Bab 15. (Naya yang Dihantui oleh Gatot)

1072 Words
Naya nampak tak bisa tertidur di dalam kamarnya. Ia selalu terbangun di nyenyak tidurnya beberapa malam ini. Mimpi-mimpi buruk selalu hadir di tiap mimpinya. Hingga malam ini, ia pun tidak bisa tertidur. Karena ia takut, bila ia tertidur. Mimpi buruk itu akan menyapa dan menemaninya kembali, di dunia mimpinya itu. Naya hanya duduk di atas peraduannya. Tanpa harus berpikir, ia harus tertidur. Walaupun jarum jam telah menunjukan pukul 2 pagi. "Gatot, Gatot. Kenapa kau itu selalu mengganggu diriku. Bukannya kau itu sudah mati, dan seharusnya kau tenang di alam sana? Bukannya selalu mengganggu diriku, dengan hadir di dalam mimpi buruk ku," ucap Naya di dalam hatinya, sembari membayangkan wajah mantan suaminya, disaat masih hidup. Dan tiba-tiba saja lampu kamar itu pun padam dengan sendirinya, tanpa sebab yang pasti. Hanya lampu kamar itu yang padam. Sedangkan lampu yang lainnya tidak. Yang membuat kamar itu tidak begitu gelap, namun menjadi temaram. Karena cahaya lampu di ruang lainnya, masuk dengan redupnya. Yang ada di sekitar kamar itu. Dan tiba-tiba saja bulu kuduk Naya berdiri. Dan tanpa ia sadari di belakang dirinya. Telah duduk sesosok bayangan putih. Yang hanya terdiam, tak menyapa ataupun bersuara kepada Naya sama sekali. Hingga ia pun menyadari keberadaannya itu. "Kenapa bulu kudukku menjadi berdiri seperti ini? Dan kenapa hanya lampu kamar ini yang padam? Apa lampu kamar ini ada masalah? Tapi kenapa aku juga merasakan jika di belakangku, ada sesuatu yang aneh?" tanya Naya di dalam hatinya, dengan penuh kebingungannya. Yang disertai oleh rasa ketakutannya itu. Ibu angkat Phiro itu pun lalu membalikan tubuhnya. Dan betapa terkejutnya Naya, ketika membalikan tubuhnya ke arah belakang. Di sana ia lihat, sosok bayangan putih, berwajah Gatot. Wajah itu begitu pucat, yang membuat Naya berteriak dengan kencangnya. Saking kaget dirinya, melihat kenyataan terburuk di dalam hidupnya itu. "Hantu ...!" teriak Naya, yang membuat Bram dan Phiro. Yang berada di dalam kamar mereka masing-masing, keluar dan masuk ke dalam kamar Naya yang tak terkunci dengan begitu cepatnya, takut terjadi hal buruk terhadap Naya. Mereka masuk secara bersamaan, dengan rasa khawatir terhadap keselamatan Naya. Yang mendapati Naya, terlihat penuh dengan ketakutan. Sedang duduk di peraduannya. Lampu kamar Naya yang semula padam. Kini telah menyala kembali, ketika Bram dan Phiro masuk ke dalam kamar itu. Mendapati keadaan Naya yang seperti itu. Bram pun lalu memeluk tubuh kakaknya dengan eratnya, berusaha untuk menenangkan Naya dari ketakutannya itu. "Kak Naya, tenanglah apa yang sebenarnya terjadi? Jangan takut, di sini ada aku dan Phiro," ujar Bram, sambil membelai rambut kakaknya. Sedangkan Phiro hanya duduk di samping Naya, dengan matanya mengawasi ruangan kamar itu, dengan mata elangnya. "Sepertinya, ada yang tidak beres dengan rumah ini? Sepertinya rumah ini dipengaruhi oleh hal gaib. Tapi entah dalam bentuk apa hal gaib itu? membayangi dan mempengaruhi rumah ini?" tanya Phiro di dalam hatinya dengan segala asumsinya itu. Naya masih nampak ketakutan, hingga Bram pun kembali bertanya kepada Naya. "Kak Naya, sebenarnya apa yang telah terjadi?" tanya Bram, yang kali ini dijawab oleh Naya. "Tadi aku melihat Gatot, tepat di belakangku ...," sahut Naya, dengan nada yang bergetar, masih penuh dengan ketakutannya. "Tepat dugaanku, ternyata hal gaib itu adalah jiwa ayah, yang mungkin masih penasaran. Tapi kenapa harus ibu, yang dihantui nya, bukannya aku?" tanya Phiro di dalam hatinya, dengan penuh kebingungannya. "Kak Naya, mungkin hanya berhalusinasi saja. Memikirkan lelaki tidak berguna dan tidak penting itu. Yang mati bersama anak buahnya di laut selatan. Lagian untuk apa sih Kak Naya memikirkan lelaki itu? Jika akibatnya Kak Naya menjadi seperti ini, selalu dihantui oleh bayangannya ...," ucap Bram, dengan asumsinya. "Aku tidak memikirkannya, tapi ialah yang selalu menghantui aku di dalam mimpiku. Dan dia tadi datang langsung di hadapanku ...," jawab Naya. Bram lalu melepaskan pelukannya kepada Naya, setelah menilai keadaan Naya yang semakin stabil. "Ya sudah, anggap saja Gatot menjadi hantu penasaran dan menghantui Kak Naya. Tapi walaupun Gatot sudah menjadi hantu. Aku bersumpah akan menghadapinya, kalau ia berani sekali lagi mengganggu Kakak!" ujar Bram, lalu bangkit dari duduknya dan meninggalkan peraduan itu. "Iro, sebaiknya kau tetap di sini untuk menemani ibumu. Om masih mengantuk, Om besok harus bangun pagi. Untuk memimpin meeting di kantor," ujar Bram kepada Phiro. "Baiklah Om ...," timpal Phiro, dengan lembutnya. "Kak Naya, sebaiknya tidur bersama Iro. Aku pergi dulu kak," ujar Bram, lalu meninggalkan kamar itu. Dan menutup pintu kamar itu untuk kembali ke dalam kamarnya dengan langkah gontai, karena masih sangat mengantuk. "Iro, apakah kamu percaya dengan cerita ibu barusan?" tanya Naya pelan, seakan takut Phiro tak akan menanggapinya. "Iro percaya, dengan semua cerita Ibu, itu adalah sebuah kebenaran. Bukan sebuah cerita yang dibuat atau dikarang oleh Ibu," timpal Phiro, dengan mantapnya. "Iro, apakah kamu percaya dengan hal dan dunia gaib?" tanya Naya kembali. "Iro percaya dengan hal seperti itu, karena Iro sering mengalami hal gaib yang lebih daripada itu," timpal Phiro, tanpa ia sadari atas pernyataannya itu. Telah membuat Naya terkejut. "Apa! kamu sering mengalami hal gaib yang lebih daripada ini!?" seru Naya. "Celaka! aku kebablasan berbicara. Tapi sebaiknya aku jujur saja. Aku akan bercerita tentang Aro, secara perlahan-lahan. Agar ibu tidak terkejut, tentu saja cerita yang dapat diterima oleh logika ibu. Bukan benar, cerita tentang Aro yang sesungguhnya. Bisa-bisa aku hanya dianggapnya mengarang cerita oleh ibu, kalau aku bercerita tentang sejatinya Aro, saudara kembar gaib ku itu," ucap Phiro di dalam hatinya. "Ya Bu. Lalu Ibu percaya, kalau Iro memiliki cerita yang bisa dikatakan gaib. Dan ini berhubungan dengan jati diri Iro dan asal usul Iro?" ucap Phiro, berusaha memancing Naya, untuk ia tuntun. Untuk mengenalkan dan mengetahui Pharo. Nampak Naya berpikir panjang dengan ucapan Phiro itu. "Ya, Ibu percaya dengan ucapan kamu. Karena Ibu menemukanmu waktu bayi tepat di depan pintu kamar Ibu. Ibu tidak tahu, siapa yang menaruh dirimu disitu" Naya pun lalu terbayang disaat ia menemukan Phiro. "Pada sebuah keranjang yang terbuat dari rotan. Dengan diselimuti oleh selimut berwarna merah. Yang terdapat kertas di dalamnya, yang bertuliskan namamu sekarang dan tanggal lahir mu. Dulu Ibu tidak pernah berpikiran tentang hal gaib, tentang dirimu. Tapi setelah mendengar penuturan mu itu. Ibu baru sadar, ternyata dirimu itu hadir dalam hidup Ibu secara gaib. Sekarang ceritakan lah tentang asal-usul mu, yang tidak Ibu ketahui sama sekali," tutur Naya, dengan panjang lebarnya. "Iro, memiliki saudara kembar, Bu ...," pernyataan Phiro itu membuat Naya terkejut bukan kepalang. "Saudara kembar! kamu punya saudara kembar? Kamu sedang tidak bercanda kan?" kejut Naya dengan segala pertanyaannya itu. Dan Phiro pun tersenyum atas reaksi keterkejutan Naya. Sebelum menjawab pertanyaan dari ibu angkatnya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD