Ratih sebenarnya tidak berniat meladeni ciuman Tengku Ammar, namun Abdul ada disini. Dia harus membuat Abdul berhenti mengganggunya di masa depan jadi dia dengan patuh ikut dengan permainan Tengku Ammar. "Kamu ... kamu?" Abdul segera tergagap. "Sebaiknya kamu memanggilnya Bibi." Tengku Ammar melepaskan dagu Ratih, mengabaikan wajah Ratih yang memerah, dan langsung memeluk pinggangnya. Wajah Abdul memucat. Dia terhuyung mundur dua langkah dan hampir pingsan. Mereka selama ini hanya menebak-nebak, tetapi sangat tidak terduga bahwa itu menjadi kenyataan. "Paman, bagaimana mungkin kamu menyukainya..." "Apa yang kamu lakukan di sini? Tidak heran kinerja Divisi Perhotelan sangat buruk bulan ini. Sebaiknya kamu dan ayahmu menulis laporan kepadaku dan menjelaskan alasannya." Ujar Tengku Amm