Dika melihat ponselnya dan mendadak mati, dia merasa aneh dengan panggilan itu, kenapa Edgar mematikan telpoon saat mereka belum selesai bicara.
Dia menghubungi nomor Edgar kembali dan tak mendengar nada sambung. Dika merasa tak enak dengan kondisi ini, dia datang ke kamar Rasyid dan mengetuk pintu berkali-kali dengan tergesa.
“Ras, coba kamu hubungi Edgar,” pinta Dika dan Rasyid yang hendak marah kepada Dika membatalkan niatnya dan mengambil ponselnya.
“Kok ga aktif?” tanya Rasyid kepada Dika.
Dika makin cemas, kamu udah terima kiriman foto dari dia belum?” tanya Dika balik dan Rasyid membuka galeri foto yang ada di ponselnya dan menunjukkan foto itu kepada Dika.
“Yang ini maksudnya?” tanya Rasyid dan Dika mengangguk. “Abis terima foto itu aku telpon dia dan belum selesai aku nelpon ada suara berisik dan dia ga bisa dihubungi,” jelas Dika.
Rasyid jalan ke ruang kerjanya yang ada di depan kamarnya. Dia menyalakan komputernya dan memasukkan beberapa kode tapi nampaknya tak berhasil.
“Astaga kayanya dia udah ganti password ini,” kata Rasyid. Dia menelpon Oman dan menceritakan apa yang terjadi. Oman terkejut mendengarnya.
“Ga mungkin, barusan dia nelpon aku dan menceritakan kalo dia melihat wajah Marques yang asli, aku menyarankannya untuk datang ke drafter dan barusan dia kirim gambar ke ponselku dan berjanji bakal kirim yang asli ke email,” jelas Oman.
Rasyid memiliki satu kemungkinan tapi dia tak mau berburuk sangka. “Tolong kamu cek cctv terdekat dari data terakhir ponselnnya yang masih bisa terlacak sama sistemmu,” pinta Rasyid dan Oman segera menjalankannya.
“Ganti video call ya, aku tunjukin hasilnya,” kata Oman dan Rasyid mengubah panggilan mereka jadi video. Oman mengganti tampilan mereka jadi tampilan satelit dan dia melihat ada mobil terguling di sana.
Belum sempat semua orang berasumsi apa yang terjadi, ponsel Dika berdering dan itu dari kepolisian Indonesia. “Maaf apa benar ini wali dari saudara Edgar,” tanya seorang pria membuat Dika bertanya siapa yang menelponnya dan menggantinya dalam mode pengeras suara.
“Kami dari kepolisian, kami menemukan saudara Edgar dalam kondisi kritis di persimpangan jalan, sekarang sudah dibawa ke rumah sakit dan catatan terakhir di ponselnya nomor Anda,” jelas Polisi itu.
Dika dan Rasyid saling pandang. Rasyid memijat keningnya, berjalan mondar mandir tanpa tujuan yang jelas. Dika hendak bertanya di rumah sakit mana tapi polisi itu sudah mengatakannya dan meminta Dika untuk datang ke Indonesia.
“Paling cepat besok siang sampai sana Pak, karena sekarang saya ada di Dubai,” kata Dika membuat polisi itu kaget. Tapi akhirnya dia mengerti dan Dika akan membantu soal biaya rumah sakit melalui komunnikasi ke pihak rumah sakit dari sini.
“Ras, kita ketemu di Indonesia, seriuss firasatku ga enak soal ini. Edgar pasti tahu sesuatu dan dia sedang dibungkam oleh Marques,” kata Oman.
Rasyid mengangguk paham dan saling mengabari jika nanti mereka sudah sampai di Indonesia.
Keesokan harinya Rasyid dan Dika datang ke Indonesia, keduanya langsung ke rumah sakit setelah sampai di bandara. Supir andalan yang memang sudah standby di Indonesia yang menjemput mereka.
Sesampainya di rumah sakit, mereka bertanya kamar pasien dan arah menuju ke sana. Keduanya berjalan menyusuri koridor untuk bertemu Edgar, tak lupa Rasyid mengabari Oman soal kedatangannya.
Tepat saat keduanya sampai di kamar Edgar, ada dokter yang memeriksanya dan menanyakan hubungan mereka dengan Edgar. Dika menjelaskan kondisinya seperlunya dan dokter paham soal hal itu.
“Bagaimana keadaannya Dok?” tanya Rasyid penasaran karena banyak balutan perban di tubuh Edgar. Dokter menatap keduanya, “Cedera punggung dan kaki kanan cukup serius, untuk pemeriksaan toraks dan lainnya tak ada masalah,” kata dokter yang memeriksanya.
“Untuk benturan di kepalanya?” tanya Dika balik dan dokter menggeleng. “Semuanya masih baik-baik saja, tidak ada cedera parah di sana hanya luka luar,” kata dokter kembali membuat keduanya lega.
“Lalu, kenapa dia masih belum sadar Dok?” Rasyid melihat Edgar yang nampak tertidur nyenyak. Dokter tersenyum, “Itu hanya efek obat bius karena kami melakukan beberapa jahitan di punggung dan kakinya karena luka yang cukup parah,” jelas dokter.
Karena tidak ada yang ditanyakan lagi dokter itu pamit kepada keduanya dan Dika mengucapkan terima kasih atas pertolongan dokter itu.
“Aku tak percaya pada rumah sakit ini karena rumah sakit ini rujukan dari kepolisian, bisa saja anak buah Marques mengawasi apa yang terjadi di sini,” kata Rasyid masuk akal.
Dika mengangguk, “Coba aku telpon rumah sakit yang satu grup sama Ar Madin, jadi kita juga bisa tugaskan penjaga di sana,” kata Dika merogoh ponselnya dan mulai menghubungi rumah sakit yang dimaksud.
Dika minnta Rasyid menunggunya di kamar ini, karena dia akan meminta ijin dokter untuk memindahkan ke rumah sakit lain. Rasyid mengangguk paham. Sambil menunggu Dika, dia menghubungi Sirius untuk menyiapkan pengawal safari di sekitar rumahnya di Dubai dan keluarganya. Rasyid mulai memikirkan celah apa yang bisa disusupi Marques dalam hal ini.
Tak lama Dika kembali ke kamar dan dia sudah mempersiapkan semua kepindahan Edgar. Malam ini Edgar bisa dipindahkan sesuai dengan permintaan mereka. Belum sempat Rasyid bertanya lebih lanjut polisi yang menyelidiki kasus ini datang.
“Permisi, selamat siang Bapak-Bapak sekalian,” sapa petugas itu membuat keduanya menoleh.
“Apa ada diantara kalian yang bernama Andika Ramawan?” tanya Pak Polisi dan Dika menunjuk dirinya sendiri. Polisi itu mendekat dan memperkenalkan diri.
“Saya Gunawan, petugas polisi yang bertugas mengenai kasus kecelakaan saudara Edgar ini,” jelasnya dan Dika mengangguk ramah.
“Kami mempelajari dari cctv nampaknya ini kecelakaan tunggal, meskipun cukup aneh dikatakan kecelakaan tunggal di perempatan lampu lalu lintas,” kata polisi itu membuat keduanya saling pandang.
“Bagaimana kalian bisa menyimpulkan ini kecelakaan tunggal sedangkan mobilnya terbalik begitu,” ungkap Rasyid kesal membuat polisi itu bingung.
“Bagaimana Anda tahu jika mobilnya terbalik, sedangkan kalian belum melihat cctv nya,” tanya polisi itu penuh curiga.
Rasyid diam. Dia berdehem sebelum menjelaskan, tapi belum sempat Rasyid menjelaskan Dika sudah mewakilinya.
“Seseorang mengirimkan rekaman cctv kepada kami, tapi kami tak tahu siapa, awalnya kami tak percaya, tapi kebetulan Anda menghubungi saya dan baru kami percaya jika rekaman itu benar,” jelas Dika.
Gunawan nampak berpikir, “Kenapa kecelakaan ini nampak seperti terencana. Jika demikian, lalu siapa yang menabraknya karena rekaman cctv jalan itu yang kami ambil tidak menunjukkan tanda-tanda ada mobil lain yang menabraknya,” kata Gunawan itu.
“Saya punya data asli rekaman cctv itu jika Bapak mau melihatnya,” ucap seorang pria dari pintu.
- to be continued -