalam site. Namun mereka tidak langsung mencoba untuk berkonfrontasi dan membuat kehebohan di dalam site. Mereka tahu kalau pemain Red Dragon pasti sudah menunggu mereka di dalam sana. Mereka berusaha untuk mengeluarkan sebuah bom atau sebuah asap yang menghalangi pandangan Red Dragon dalam mencoba membidik mereka dengan tepat. Tak lama kemudian, pemain pemain High Scholarmen langsung saja masuk ke dalam site dan mencoba untuk mencari para pemain Red Dragon yang tersisa.
Mereka mulai menembak ke segala arah, termasuk di dalam dinding-dinding hanya untuk mencari tahu bilamana para pemain Red Dragon sedang bersembunyi di dalam sana dan juga mencoba untuk menjebak pemain High Scholarmen saat berada di dalam area asap.
Benar saja, para pemain Red Dragon langsung keluar dari tempat persembunyian mereka dan mencoba untuk menghadapi pemain High Scholarmen secara langsung. Dia menembakkan beberapa tembakan sebagai pengingat kalau para pemain Red Dragon sudah di sana dan bersiap untuk melakukan konfrontasi. Area di dalam site ini sebenarnya area yang cukup sulit untuk digunakan area untuk saling tembak menembak karena ada objek yang bisa membuat mereka naik ke atas dan ke bawah sehingga aim controlling tidak bisa di taruh dengan cepat dan harus menggunakan koordinasi yang cepat.
Karena bersembunyi di dalam asap, para pemain Red Dragon kebingungan bagaimana caranya mencari lokasi dari para pemain High Scholarmen. Mereka menembak ke segala arah dan juga termasuk ke dalam area asap itu. Namun tidak ada dari tembakan mereka berhasil menembus kulit musuh. Dan yang terjadi selanjutnya sungguh sangat menegangkan dan mengenaskan. Dari belakang, para pemain High Scholarmen sudah memegang pisau dan siap untuk menikam pemain Red Dragon dari belakang. Sebuah aksi yang sangat ekstrim dan riskan untuk dilakukan tapi entah kenapa pemain High Scholarmen berhasil.
Aksi membunuh dengan menggunakan pisau merupakan salah satu aksi di mana dianggap sebagai mempermalukan dalam permainan. Bagaimana tidak, di dalam permainan yang dituntut untuk harus menggunakan skill membidik dan juga tembakan yang tepat malah mereka membunuh menggunakan pisau notabene senjata jarak dekat dan tak memerlukan bidikan akurat.
Tak ingin mengulur waktu lebih lama, para pemain High Scholarmen langsung saja mendefuse atau mencoba untuk menjinakkan bom yang telah dipasang oleh Red Dragon. Bom itu sebenarnya masih memiliki waktu yang lama untuk diledakkan. Namun jika mereka berhasil menjinakkannya, maka mereka sudah bisa dianggap dan dipastikan sebagai seorang pemenang.
Saat Raze mencoba untuk mendefuse bom tersebut, betapa kagetnya dia saat menerima sebuah tembakan Operator tepat di leher kirinya, menewaskannya secara instan dan menggagalkan upayanya untuk menjinakkan bom tersebut. Fanzy ternyata sudah membidik bom tersebut sehingga orang yang akan menjinakkannya akan menjadi sasaran tembakannya. Sekarang hanya tersisa duel antara Jett dan juga Fanzy. Dia sebenarnya bisa saja menahan Fanzy dengan menggunakan bom asapnya, namun rasa-rasanya percuma saja karena Fanzy sudah mengetahui dimana lokasi dari bom dan kemungkinan dimana orang itu berada.
Namun Jett memberanikan dirinya sendiri, dia masih memiliki kemampuan dash tersisa, dia mencoba untuk melakukan konfrontasi langsung kepada Fanzy. Dia harus mendekatkan jaraknya ke Fanzy karena menggunakan senjata jarak dekat. Namun saat Jett melakukan dashnya tepat ke arah hadapan Fanzy, dia sudah mengetahui dimana lokasi Fanzy berada dan menembaknya tepat di bibir Jett. Menewaskannya secara langsung dan membuat tim Red Dragon memenangkan turnamen ini.