“Apakah gadis itu sering menindasmu?” tanya Tengku Ammar. Ratih tertegun, lalu tersenyum pahit dan berkata, "Dia putri majikanku. Awalnya dirumah itu, mereka memperlakukanku dengan baik karena aku merawat neneknya dengan teliti sampai wanita tua itu sembuh. Lagipula aku dan Miriam satu kampus meski beda angkatan." "Kamu harus menjauh dari mereka di masa depan." Ujar Tengku Ammar. “Boss, aku tahu kenapa kau menciumku.” Ratih duduk dan berkata dengan serius. Tengku Ammar mengangkat alisnya dan menatapnya dengan penuh minat. Mungkinkah setelah pergi ke kamar kecil sekali, otaknya menjadi tercerahkan? Ratih berkata dengan sungguh-sungguh, "Boss, maafkan saya karena lancang. Mengenai kejadian sebelumnya, Anda benar-benar dapat berpura-pura bahwa itu tidak terjadi, dan saya sudah lama m