Berbahaya

1018 Words
Jauh dari Sari berada, sesosok pria sedang menghisap rokok dengan suasana remang-remang. Dia menghembuskannya lalu membuang rokoknya di lantai dan ia injak. Tepat di depannya, seorang pria sedang berlutut dan terikat. Seluruh wajahnya lebam dan terdapat goresan di seluruh tubuhnya hingga terlihat warna merah berbau amis. "Kenapa kamu mengkhianatiku, Andre? beraninya kamu memata-mataiku dan membuatku gagal memperoleh proyek?" tanya pria bermata coklat itu. Siapapun yang melihatnya tak akan percaya jika dia mampu menyiksa seseorang karena wajahnya yang indah. Rahang tegas, hidung lurus dan tinggi, juga rambut yang tersisir rapi. Dia benar-benar seperti model yang memiliki penampilan androgini. Pria yang terikat dan disandra di gudang tua itu, menggeleng keras. Ketakutan terpampang di wajahnya yang pucat. Sendirian dan dikelilingi orang yang berniat menyakitinya jelas menjadi momen buruk bagi laki-laki yang bernama Andre. "Aku tidak melakukannya! itu semua fitnah!" teriak Andre. "Percayalah, aku sama sekali tidak pernah mengkhianati anda!" "Jadi rekaman dan bukti transfer itu palsu?" tanya laki- laki tadi. Senyumnya merekah indah tapi nampak menakutkan. "I-itu palsu." Tawanya segera menggema memenuhi gudang tua tempat mereka berada. Dia sungguh salut pada laki-laki yang tidak berdaya di depannya. Andre masih menyangkal meski bukti dan fakta sudah berbicara. "Luar biasa, meski tertangkap bahas kau masih bisa mengelak." Laki-laki itu akhirnya berdiri. Dia menoleh para anak buahnya yang berdiri dengan waspada. "Sayangnya aku tidak memiliki waktu untuk meladeni kebohongan mu." Dia pun meninggalkan Andre yang gemetaran. "Bereskan dia. Aku tidak ingin lagi melihatnya. " Sebuah vonis yang tidak disangka oleh Andre. Ia pun mulai memohon pada Alexi. "Tidak! Tuan Alexi! ampuni aku!" Namun laki-laki yang dipanggil Alexi tidak bergeming. Dia tetap berjalan dengan pasti dan anggun. Wajah yang tadinya tersenyum berubah menjadi dingin. Tidak ada riak yang terlukis di wajahnya meski jeritan menyayat hati terdengar dari arah gudang. "Antar aku ke hotel, " ucap Alexi pada Agus. "Baik." Alexi masuk mobil dan segera menyandarkan kepalanya ke kursi mobil. Lelah, itulah yang ia rasakan. Sejak ia pulang dari luar negeri, Alexi sama sekali tidak tidur. Yang ia butuhkan adalah istirahat hingga esok hari. Bocornya rahasia perusahaan menjadi salah satu pr yang harus ia selesaikan. Dan hasilnya cukup menjengkelkan. Ternyata ada mata-mata yang membocorkan rahasia proposal untuk proyeknya. "Lexi, kamar hotel mu sudah disiapkan oleh manager Ken," lapor Agus yang seorang sopir sekaligus tangan kanannya. Dia juga ia anggap seperti pamannya sendiri. "Ya sudah, kita ke tempat yang Ken pilih." "Aku mengerti." Laju mobilnya akhirnya berhenti di hotel yang dipesankan oleh managernya. Yang mana ia segera disambut oleh sang manager. Laki-laki berumur empat puluhan itu menyambut Alexi di lobi dan mengantarkan langsung ke kamar hotel. " Silakan Pak, setelah ini saya akan menyiapkan yang lain agar bapak rileks," sambut Ken. " Tidak usah berikan aku kartu kamar saja, aku hanya ingin istirahat." "Baik." Alexi melangkah langsung menuju lift. Ada beberapa gadis yang sudah berada di sana yang menganga melihat keelokan wajahnya. Sayangnya ia terlalu lelah untuk memperdulikan siapapun. Walau tatapan kagum dan gestur menggoda banyak dilayangkan ke arahnya, dia sama sekali tidak bergeming. Baginya mandi dan tidur adalah prioritas utama. Saat lift sudah membawanya ke lantai yang ia inginkan, para gadis segera mendesah kecewa. Kehilangan kesempatan dalam ruang sempit dengan laki-laki seperti Alexi sangat disayangkan. ... "Akhirnya aku bisa tidur." Usai dengan segala ritual mandi dan lainnya, Alexi bisa tertidur dengan santai. Memang inilah yang ia butuhkan. Ketegangannya perlahan memudar. Dan menit juga detik yang berlalu mengikis rasa lelah yang ia rasakan. Wajahnya pun menjadi rileks. Hingga seseorang membuka pintu kamar hotel yang ia tinggali untuk semalam. "Hei, kenapa kamu malah tidur?" suara indah menyapa pendengarannya. Alexi hampir merasa kalau suara itu adalah mimpi belaka. " Hei, bangunlah. Kalau kamu tidak membuka mata maka aku akan pergi." Baiklah, Alexi tidak bisa mengabaikan suara ini lagi. Ada seseorang yange menerobos kamar hotel nya. Jadi tidur adalah ide buruk saat ini. Terlebih lampu hotel kini sudah menyala. Alexi segera membuka mata dan menemukan sosok yang membuatnya tertegun. "Kau..." Seksoy, itulah kata yang bisa menggambarkan wanita yang ada di depannya. Bibirnya yang merah nan seperti bunga mekar, hidung kecil dan mata sayu. Ia seperti melihat artis internasional yang pernah ia lihat. 'Apa dia orang yang dikirim Ken?'tanya Alexi dalam hati. 'Baiklah, aku tidak bisa menyia-nyiakan makhluk secantik ini.' "Aku lelah jadi tidur." Alexi mengikuti alur yang wanita itu buat. Wanita itu justru mendekat. Dia membelai wajah Alexi seperti mengamati dan menilai. Tangannya mengusap rambut dan jenggot tipis Alexi. Caranya mengusapkan telapak tangannya sangat pelan dan menggoda. Mau tidak mau sesuatu yang tadinya tidur tenang terbangun. "Bagus, Jesika tidak salah memilih laki-laki. Kamu sangat memenuhi syarat. " Matanya menatap ke arah perut berbentuk roti sobek yang Alexi miliki. Hal itu nampaknya membuat ia puas. Karena tidak sabar, Alexi menangkap tangan wanita yang masuk ke kamarnya. "Hei, apa kita akan menghabiskan malam hanya dengan membelai saja? asal kamu tahu, aku jadi tidak sabar." Entah kemana hilangnya rasa lelah yang tadi menguasai Alexi. Tangan wanita yang berada di bahunya seperti memiliki sengatan listrik. Bahkan tatapannya yang sayu menjadi bahaya tersendiri bagi kewarasan Alexi. 'Padahal aku sudah mengatakan pada Manager Ken kalau tidak perlu melakukan hal lain. Siapa yang menyangka ia justru menyuguhkan wanita untuk menemani malam ku,' batin Alexi. "Tenang saja. Aku akan melakukan sesuatu yang membuatmu gila," ujar wanita itu. Yang mana ia memang membuktikan ucapannya. Bibirnya yang mulai beraksi tidak bisa ia abaikan. Lembut, kenyal dan basah. "Bagus, itu sangat manis." Bagi Alexi kecupan yang ia berikan adalah hal yang manis. Sayangnya ia bukan penggemar percintaan yang lembut dan manis. Alexi berniat memberi pemanasan yang akan membuat gila siapapun. Bibirnya meraih lidah sang tamu hingga gadis itu mulai terengah. Ya, Alexi tidak akan pernah menjadi pecundang di ranjang atau di manapun. Ia akan menunjukkan hal luar biasa dan liar pada gadis yang masuk dan membangunkan singa yang tidur. "Tunggu. Beri aku kesempatan bernafas." Gadis itu nampak kewalahan. Ia juga memerah dan berkaca-kaca. Sungguh pemandangan yang manis dan mengundang. "Hei, kamu yang mulai. Jadi jangan hentikan aku." "I-iya tapi aku butuh persiapan. " " Sayangnya aku bukan orang sabaran." Alexi segera menarik tangan tamunya hingga ia berada di bawah Alexi. Keduanya pun merajut titian indah yang tak terungkapkan lewat kata-kata. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD