Bab 14. (Kekuatan Janus)

1111 Words
Tak berselang lama, akhirnya para kesatria dari Bulan Gelap pun tiba di hadapan mereka bertiga, dengan penuh keangkuhannya. Jumlah mereka berlima, satu di antara mereka adalah pimpinan mereka. Ia terlihat berbeda dengan teman-temannya itu. Lalu ia pun maju, berhadapan dengan mereka bertiga. Sedangkan 4 yang lainnya tetap berada pada posisinya semula. "Putri Nirinda, urungkan niatmu untuk pergi ke Bumi. Bukannya Anda telah bertemu dengan kekasih khayalan Anda itu, si Pangeran Bulan Terang," ucapnya tegas kepada Nirinda. "Kau! jangan ikut campur dengan urusanku Xino!" timpal Nirinda, dengan ketusnya. "Bukannya aku ingin ikut campur. Tapi ini adalah perintah dari ayah Anda. Aku sebagai salah satu Jenderal Bulan Gelap, hanya menjalankan perintahnya saja," ujar Xino. Nirinda hanya terdiam. Tetapi Jailan lah yang berbicara kali ini. "Ini adalah teritorial ku, Bulan Terang adalah kekuasaan ku. Sebaiknya kalian kembali ke Bulan Gelap. Kini Nirinda di bawah perlindunganku," kata Jailan, dengan tegasnya. Nampak Xino tak senang dengan ucapan dari Jailan itu. "Kau memang telah kembali ke Bulan Terang ini, tapi mana istanamu? Mana Istana Bulan Terang, sebagai eksistensi Bulan Terang. Istana hanya berbentuk reruntuhan seperti ini, itu berarti Bulan Terang masih runtuh. Dan belum bangkit dari tidur panjangnya," tutur Xino, yang membuat Jailan panas. Akan tetapi ia masih bisa mengendalikan dirinya. Dan Janus pun menyadari akan hal itu. Lalu ia pun maju, hingga hanya berjarak segapaian tangan di hadapan Xino. "Kau ini siapa? jangan ikut campur urusan kami?" tanya Xino, dengan nada yang tak suka terhadap Janus. "Aku Janus, salah satu anggota 7 Iblis Bintang. Anggap saja, aku pelindung Nirinda. Cepat pergi, atau kalian akan berurusan denganku," ujar Janus dengan penuh percaya dirinya. Mencari muka di hadapan Nirinda. Xino pun lalu melirik kan matanya ke arah 4 bawahannya. Yang segera mengerti isyarat dari Xino. Yang memerintahkan mereka berempat agar membuat lingkaran, mengelilingi Janus dan Xino. Janus nampak tenang dengan keadaan terkepung seperti itu. Ia seakan ingin tampil, seperti seorang pahlawan. Walaupun hanya sebagai pahlawan kesiangan di depan mata Nirinda. Nampak Nirinda dan Jailan menjauhi area itu. Seakan tak ingin ikut campur dalam pertarungan yang akan mereka lakukan. "Setahuku 7 Iblis Bintang itu tidak ada yang seburuk dirimu. Walaupun kalian begitu kuat dan terkenal di Tata Surya di masa lalu. Tapi itu jika kalian bertujuh, jika hanya berdua seperti ini. 7 Iblis Bintang tidak ada apa-apanya bagiku ...," ucap Xino dengan penuh kesombongannya, sambil mengeluarkan pedang hitam kebanggaannya dari sarungnya. Yang telah menemaninya selama ini. "Wajahku buruk seperti ini, karena terkena kutukan dari Lubang Hitam. Kau itu terlalu percaya diri dengan kemampuan dan kekuatanmu, yang sangat terbatas itu. Kau dan 4 bawahan mu itu, bukanlah lawan yang sepandan denganku," sahut Janus, lalu tersenyum sinis kepada Xino. "Jangan menyesal, menantang kami untuk bertarung dengan dirimu. Rasakan lah apa yang seharusnya kau rasakan ...!" teriak Xino, lalu menyerang Janus dengan pedang hitamnya. Yang hanya menggunakan tangan kosongnya. "Kau pikir dirimu itu hebat!?" ucap Janus, lalu menangkap pedang hitam Xino itu. Dengan jari telunjuk kanannya. Terlihat pedang hitam itu pun ia patahkan. Yang membuat Xino sangat terkejut dibuatnya. Pedang hitam andalannya dibuat patah begitu saja oleh Janus. "Ini tidak mungkin, pedang hitamku tidak mungkin patah hanya dengan sebuah jari!?" ujar Xino, lalu membuang pedang miliknya dan terbang di atas Janus. "Apanya yang tidak mungkin? tapi inilah kenyataannya. Dengan kekuatan listrik 1 juta Gigawatt yang mengalir dalam tubuhku ini. Segala yang tidak mungkin, pasti akan menjadi mungkin!" timpal Janus, dengan penuh keangkuhannya itu. Dan tanpa disadari oleh Janus. 4 bawahan Xino telah menyiapkan bola sihir mereka. Yang lalu dilepaskannya ke arah Janus secara bersamaan. Hingga terjadilah benturan energi. Saat bola-bola sihir itu menghantam tubuh Janus. Xino pun tak tinggal diam, ia pun menyerang Janus, dengan bola sihirnya dari arah atas. Yang membuat ledakan hebat terjadi. Dan debu-debu pun bertebaran di angkasa Bulan. Yang membuat Xino tersenyum, mengira Janus telah mati. "Selamat menghadap Dewa Neraka, makhluk jelek ...!" ucap Xino, dengan penuh kebanggaannya. Xino terus melayang di angkasa, tanpa menyadari 4 bawahannya telah jatuh satu persatu ke permukaan Bulan. Bukannya mati, mereka hanya tak mampu untuk bergerak. Seakan lumpuh, tanpa penyebab yang pasti. Hingga Xino pun merasakan ada yang menyentuh pundaknya. Hingga ia pun tak mampu untuk bergerak, lalu terjatuh menyentuh permukaan Bulan. "Kalian pikir, diri kalian itu hebat para junior, kalian itu belum lahir. Saat 7 Iblis Bintang masih eksis. Jadi belum tahu seberapa hebatnya kami bertujuh. Sekarang sebaiknya kalian, aku kembalikan ke Bulan Gelap, yang merupakan bagian Bulan yang tidak pernah terlihat dari Bumi," ujar Janus, lalu meniup mereka berlima hingga melayang dan terbang menuju ke bagian belakang Bulan yang tak pernah terlihat dari Bumi. "Jai, bagaimana aku hebat kan?" ujar Janus, lalu melangkahkan kakinya untuk menghampiri Jailan dan Nirinda. Yang tak dipedulikan oleh Jailan sama sekali. "Rinda, cepatlah kau ke Bumi. Sebelum ayahmu kemari," ujar Jailan. Dan Nirinda pun menganggukkan kepalanya. "Baiklah, Jai. Lain kali kita berbincang lebih banyak lagi. Tanpa diganggu oleh makhluk jelek itu," sindir Nirinda kepada Janus. Nirinda pun merubah dirinya menjadi cahaya hitam. Lalu melesat menuju Bumi, dengan kecepatan tinggi. "Selalu saja aku yang kalah dalam hal percintaan. Lagi pula siapa yang ingin memiliki kekasih seburuk diriku, dengan wajah dan tubuh kutukan ini?" ucap Janus, dengan nada sinis nya terhadap dirinya sendiri. Ia pun lalu memandang ke arah reruntuhan Istana Bulan Terang. "Jai, aku akan tepati ucapan ku tadi. Jika aku ingin membantumu untuk merekonstruksi sebagian Istana Bulan Terang, yang telah hancur itu," ucap Janus, lalu merentangkan kedua tangannya dan lalu merapatkannya. Tampak keluarlah cahaya biru yang di arahkan ke arah reruntuhan Istana Bulan Terang dari kedua tangannya itu. Nampak cahaya biru itu menyelimuti sebagian reruntuhan itu. Menyatukan bagian pondasi yang hancur tanpa bekas itu. Dan mendirikan beberapa pilar-pilar penyangga dari Istana Bulan Terang. "Kontribusi dariku hanya seperti itu. Selanjutnya kaulah, yang harus melanjutkan rekontruksi itu. Jai, dirikan lah kembali istana Bulan Terang. Biar dunia iblis tahu, dan tercatat di dalam sejarah dunia iblis. Jika Bulan Terang, telah bangkit dari tidur panjangnya. Dengan dirimu sebagai penerus dinasti Bulan Terang. Dan jika kau berminat dengan penawaran ku itu. Datanglah ke Titan, saat purnama penuh terlihat di langit Bumi. Aku rasa kolaborasi kita, akan membuat para penyihir itu terkejut. Karena melihat 2 dari 7 anggota Iblis Bintang masih eksis hingga saat ini," ujar Janus, lalu menghilang dari hadapan Jailan. "Aku tahu kau itu sejatinya, Janus. Walaupun kau itu sering berbuat kejahatan. Tapi itu tidak sejahat pada kenyataannya. Mungkin kau itu hanya salah jalan sesaat, setelah itu kembali seperti diriku. Dan walaupun kita ini tidak sepahaman, aku akui kau itu iblis yang setia kawan," ujar Jailan di dalam hatinya. Keheningan pun tercipta kembali. Dan mungkin hanya Bumi yang mengerti akan berbagai konflik di Bulan. Karena Bulan adalah anak Bumi, paling tidak menurut beberapa legenda suku yang ada di Bumi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD