Tujuh orang pria dan satu orang wanita sudah duduk manis di kapal yang membawa mereka ke salah satu pulau untuk berlibur. Laila jadi satu-satunya wanita yang ikut karena dia memang wanita yang terlibat langsung dalam masalah ini.
Rasyid menyewa seluruh pulau dan resort sekaligus fasilitasnya untuk mereka semua karena ingin liburan ini jadi liburan yang private. Tiga hari pertama mereka menghabiskan waktu dengan menikmati semua keindahan alam yang ada di sana.
Snoorkling, diving, maen kano, memancing semua mereka lakukan dengan sukacita seakan semua masalah yang menghimpit mereka selama ini hilang seketika.
Rencananya mereka akan menghabiskan sampai satu minggu di pulau ini. Dan seperti biasa sikap Reno yang terlalu kepo tingkat tinggi membuatnya membuka obrolan soal kepergian mereka kali ini.
“Jadi sebenarnya kamu ngajak kita kemari ini mau apa?” tanya Reno penasaran sambil bakar jagung, semua orang yang mengelilingi api unggun ikut penasaran dengan pertanyaan Reno.
Rasyid diam tak berkomentar, sampai Kelly mengulang kembali ucapan Reno. Rasyid memandang semua temannya dan akhirnya dia menceritakan apa yang dia ketahui dari orang tuanya beberapa waktu lalu.
Sontak saja pandangan mereka beralih kepada Laila kali ini. Laila yang paham pandangan teman-temannya hanya bisa diam dan menunduk.
“Aku ga akan nanya apa yang bakal keluarga kamu terima dengan menerima semua permintaan konyol orang tuaku, tapi La, aku ga mau kamu mengorbankan hidupmu cuma untuk ini,” kata Rasyid pelan.
“Aku setuju sama Rasyid soal ini,” kata Kelly dan yang lainnya juga sepakat. Laila melihat kekompakan teman-teman masa kecilnya membuat Laila terharu dan tanpa sadar dia menitikkan air mata.
Dika menyodorkan sapu tangannya kepada Laila dan wanita itu tersenyum manis. Dika dan Laila mengira jika kejadian itu tak ada yang melihat tapi Rasyid melihat bagaimana perlakuan asisten sekaligus sahabatnya itu. Dia mulai paham siapa yang Dika bicarakan waktu itu dengannya.
“Mulai sekarang pilih jalan hidupmu dan jangan lagi ngorbanin perasaan apalagi kebahagiaanmu buat lelaki buaya macam dia ini,” kata Reno ketus membuat Rasyid melempar Reno dengan jagung.
“Siapa yang buaya, elu apa gue?” kata Rasyid keras.
“Eh, gimana ga buaya, bini orang aja masih diembat, mana bunting lagi itu bini, tega bener lu,” ceplos Reno langsung membuat Rasyid bungkam.
Suara riuh langsung terdengar membuat gaduh dan Rasyid sukses jadi bahan ledekan malam itu. Laila melihat reaksi Rasyid yang selama ini tak pernah dilihatnya. Ada rasa penasaran siapa wanita yang dimaksud, tapi jika dia tanya langsung pasti dia tidak akan dapat jawabannya.
“Terus urusan rencana kita sama Marques gimana? Kamu tahu kan itu menyangkut hidup orang lain,” kata Oman membuat yang lain menengok pada Oman penuh tanya.
“Tetep sesuai rencana aja, kita biarin Marques melakukan apa yang dia inginkan selama tidak ada nyawa yang dikorbankan dalam hal ini, kita lanjut aja,” kata Rasyid membuat semuanya saling pandang.
Oman mengunyah makanan yang sebagian sudah matang. Setelah menikmati makanannya dia menjelaskan apa yang jadi rasa penasaran semua teman-temannya.
“Rasyid mau nantangin Marques sekaligus buat ketemu sama dia, mau ngomong baik-baik, terutama setelah kita tahu jika kejadian ini cuma salah paham Marques aja,” kata Oman.
Reno menggelengkan kepalanya, “Gila sih itu, kamu harus cari orang dulu yang bisa jadi pawangnya Marques baru bisa ketemu sama dia,” kata Reno.
Rasyid mengangguk, “Aku tahu, nanti pelan-pelan aku pikirin deh,” kata Rasyid santai.
“Terus kalo kaya gitu, soal kematiannya Nima gimana? Menurutmu sapa yang membunuhnya atau memang dia membunuh dirinya sendiri karena tahu kenyataan ini,” tanya Kelly penasaran.
Rasyid diam.
Setelah dia tahu apa tindakan Nima kepadanya, entah kenapa dia jadi tak peduli lagi dan rasa penasarannya selama ini mengenai kematian orang yang sempat dia sayangi yang ternyata palsu.
“Biarkan saja hal itu, setelah aku tahu apa yang dia lakukan, aku semakin benci dan tak menginginkan namanya cinta,” kata Rasyid kesal.
Dika yang mendengarnya langsung batuk dan membuat semua orang curiga. Bukan tanpa karena ucapan Rasyid tapi reaksi Dika itu yang membuat mereka paham jika kali ini Rasyid sedang tak jujur dengan dirinya sendiri.
“Terus kalo elu ga percaya cinta, ngapa itu cewek masih diuber,” Reno mode kumat untuk memicu pertengkaran.
“Sebenarnya cewek mana sih yang kalian bicarakan ini, aku jadi kepo lah,” celetuk Malik yang sedari tadi nyimak tapi dia masih penasaran dengan cewek yang mereka bicarakan.
“Tanyakan aja sendiri sama Rasyid, toh kalian kan liat juga kemarin di bandara,” ceplos Reno membuat mata Rasyid membulat sempurna.
“E-emang kalian kemarin liat apa?” tanya Rasyid gagap yang membuat semua orang menaruh curiga.
“Jadi cewek itu yang bikin elu jadi absurd gini,” kekeh Kelly yang paling bahagia kalo suruh godain mereka kaya gitu. Laila yang memikirkan kejadian di bandara tak menemukan petunjuk sedikitpun.
“Namanya siapa sih?” tanya Laila penasaran.
Reno tertawa puas karena berhasil membuat Rasyid dalam keadaan terpojok dengan berbagai cercaan pertanyaan dari teman-temannya. Dan reaksi Rasyid yang salah tingkah semakin membuat mereka yakin jika wanita itu spesial bagi Rasyid, bukan wanita sembarangan.
“Aku mau balik dulu lah, kalian pada berisik di sini,” pamit Rasyid yang mulai nampak putus asa meladeni cecaran pertanyaan dari teman-temannya.
Rasyid berlalu dari sana dan semuanya bersorak karena tingkah Rasyid yang dianggap seperti ABG jatuh cinta. Rasyid menyusuri lorong untuk kembali ke kamarnya tapi dia merasa ada yang mengikutinya.
Dia menoleh dan tidak melihat siapapun. Tapi dia tak kekurangan akal, dia berjalan normal dan kemudian cepat sampai di salah satu sudut dia bersembunyi membuat orang yang mengikutinya kewalahan dan bingung mencarinya.
Setelah yakin jika dia diikuti Rasyid menyalakan gps yang menempel di jam tangannya. Edgar yang paham bunyi alarm itu langsung memeriksa ponselnya dan meninggalkan orang-orang di sana tanpa pamit.
“Siapa yang menyuruhmu?” tanya Rasyid sudah mencekik leher orang yang mengikutinya. Orang itu baru sadar jika orang yang dibuntuti bukan orang sembarangan.
“Ada orang yang ingin bertemu denganmu, jadi aku ingin menjemputmu bukan bermaksud menculik,” jelas orang itu terbata karena memang dia susah bernapas.
“Siapa?” desak Rasyid sampai orang itu kesulitan bernapas. Rasyid melonggarkan tangannya dan dia mengatakan “Zamora Kendra,” ucapnya pelan dengan napas tersengal.
Edgar datang dan langsung menggantikan posisi Rasyid untuk memegang orang itu. “Tunjukkan jalannya,” kata Rasyid dan Edgar memegang tangannya ke belakang agar dia tak bisa melawan.
“Aku sudah mengira kalo kamu tak mungki datang sendiri kemari,” ucap Kendra saat dia melihat anak buahnya dalam cengkraman Edgar.
“Seharusnya kamu mengirim pesan bukan membuntutiku seperti ini,” balas Rasyid tak mau kalah. Kendra terkekeh, “Dan kamu akan merasa sombong karena merasa dibutuhkan Ar Madin,” ujar Kendra.
Rasyid mengerutkan dahinya, “Kenapa kamu berpikir begitu?” tanya Rasyid tak mengerti.
“Bisa kamu lepaskan anak buahku dulu, dia bisa saja melawan pengawalmu tapi aku memintanya untuk tidak menyakitimu,” kata Kendra tak nyambung.
Rasyid mengangguk kepada Edgar dan akhirnya pengawalnya itu melepaskan anak buah Kendra.
“Jadi apa yang ingin kamu katakan?” tanya Rasyid to the point. Kendra menoleh ke anak buahnya dan dia bersiul lalu muncul banyak orang yang membuat Edgar dan Rasyid kewalahan.
Mereka berusaha melawan mereka tapi jumlah yang tak seimbang membuat Rasyid dan Edgar sempat tumbang, tapi mereka tak menyerah. Kendra yang melihat cara Rasyid yang tak mau kalah sedikit membuatnya menaruh harapan jika pria ini bisa membantunya untuk menghentikan perbuatan Marques.
“Menyerah saja, di sini terlalu banyak telinga dan mata yang mengawasi kita. Aku akan katakan padamu tapi kamu tak perlu tahu ada dimana,” kata Kendra menggema membuat fokus Rasyid hilang dan dia berhasil dilumpuhkan di bagian tengkuk yang membuatnya pingsan, hal yang sama juga terjadi pada Edgar.
Rasyid dan Edgar mengerang setelah wajah mereka diguyur oleh air. Keduanya dalam posisi terikat di kursi. Edgar yang cepat sadar memanggil tuannya cepat dan membuat Rasyid membuka matanya perlahan.
“Padahal aku tak memberi kalian obat kenapa kalian malah tertidur lama sekali,” sindir Kendra sambil melipat tangan di d**a.
Rasyid masih menyesuaikan penglihatannya dan dia baru menyadari jika mereka ada di satu ruangan dan tangannya diikat.
“Lepasin, katanya mau ngomong baik-baik kenapa begini,” teriak Rasyid. Kendra terkekeh, “Aku tak bisa mempercayai siapapun, jadi ini untuk jaga-jaga,” ucapnya santai.
“Aku dengar jika orang tuamu sudah menceritakan semua masa lalu Ar Madin dengan Alexander, sudah semua atau hanya sebagian?” tanya Kendra membuat Rasyid memicingkan matanya curiga.
“Bukan urusanmu!” seru Rasyid waspada.
“Jika mereka bilang soal hubungan Barrack, Lincoln, Isna, termasuk pamanmu Alfa yang dibunuh Lincoln. Dirimu yang diculik dan berusaha dibunuh oleh Dexter, ibumu yang hampir diperkosa oleh Dexter, atau ayahmu yang dijebak dalam perselingkuhan dengan ibunya Marques. Berarti itu hanya sebagian,” kata Kendra.
Rasyid tak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya mendengar bagian terakhirnya. Kendra melihat reaksi Rasyid dan dia tertawa pelan.
“Jika itu saja kamu belum tahu berarti kamu belum mengetahui semuanya,” kata Kendra pelan. Rasyid tak ingin terpancing jadi dia memilih diam.
“Aku mengabdikan hidupku untuk menyelidiki semua ini sampai nyawaku jadi taruhannya. Dan aku yang membantu keluargamu selama ini dan selamat dari jerat hukum. Apapun alasannya, apa yang dilakukan kakek dan ayahmu itu tak bisa dimaafkan,” kata Kendra.
“Marques bukan orang yang gampang percaya dengan orang lain kecuali orang yang sudah berbuat baik kepadanya. Sampai hari ini orang yang dia percaya adalah Fukuda, ayah Nima yang tak lain sudah memperdaya dirimu, tapi untungnya di sudah mati, di tangan ayahnya sendiri,” ucap Kendra.
Rasyid terbelak mendengarnya. “Ga mungkin,” lirih Rasyid.
Kendra tertawa, “Aku sama denganmu, aku juga tak percaya, tapi itulah kenyataannya. Fukuda membuat semua bukti hilang dan dianggap kasus kecelakaan, padahal sebenarnya dia yang membunuh anaknya sendiri. Pertanyaannya kenapa dia melakukan itu?” sindir Kendra.
Kendra melirik anak buahnya dan melepaskan ikatan satu tangan Rasyid. Pria itu masih diam tak bergerak karena dia kaget dengan berita yang dia dengar.
“Fukuda membenci keluarga Ar Madin, karena Madin property yang membuatnya kehilangan keluarga karena penggusuran. Fukuda mengabdi kepada Alexander dengan harapan nantinya dia bisa membalas dendam kepada Ar Madin melalui tangan Alexander,” jelas Kendra.
Rasyid tak menyangka jika semua ini berakar dari Fukuda yang bergerak di balik layar semua permasalahan ini.
“Tapi dia enak duduk santai menikmati pergerakan kita semua,” decak Rasyid dan Kendra mengangguk mantap. “Itu sebabnya aku tak mau membantumu, karena semua ini percuma,” kata Kendra.
“Fukuda musuh kita yang sebenarnya,” kata Rasyid yakin dan Kendra mengangguk, “Iya dan sayangnya keberadaannya sekarang tak diketahui, hanya Marques yang tahu orang itu ada dimana,” kata Kendra.
Rasyid menatap Kendra, “Apa kita tetap mengikuti semua rencana Marques?” tanya Rasyid. Kendra mengangkat bahunya santai.
“Jika kamu siap kehilangan Asmara, silahkan,” kata Kendra membuat Rasyid menegang.
“Asmara,” lirih Rasyid.
“Kenapa Asmara ada kaitannya dengan semua ini?” tanya Rasyid tak mengerti.
Kendra menghela napas, “Marques hanya bisa luluh dengan dua hal,” kata Kendra mengangkat jarinya membentuk huruf V. “Pertama, orang yang dia percaya, selama hidupnya hanya ada dua nama yang dia percaya, Fukuda dan Nima. Dan yang kedua, wanita, tapi bukan sembarang wanita. Wanita itu harus wanita yang berani membantah segala ucapannya dan pintar,” kata Kendra.
“Nima orang kepercayaan Marques sekaligus wanita yang Marques cintai karena kepintaran wanita itu. Tapi sayangnya itu hanya tinggal nama. Merishca, adiknya sekaligus istriku juga orang yang bisa bikin dia luluh, tapi sayangnya Ischa dikhianati membuat Marques menembak Ischa karena dia tak punya pilihan lain,” kata Kendra dengan gurat kesedihan.
“Dan sebelum rencana Marques dijalankan, seharusnya kamu tahu kalo Asmara pernah menemui Marques di Indonesia, dan aku tahu karakter Asmara. Jadi, menurutmu siapa wanita yang bisa membantumu untuk melumpuhkan Marques?" desis Kendra dengan senyum penuh arti.
*****