Setelah satu jam berkutat dengan berkas yang ada di mejanya, sakit di kepala Arjuna bukannya merea, malah bertambah. Ia pun memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya saja.
Arjuna masuk ke dalam kamar khusus yang ada di ruangannya, di situ tersedia tempat tidur dan juga lemari pakaian. Apabila Ia malas untuk pulang ke rumah atau kantornya, Ia akan tidur di situ. Arjuna langsung saja merebahkan badannya dan tidak memakan waktu yang lama deru napasnya bersaing dengan bunyi pendingin ruangan.
Ana sekretaris Arjuna, melihat jam tangannya dan ternyata sudah menunjukkan pukul 12 siang. Ia lalu menekan telepon paralel yang tersambung dengan telepon di ruangan Arjuna.
Akan tetapi, setelah beberapa kali percobaan Arjuna tidak juga mengangkat telepon darinya, Ana pun berdiri dari duduknya dan berjalan memasuki ruangan Arjuna. Begitu pintu dibukanya, Ia tidak melihat ada bos nya di balik meja kerja.
“Pasti si bos sedang tidur di ruangannya.” Gumam Ana. Ia lalu menuju ke ruangan khusus Arjuna dan mengetuk pintunya dengan perlahan, sambil memanggil-manggil nama bos nya itu.
Arjuna terbangun dari tidurnya, Ia mendengar pintu kamarnya diketuk berulangkali dan juga namanya yang dipanggil oleh sekretarisnya.
“Ya, Ana. Saya sudah bangun.” Sahut Arjuna dari balik pintu kamarnya, “Sekarang kamu bisa kembali ke meja kamu.” Tambah Arjuna lagi.
Arjuna lalu menuju ke toilet yang ada di kamarnya dan mencuci wajahnya. Selesai mencuci wajah, Arjuna ke luar dari dalam kamarnya dan duduk di meja kerjanya. Arjuna menghubungi Ana dan meminta kepadanya untuk membawakan berkas untuk meeting hari ini.
Tak lama kemudian, Ana pun memasuki ruangan Arjuna dengan beberapa berkas di tangannya. Ia lalu meletakkan berkas tersebut di atas meja Arjuna.
“Sebenarnya Saya mau membawa kamu menghadiri meeting hari ini, akan tetapi melihat penampilanmu yang seperti ini, Saya tidak jadi mengajak kamu. Saya tidak mau nanti dikira dengan sengaja memerintahkan kamu berpakaian seksi, agar perjanjian bisnis hari ini berjalan dengan lancar.
Ana menundukkan wajahnya, Ia benar-benar menyesal sudah berpakaian tidak seperti biasanya. Hanya untuk mendapatkan perhatian dari Arjuna yang diketahuinya masih sendiri dan tidak memiliki kekasih.
“Saya benar-benar menyesal, Pak. Saya tidak akan mengulanginya lagi,” ucap Ana dengan bersungguh-sungguh.
“Ya, sudahlah. Sekarang kamu kembali ke mejamu. Saya akan meeting di temani dengan asisten Saya saja, Bagus.”
Arjuna lalu menghubungi asistennya untuk bersiap meeting di sebuah hotel dengan supplier kain untuk perusahaan mereka. Arjuna berjalan ke luar dari ruangannya dengan menentang tas kerja. Ia berjalan dengan gagah dan wajahnya tidak berubah dari sejak pagi tadi, tanpa senyuman dan raut wajah yang dingin.
Di depan pintu lift sudah menanti Bagus, asistennya dengan tas kerja yang juga berada di tangannya. Keduanya bercakap-cakap membahas rencana meeting mereka hari ini. Meeting pada hari ini sangat penting untuk perusahaan konveksi milik Arjuna yang sedang merintis untuk melebarkan sayapnya dengan memasarkan produk mereka ke beberapa negara tetangga.
Lift yang membawa Arjuna dan Bagus tidak memakan waktu yang lama sampai di lantai satu. Arjuna dan Bagus langsung ke luar dan menuju ke mobil Arjuna dengan sopir pribadinya yang sudah menunggu di depan pintu perusahaan.
Arjuna dan Bagus pun langsung masuk ke dalam mobil dan duduk di jok penumpang. Saat mobil meluncur ke luar dari area perusahaan, netra coklat milik Arjuna menangkap wajah Arini yang sedang berjalan dengan membawa kota bekal. Senyuman menghiasi wajah cantiknya, Arjuna yang sudah seharian ini tidak tersenyum, begitu melihat senyum manis Arini, yang entah kenapa turut mempengaruhinya dan membuat Ia ikut tersenyum juga.
Bagus yang duduk di sampingnya menoleh ke arah Arjuna, “Apa yang membuat kamu tersenyum.” Tanya Bagus heran. Bagus sendiri merupakan sahabat Arjuna, mereka saling mengenal semenjak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, hingga sekarang mereka tidak berpisah. Persahabatan keduanya begitu kental.
Arjuna hanya mendengus tidak mau menjawab pertanyaan Arjuna. Melihat ulah Arjuna yang kekanakan, Bagus malahan tertawa, “Dasar, bos manja. Pasti ini semua karena orang tuamu yang terus memaksa kamu untuk menikah, yang membuat wajah kamu ditekuk terus, seperti lipatan baju kusut.”
“Ya, begitulah kedua orang tuaku. Mereka masih saja memaksaku untuk segera menikah. Padahal, Aku masih belum mau menikah dan masih ingin menikmati kesendirianku.” Jawab Arjuna.
“Dengan siapa kali ini mereka menjodohkan dirimu?” Tanya Bagus lagi.
Arjuna kemudian menjelaskan, kalau kedua orang tuanya menjodohkan Ia dengan Tari, anak dari sahabat ayah nya. Arjuna juga menjelaskan, kalau Ia sudah mengenal Tari sejak Ia masih kecil dan sudah menganggap seperti adiknya sendiri. Lagipula, Ia tidak suka dengan sifat Tari yang manja dan sangat kekanakan. Ia mencari seorang wanita yang mandiri dan tidaknya manja.
Mobil yang dikemudikan oleh sopir pribadi Arjuna, akhirnya memasuki halaman hotel tempat meeting mereka hari ini. Arjuna memerintahkan kepada sopir pribadinya untuk pulang saja, Ia akan memintanya untuk datang kembali dua jam lagi.
Arjuna dan Bagus ke luar dari dalam mobil dengan menenteng tas kerja mereka memasuki lobi hotel. Mereka bertanya kepada resepsionis yang berjaga, di mana ruangan meeting yang ada di hotel tersebut. Arjuna dan Bagas di arahkan untuk naik ke lantai tujuh, lalu belok ke kiri. Di sana nanti akan ada tulisan meeting room.
Arjuna dan Bagus mengucapkan terima kasih, mereka kemudian memasuki lift untuk naik menuju ke lantai tujuh. Begitu tiba di tempat yang dimaksud, Arjuna dan Bagus di sambut oleh petugas hotel dengan ramah. Mereka di buka kan pintu untuk masuk ke dalam ruang meeting yang sudah ada perwakilan dari supplier kain mereka.
Mereka pun saling berjabat tangan dan saling sapa. Setelah berbasa-basi sebentar, meeting dilanjutkan dengan presentasi beberapa jenis kain dengan motif yang beragam dan juga harga yang bervariasi.
Kualitas kain yang ditawarkan oleh supplier kepada mereka kualitas kain yang sangat bagus dan sangat cocok digunakan untuk oleh perusahaan konveksi Arjuna yang sedang melebarkan sayap ke luar negeri. Sistem p********n pun mereka sepakati dengan sistem bayar di muka dan sisanya akan di bayar setelah barang datang semua.
Arjuna dan Anton, sang supplier tersenyum bahagia, setelah kesepakatan tercapai. Keduanya sangat puas dengan hasil meeting mereka hari ini. Mereka lalu merayakan keberhasilan meeting pada hari ini dengan makan siang bersama.
Di tengah menikmati makan siangnya, handphone milik Arjuna berdering, Ia pun minta ijin permisi kepada mereka semua yang ada di meja makan untuk mengangkatnya.
Yang menelepon Arjuna adalah Jono, untuk mengabarkan, kalau ia sudah menyelidiki adik dari Arini. Ia akan mengirimkan semua data-datanya, seperti biasa ke email milik Arjuna.
Arjuna tersenyum senang. Ia merasa puas dengan hasil kerja dari Jono yang selalu baik. Nanti, Ia akan menghubungi pengacara pribadinya untuk menyiapkan proposal perjanjian yang harus ditanda tangani oleh Arini. Ia sudah memiliki kartu As yang tidak akan dapat Arini tolak. Mau tidak mau, Ia harus menerima proposal yang diajukannya.
Arjuna kembali duduk bergabung makan siang dan rekan bisnis dan sahabatnya. Bagus menatap curiga ke arah Arjuna, yang terlihat bahagia setelah menerima telepon tadi. Apakah dari kekasihnya?, tetapi tidak mungkin, Arjuna tidak memiliki kekasih dalam beberapa bulan ini, setelah kekasihnya berselingkuh dan meninggalkan Arjuna. Kalau wanita night stand, Bagus tahu, Arjuna banyak memilikinya.
Begitu makan siang bisnisnya selesai, Arjuna langsung berjalan ke luar dari restoran menuju ke mobilnya yang sudah terparkir. Arjuna dan Bagus langsung duduk, Arjuna mengambil handphone miliknya dan menghubungi pengacara pribadinya untuk segera datang ke kantornya. Arjuna kemudian menutup sambungan telepon.
“Mengapa kamu memanggil pengacara pribadi untuk datang ke kantormu?, apakah Kamu punya masalah?” Tanya Bagas kepada Arjuna.
“Jangan kepo, nanti Kamu malah jadi baper.” Sahut Arjuna, dengan senyum sumringah yang terbit di bibir indah miliknya.
Bagus mengerucutkan bibirnya, “Nanti, juga Aku akan tahu apa rahasia mu. Mana bias, kamu tidak menceritakan masalahmu kepadaku.” Sindir Bagus.
“Yang ini, Aku jamin, kamu hak bakalan tahu dariku. Ini rahasia yang tahu hanya aku dan pengacaraku saja, selamat berkepo ria.” Tukas Arjuna.
Bagus mendengus kesal mendengar jawaban Arjuna, Ia memang sangat penasaran dengan urusan Arjuna dan pengacaranya, tidak biasanya Arjuna tidak melibatkan dirinya kalau berurusan dengan pengacara. Pasti ini sebuah rahasia besar, yang sengaja disembunyikan Arjuna darinya.
Mobil yang membawa mereka berhenti di depan parkiran khusus untuk sang pimpinan. Arjuna gegas turun lebih dahulu meninggalkan Bagus. Arjuna langsung menuju ke lift khusus yang membawanya dengan cepat menuju ke ruangannya.
Begitu pintu lift terbuka, Arjuna melangkahkan kakinya untuk ke luar menuju ke ruangannya dan dilihatnya Juan, pengacaranya sedang berbicara dengan sekretarisnya. Arjuna dapat melihat bagaimana mata nakal Juan melihat ke arah bagian d**a Ana yang terbuka.
Arjuna memasang wajah datarnya dan begitu berada dekat dengan keduanya Arjuna berkata, “Inilah salah satu alas an Saya tidak mengijinkan kamu untuk berpakaian yang ketat dan terbuka. Apakah kamu tidak sadar Ana, atau kamu sadar, tetapi tidak merasa risih, kalau mata pengacara Playboyku ini selalu melihat ke arah pakaianmu yang terbuka. Saya tidak mau setiap tamu yang datang mendapatkan tontonan gratis dari penampilanmu yang terlihat murahan.” Sindir Arjuna dengan keras.
“Saya juga tidak mau, kalau mereka sampai berpikir Saya membiarkan saja sekretaris saya berpakaian tidak sopan, demi memuluskan jalannya bisnis saya.” Tambah Arjuna dengan geram.
Kemudian Ia berjalan ke arah pintu kantornya dan saat akan membuka pintu, Arjuna menolehkan kepalanya ke arah Juan, “Kamu mau bertemu dengan saya atau dengan sekretarisku. Kalau kamu tidak mau bertemu denganku, aku akan mencari pengacara yang lain saja.” Sindir Arjuna kepada pengacaranya.
“Ya ampun, kenapa kamu ini, Jun. Datang-datang ke kantor malah marah-marah dan main sindir saja. Tentu saja aku datang untuk bertemu denganmu. Bukannya kamu yang tadi meneleponku untuk datang.” Jawab Juan kesal. Ia pun berjalan menuju ke arah Arjuna meninggalkan Ana yang duduk dengan raut wajah takut dan tertunduk malu.
Arjuna langsung duduk di balik meja kerjanya dan memerintahkan kepada Juan untuk duduk. “Keluarkan buku catatan dan catat perkataanku.” Kata Arjuna dengan dingin.
Tidak ingin memperpanjang masalah dengan sahabatnya, yang sepertinya suasana hatinya buruk. Juan langsung mengeluarkan buku dan pulpen untuk mencatat permintaan dari Arjuna. “Apakah Arjuna akan membuat surat wasiat?, apakah Ia sedang sakit keras?” Pikir Juan dalam hatinya.
“Aku mau membuat sebuah surat perjanjian antara Aku dengan seseorang. Perjanjian ini sangat penting untukku dan aku mau apa pun yang tertulis di dalam surat perjanjian itu nantinya tidak bocor ke luar. Yang mengetahui isi dari surat perjanjian ini hanya, Aku, Kamu dan juga gadis itu.” Tutur Arjuna.
Juan mengangkat wajahnya dan menatap Arjuna dengan bingung dan keningnya dikerutkan. “Maksudmu perjanjian pra nikah?, apakah kamu akan menikah?” Tanya Juan.
“Bukan perjanjian pra nikah, akan tetapi bias saja nanti berkembang menjadi seperti itu, Untuk saat ini hanyalah perjanjian yang mengikat gadis itu untuk mematuhi perintah dan permintaanku.”
“Kenapa aku mendengarnya terkesan menakutkan dan tidak berperasaan, siapakah gadis itu? Dan kenapa kamu memerlukan Ia untuk menandatangani sebuah perjanjian?” Tanya Juan lagi.
“Aku tidak mau membuat surat perjanjian kerjasama yang melanggar hukum atau merugikan salah satu pihak, terutama lagi perjanjian kerjasama ini antara kau dan seorang wanita.?"
"Kenapa kau sekarang berubah menjadi seperti ini Jun?, kau tidak seperti sahabatku Arjuna yang dulu Hanya karena kau pernah dikecewakan oleh seorang wanita, bukan berarti kau bisa menyamakan semua wanita itu sama, seperti mantan kekasihmu yang pernah berkhianat. Sadarlah, Jun!"
"Apakah kau masih mencintai mantan kekasihmu itu?, sehingga kau sulit untuk melupakannya dan menganggap semua wanita itu sama?"
“Aku tidak peduli, kau harus mau membuatkan surat perjanjian ini. Kau jangan khawatir, wanita itu akan merasa sangat tertolong dengan adanya perjanjian kerjasama ini. Kalau kau tidak mau, aku akan memecatmu menjadi pengacaraku dan akan kucari penggantimu. Silahkan kamu ke luar, kedatanganmu ternyata hanya membuang-buang waktuku saja.” Usir Arjuna kepada Juan.