Sepanjang perjalanan mereka hanya diam membisu. Bahkan Ayana melempar pandang keluar jendela dan tidak memperhatikan bagaimana raut wajah Brian. Dibilang kecewa tidak, namun kesalnya bukan main karena Brian marah tanpa sebab. Sesampainya di rumah, mereka masih saja membeku tanpa saling sapa. Hingga sampai di kamar untuk melepas lelah pun mereka masih acuh. Bagi Ayana itu adalah hal biasa, namun tidak bagi Brian. Pria itu tidak bisa tanpa komunikasi sedangkan mereka adalah suami istri. Brian segera menelisik isi lemari yang ada di samping Ayana. Dia menemukan berkas kontrak pernikahan yang berisi perjanjian. Dengan sengaja pria itu membawanya ke hadapan Ayana. "Kau lihat ini?" Brian menunjukkan selambat kertas yang ditandatangani keduanya. "Ini surat perjanjian kita, kan?" tanya Aya