"Astagfirullah, kenapa kita jadi sekamar lagi sih?" Liana menggerutu, mengusap gusar wajahnya. Sedangkan Elang malah terlihat santai menarik selimut kemudian merebahkan tubuhnya. Dia sama sekali tak merasa panik kembali sekamar dengan sang istri, seakan sudah pernah menduga sebelumnya bahwa ini akan terjadi atau malah sebenarnya dia suka bila sekamar dengan Liana? "Lo santuy banget? Jangan bilang lo senang bisa sekamar sama gue lagi? Gue ingatin ya sama lo! Kesempatan gak akan datang kedua kalinya. Lo udah nolak saat gue tawarin nafkah batin, jadi jangan coba-coba tagih lagi." Liana mendelik tajam. Dia mengingatkan tindakan Elang yang menolaknya. Padahal di saat dirasa sudah sekarat, dia ingin merelakan saja apa yang berharga dalam dirinya, daripada harus mati dalam keadaan perawan. Repo