Mulai Jenuh?

1110 Words
Seandainya saja adalah sebuah kata yang seharusnya tidak pernah kita ucapkan. Seandainya adalah sebuah kata penyesalan dari kejadian masa lalu. Tapi kini Kelvin mulai berandai-andai. Cukup banyak peristiwa yang membuatnya menyesal. Apa lagi setelah peristiwa malam itu, ketika dia merasa ada sesuatu yang salah dengan perbuatannya malam itu. Kelvin selalu memikirkan tentang kejadian malam itu. Apa yang sebenarnya terjadi, mengapa tiba-tiba dia melakukan hal itu. Kelvin merasa ada yang salah dengan hatinya. Pertanyaan demi pertanyaan masuk ke dalam pikirannya. Setiap waktu, dari malam hingga siang dia mencoba menemukan jawaban atas pertanyaan itu. Dia selalu memaksakan pikiran untuk mencari tahu ada apa dengan dirinya saat ini. Hingga saat ini, Kelvin masih tetap bergabung dan melakukan aksinya bersama geng itu. Meskipun demikian hati dan pikirannya mulai menerawang ke hal-hal lain. Dia selalu melihat kehidupan orang lain disaat senggang. Kelvin selalu iri ketika melihat kehidupan orang lain yang selalu bahagia. Hingga suatu saat Kelvin memutuskan untuk tidak pergi melakukan aksinya untuk satu malam saja. Dia ingin merasakan kehidupan yang berbeda. Dia ingin melihat kehidupan dari kacamata yang berbeda. Sore itu Kelvin memutuskan untuk sekedar jalan-jalan, berkeliling sambil melihat-lihat kehidupan dan aktivitas orang lain. Ada rasa Rindu di hatinya akan kehidupan yang bahagia itu. Kelvin pergi ke sebuah taman yang terletak tidak jauh dari tempat tinggal Feri. Diperjalanan Kelvin selalu melihat sekeliling nya. Dia sangat berharap segera menemukan jawaban atas pertanyaan- pertanyaan itu. Sesekali dia melayangkan senyum ke sebuah keluarga yang sedang bercanda tawa di teras rumahnya. Setibanya di taman, Kelvin tetap berkeliling melihat orang-orang yang sibuk dengan kegiatan nya. Ada orang yang sekedar bersantai, ada keluarga yang berkumpul dan berbincang, hingga ada sepasang dua sejoli yang sedang menikmati jingganya langit senja. Selama beberapa bulan terakhir ini, kehidupan Kelvin cukup monoton. Cuma ada dua aktivitas yang dilakukannya. Tidur dan beraksi mencari mangsa. Sungguh kehidupan yang sangat membosankan. Akan tetapi dia tau bukan itu jawaban yang dibutuhkannya. Kelvin duduk tepat di sudut taman itu, di bawah sebuah pohon Flamboyan yang sangat besar dan memiliki bunga yang bermekaran. Bunga pada pohon ini hanya mekar satu tahun sekali. Dia sungguh beruntung bisa menikmati nya hari ini. Dia duduk diatas sebuah kursi besi, dan melihat serta menikmati banyak hal. Ada sebuah hal yang membuat Kelvin kembali ke masa lalunya untuk sejenak. Dia melihat beberapa anak kecil yang sedang bermain dengan riangnya tepat di depannya. Mendengar tawa itu dia kembali teringat bagaimana dulu tawanya saat bermain bersama ibu dan ayahnya. Bagaimana dia bisa bermanja-manja dengan ibu dan ayahnya. Dia juga teringat bagaimana mana rasa bahagia nya ketika dia bermain bersama teman-temannya di waktu kecil dulu. Persis sekali seperti pemandangan yang ada di depannya. Ketika mengingat semua hal itu Kelvin merasa sangat kesal. Dia merasa kebahagiaan nya itu, canda tawa itu telah dirampas oleh kekayaan yang dimiliki ayahnya. Dia begitu muak ketika terbayang wajah ayah nya itu. Kelvin kembali berjalan berkeliling taman untuk melupakan kekesalan dan menghilangkan ingatan tentang ayahnya itu. Rasa kesal terus menumpuk di dadanya. Kelvin melampiaskan kekesalannya itu dengan menendang benda yang ada di depan nya. Dia menendang batu, botol , hingga kaleng minuman tanpa memikirkan akibatnya. Sampai saat Kelvin menendang sebuah kaleng, dan kaleng itu terpental jauh hingga mengenai tepat kepala seorang wanita. Kelvin tak menyangka. Pelampiasan kekesalan nya itu malah memakan korban. Dia hanya terdiam melihat wanita itu kesakitan di depannya. Dia tak mampu berkata apa-apa. Dia tak mampu melangkah kan kakinya. Sekilas tatapan mata perempuan itu tertuju kepada Kelvin, namun tidak lama hanya beberapa detik saja. Perempuan itu melangkahkan kakinya menjauh dari posisi Kelvin. Kelvin lega ternyata perempuan itu tidak memarahinya atau mengumpat yang tidak-tidak seperti sinetron televisi yang tayang setiap hari. Langkah kaki Kelvin terhenti di sebuah tempat duduk santai yang ada di taman. Sedari tadi banyak yang berlalu lalang sambil memandang dirinya dengan tatapan merendahkan. Dia sudah biasa dengan tatapan itu, bukan hanya orang asing pak tua itu juga memandangnya dengan tatapan merendahkan. Kelvin menatap berbagai macam manusia dengan jenis kelamin yang berbeda dan usia yang juga berbeda. Banyak anak-anak berlarian kesana kemari dan tertawa girang seperti tidak ada masalah dalam hidupnya. Kelvin ingin kembali menjadi anak kecil yang hanya tau tentang bermain, bermain dan bermain. Tidak ada permasalahan yang datang ataupun perdebatan yang membuatnya pusing. "Jangan kesana ya nak bahaya. Disini aja mainnya." Suara seorang ibu yang membisikan kepada anaknya untuk tidak mendekati Kelvin. "Gua gak makan orang kali," seru Kelvin dengan volume suara kecil. Apa yang salah dengannya duduk di taman ini, dia tidak melakukan tindak kejahatan apalagi menyakiti anak kecil. Kelvin masih punya hati untuk tidak mau melakukan tindakan kejahatan kepada perempuan baik dan anak kecil. Sembari duduk menikmati indahnya taman serta nikmatnya suasana, Kelvin memejamkan matanya sambil tersenyum. Tiba-tiba ada sebuah benda bulat mengenai kakinya. "Om kiki mau ambil bolanya," seru anak kecil kira-kira berumur 5 tahun. Kelvin tersenyum dengan anak kecil itu, sudah lama dia tidak berinteraksi dengan anak kecil. "Boleh ambil saja, main sama siapa?" tanya Kelvin sambil mengelus pucuk kepala anak itu. "Main sama teman tadi, cuma mereka udah pada pulang Om ya terpaksa main sendiri," seru anak kecil itu. "Kamu nggak takut sama Om?" "Untuk apa takut, kan Om bukan dinosaurus atau monster yang suka makan manusia," jawab anak kecil itu. Kelvin tertawa tanpa sadar. Mereka berbincang-bincang layaknya abang dan adik. Tidak ada Kelvin yang jahat, hanya ada Kelvin yang hidup normal seperti dulu. "Kok pake baju rumah sakit dek?" Kelvin baru sadar bahwa anak di depannya ini memakai baju rumah sakit. "Kata bunda Kiki harus pakai ini biar keren. Di Sana ada tempat tidur kiki Om, banyak anak-anak hebat disana. Kata Bunda anak-anak yang tidur disana itu adalah anak-anak yang hebat seperti ultraman." Kelvin memandang kearah yang anak itu tunjuk, ternyata ada rumah sakit disana. Sekilas Kelvin berpikir bahwa anak ini sakit tetapi tidak tau apa penyakitnya. "Sayang ayo kita balik ke rumah sakit lagi." Perempuan berumur sekitar 30 tahun datang dengan tersenyum lembut. "Iya bunda, Om ini temani Kiki duduk lo," celoteh Kiki. "Maaf bu saya bukan orang jahat," ucap Kelvin cepat. Kelvin takut perempuan di depannya mengira dia adalah penjahat yang ingin menyakiti anaknya. Ibu itu tertawa sambil menggendong anaknya. "Iya saya tau, tidak semua orang bisa dinilai dari covernya. Terima kasih banyak sudah mau menemani anak saya disini," ucap ibu itu tulus. "Iya sama sama buk, kalau boleh tau anak ibu sakit apa ya?" tanya Kelvin penasaran. "Kelainan jantung," jawab ibu itu. Dari kilasan matanya dapat dilihat bahwa ada ribuan kesedihan yang tersimpan rapat. Kelvin kaget, anak sekecil itu sudah diberikan penyakit kelainan jantung. Apa sebenarnya yang dunia ini inginkan. Seakan semua tidak adil. Ibu itu pamit meninggalkan Kelvin, mereka bercanda ria seperti tidak ada beban yang dideritanya. Saat itu Kelvin mulai berpikir, apakah hidupnya ini akan terus seperti ini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD