CH.36 New Plan

1806 Words
Rasyid duduk di salah satu kursi taman dengan pemandangan lampu kerlip warna warni. Dia beberapa kali melihat am tangan untuk memastikan waktu yang dijanjikan sudah tiba apa belum. “Woii, lama ya nungguinnya,” kata seorang pria yang sebaya dengannya sambil menepuk punggungnya. Rasyid hanya menghela napas. Pria itu duduk di sampingnya dan mengedarkan pandangan ke sekitar. “Elu ga salah ngajak kita ketemuan di sini, ntar dikira kita maho lagi,” kekehnya tapi Rasyid hanya mendengkus. “Baguslah berarti aku ga perlu bikin alasan lagi buat bikin cewek-cewek itu jauh dariku,” kata Rasyid cepat. Pria itu hanya menghela napas karena candaannya tak membuat suasana hati lawan bicaranya jadi baik. “Aku mau minta tolong sama kamu,” kata Rasyid cepat. Belum sempat pria itu bertanya Rasyid sudah mengutarakan tujuannya. “Aku ingin kamu bantu Asmara untuk menunjukkan bagaimana tingkah suaminya termasuk anak hasil perselingkuhan mereka. Biarkan Asmara tahu soal itu dan kalau bisa mereka harus bercerai,” urai Rasyid. Pria itu mengerutkan dahinya, “Kenapa harus aku?” tanyanya tak mengerti. “Karena kamu mantan suaminya Sinta selingkuhannya Devio, jadi jika kamu yang jelasin ke Asmara dia lebih percaya sama kamu daripada aku yang jelasin, aku minta tolong sama kamu Al, cuma kamu yang aku percaya buat lakuin ini,” kata Rasyid serius. Aldo bisa melihat keseriusan itu dari sorot mata Rasyid, selama dia mengenal sepupunya ini dia tak pernah melihat Rasyid sampai serius ini kepada kehidupan orang lain. Jadi apa benar dugaan mereka selama ini jika ssepupunya ini mencintai Asmara. “Kasih aku satu alasan, karena jujur aku enggan mengurusi hal semacam ini lagi. Bangkai itu pasti akan tercium juga tanpa kita melakukan apapun,” ujar Aldo tanpa dosa. Rasyid diam. Keduanya hening hanya suara berisik kendaraan di jalan dan riuh orang di sekitar mereka yang terdengar. “Kalo kamu ga punya alasan pasti kenapa aku harus melakukannya sedangkan aku dan Sinta udah ngajukan perceraian tinggal nunggu surat resmi aja kok,” kata Aldo. Pria itu berdiri dan bersiap meninggalkan sepupunya itu sampai satu kalimat masuk dalam pendengarannya. “Aku ingin memilikinya, aku akan menikahinya begitu dia bercerai dari Devio,” ungkap Rasyid. Aldo yakin kali ini dia bermimpi dan pendengaran bermasalah. Aldo kembali duduk dan mendekat kepada sepupunya itu. “Miliki dia, okeh itu hak kamu, tapi menikahinya, kamu serius?” tanya Aldo tak percaya. Rasyid menghela napas, “Sebatas keinginan tapi aku ga tahu apa yang aku rasakan,” jujur Rasyid. “Aku bakal nanya seribu kali why untuk ini,” kata Aldo cepat. Rasyid menatap sepupunya, “Responsibility, regret, my mind full of those feeling and it tortures me,” ucap Rasyid. Aldo bungkam. Rasyid mssa bodoh jika sepupunya ini meledeknya atau menyebarkan kepada semuanya, tapi memang itulah yang penuh dalam pikirannya kali ini. Jika saja dia bisa mengulang semuanya dan berani bertindak sejak dulu, dia tidak akan membiarkan Asmara ada dalam kubangan macam ini. “Bukankah kamu bisa menjaganya seperti sekarang jika memang itu hanya rasa tanggung jawab dan penyesalan,” timpal Aldo yang memang tak mengerti apa yang dipikirkan oleh sepupunya ini. “Aku tahu itu dan semakin aku menjaganya seperti sekarang rasanya aku semakin merasa bersalah kepadanya. Kamu tahu kan semua sskenario perselingkuhan ini sengaja dibuat oleh Andi mantan kekasihnya melalui Sinta yang membuat dia menggoda Devio kembali,” kata Rasyid. Aldo menyerah, dia tak sepenuhnya paham kenapa saudaranya sampai seperti itu. Lalu, dia ingat satu hal, “Bagaimana pertunanganmu dengan Laila?” tanya Aldo pelan. Rasyid terkekeh mendengarnya dan menepuk pundak sepupunya itu. “Tenang Brother, sesuai janjiku kalo dia ga bakal aku apa-apain, dia tetap bisa kamu kejar sepenuhnya,” ucap Rasyid dengan senyum penuh arti membuat Aldo jadi kikuk. “Dia masih sayang sama kamu, kejar dia. Buktikan sama keluarganya kalo kamu juga layak buat dia, urusan orang tuaku, aku yang beresin kamu ga usah bingung, toh mereka sudah tahu kalo kamu dan Laila saling mencintai,” jelass Rasyid. Aldo kaget dan tak percaya dengan apa yang dikatakan Rasyid. “Jangan bohong,” sahut Aldo cepat. Rasyid mengangguk, “Nenek Isna bilang sama aku sebelum aku ke sini,” timpal Rasyid yakin. “Bantu aku dapetin Asmara, aku bujuk Laila buat balikan sama kamu, gimana?” usul Rasyid penuh harap. Aldo berdiri, Rasyid mengikuti gerakan Aldo, “Gue bantuin tapi bukan karena Laila, tapi karena aku mau tahu sampai kapan kamu menolak mengakui kalo kamu sayang sama Asmara,” kata Aldo menepuk pundak Rasyid. Rasyid bengong. Aldo meninggalkan sepupunya itu begitu saja. “Woi, garansi aku ga cinta sama dia, ngeyel banget sih,” teriak Rasyid dan mengikuti langkah Aldo meninggalkan taman kota tempat mereka bertemu. *** Rasyid memutar pen yang dia pegang sembari satu tangannya menyangga kepalanya. Sedari tadi dia masih bermain dengan pen itu dengan pikirannya yang masih berjalan-jalan entah kemana. Beberapa menit lalu, dia membaca pessan dari Aldo jika Asmara sudah dia tunjukkan bukti tapi wanita itu lebih memilih diam dan tak percaya dengan apa yang Aldo katakan. Aldo sempat ingin menyerah dengan semua ini, tapi Rasyid kembali mengingatkan jika tugasnya belum selesai. Dia tak melarang sepupunya itu untuk berhenti sejenak tapi bukan untuk selamanya. Dia meletakkan pen dan mengambil ponselnya. “Ed, datang ke ruanganku sekarang ya, sama Dika juga,” perintah Rasyid dan dia mengakhiri panggilannya. Tak sampai sepuluh menit keduanya datang dengan pandangan sulit dimengerti membuat Rasyid mengerutkan dahinya. “Ada masalah?” tanya Rasyid polos. Dika meletakkan tablet yang dia bawa dan dia menunjukkan satu foto kebakaran di salah satu perkebunan. Rasyid menggeser dan membaca berita itu. “Ini perkebunan sawit dan kayu milik WB di Indonesia?” tanya Rasyid dan Dika mengangguk. “Defisit berat Bro, kita harus ngajukan pinjaman, keuangan WB ga bisa bantu kalo buat cover semuanya,” kata Dika. Rasyid lupa apa yang menjadi tujuannya memanggil mereka dan memijat keningnya. Bagaimana cara dia menutup kerugian ini? Bukannya dia tak memiliki uang sama sekali tapi uang pribadi yang dia miliki pasti bisa membantunya, tapi masalahnya mengeluarkan uang pribadi dalam jumlah besar bisa jadi bahan taruhan ayahnya nanti. “Aku tahu apa yang kamu pikirkan, kalo kamu ga mau ambil dana pribadi, kita bisa pinjam bank jaminannya suarat-surat berharga yang kita miliki bisa aja,” kata Dika. “Kesempatan orang-orang buat ambil alih WB kalo gini, pasti yang serakah itu bakal bersorak,” kata Rasyid dan keduanya mengangguk. Dika menyadari jika Rasyid tak sadar soal kejadian ini berarti ada hal lain yang mau dia bicarakan. Dika berdehem untuk mengembalikan fokus. “Tapia pa yang membuatmu memanggil kita kemari?” tanya Dika melirik Edgar juga. Rasyid kemudian teringan dengan tujuannya sebelumnya. Dia berdiri dan mengajak semuanya untuk duduk di sofa. Rasyid menghela napas pelan. “Kejadian liburan kemarin, obrolanku dengan Kendra, permintaanku sama Aldo membuatku berpikir banyak hal,” kata Rasyid pelan. Keduanya masih diam menunggu Rasyid mengungkapkan semuanya. “Di saat yang sama, Oman bilang kalo perselingkuhan itu direncanakan oleh Andi sendiri untuk mendapatkan Asmara kembali berdasarkan perjanjian dengan Marques. Pria menjengkelkan itu hanya ingin hidup Asmara hancur setelah pernikahannya sehingga aku tergerak untuk membantunya,” kata Rasyid. “Jadi Marqques memang ingin menikmati penderitaanmu,” timpal Dika dan Rasyid mengangguk yakin. “Karena itu aku akan ikuti alurnya tapi aku harus membuat sedikit improvisasi,” ungkap Rasyid. “Improvisasi?” gumam Edgar. Rasyid menatap Edgar tajam. “Edgar, mulai sekarang kamu yang bertugas untuk jagain Asmara, laporan masih 24 jam, tapi kejadian yang membuat Asmara tidak dalam keadaan baik-baik saja, harus kamu laporkan,” perintah Rasyid. Edgar tentu saja kaget mendengar hal itu tak terkecuali Dika. Dia tak tahu apa yang ada dalam pikiran Rasyid kenapa dia menugaskan orang yang paling dia percaya untuk jauh dari dirinya. “Elu sinting, apa gila?” umpat Dika seketika. “Kita tahu banget selama ini Asmara dalam keadaan baik-baik saja, tidak ada pergerakan yang berarti dari Marques atau siapapun itu, tapi kenapa kamu malah minta Edgar jagain dia, pengawal yang lain kan banyak,” cerocos Dika tak setuju. “Bisa jadi itu hanya gertakan dari Marques hanya untuk menyalakan panic alarm darimu,” Dika menyimpulkan. Rasyid menggeleng, “Dia hanya mencari kelemahan untuk melakukan semua itu,” ucap Rasyid. “Kalau begitu kamu tak seharusnya berada dalam pusaran Asmara, dengan begitu Marques akan berpikir kamu itu tak peduli dengan wanita itu,” usul Dika membuat Rasyid kesal. “Ga bisa, dan ga akan pernah aku lakukan seperti itu!” bentak Rasyid membuat semua orang kaget. “Saya tidak setuju Bos, saya bisa mengganti pengawal safari terbaik untuk menggantikan pengawal yang sekarang, tapi saya tidak akan meninggalkan tugas utama saya menjaga Anda,” kata Edgar cepat. “Aku Bosnya dan aku ingin kamu melakukan apa yang aku perintahkan,” kata Rasyid mulai meninggi. “Bo situ harusnya bisa berpikir mana yang prioritas dan mana yang tidak perlu. Kalo ini tarafnya sudah gila Ras, kamu bilang kamu tak mencintainya hanya ingin mengawasinya tapi sekarang tindakanmu seakan kamu ingin menguasai hidupnya,” ceramah Dika. “Sejak awal tugas saya melayani Anda Bos, menjaga dan mengawal Anda dengan taruhan nyawa saya. Sumpah itu tidak akan saya langgar dan tugas itu juga tidak akan saya wakilkan kepada siapapun dalam hal ini,” tegas Edgar. Rasyid menggeram mendengarnya, “Kita punya ribuan pengawal. Bawa pengawal terbaikmu kemari, aku yakin aku tetap aman. Nyawaku tidak akan hilang tiba-tiba karena bukan itu tujuannya,” tegas Rasyid. “Tapi apa yang kamu rencanakan ini berlebihan Ras, khusus hal ini aku menentangmu keras dan aku mendukung apa yang Edgar putuskan. No debat,” tutup Dika. Brraaakk… Dika yang berdiri langsung kaget mendengar suara tendangan meja. Tak lama dia menghela napas dan menyadari jika dia harus membeli meja baru lagi. “Aku harus memastikan tidak ada lelaki lain yang akan mengambil kesempatan dalam peristiwa ini, Reno, Andi atau siapapun itu. Rara adalah milikku dan sebagai milikku, dia harus mendapatkan pengawalan terbaik dan yang aku percaya hanya Edgar. Titik ga ada bantahan atau pertanyaan lagi,” Rasyid langsung berdiri dan hendak berjalan keluar ruangan. “Gini ya Rasyid Pratama Ar Madin yang terhormat, bukan aku melarangmu menjaga Asmara, tapi kamu tak perlu mengeluarkan effort yang begitu keras untuk menjaganya. Dia hanya pemuas rasa penasaranmu,” kata Dika agak keras. Rasyid yang sudah sampai di depan pintu menggenggam handle pintu dengan erat. Dia mengatur napas dan mengeluarkannya berulang kali. Rasyid berbalik dan menatap Dika tajam, ada rasa tak suka saat Dika mengatakan jika Asmara hanya pemuas rasa penasarannya. “Aku akan menikahinya setelah dia bercerai dari Devio.” Rasyid mengatakannya dalam satu kali napas dan tak menunggu respon dari semuanya dia berbalik dan membanting pintu dengan keras. Dika membuka mulutnya syok dengan apa yang baru saja dia dengar. “Dia barusan ngomong kalo dia mau nikah sama Asmara gitu?” tanya Dika cengo. Edgar hanya mengangkat bahunya santai karena dia juga tak menyangka bosnya akan bilang seperti itu. “Tolong, kayanya aku perlu ketemu sama THT sekarang juga.” ******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD