When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Daniel menghela napas kasar. Dia diterpa kegundahan. Pasalnya dua wanita terdekatnya terlibat pertengkaran sengit. Sang ibu memang tidak bisa menerima kehadiran Alma. Karena lebih condong ke Ayana. Mereka amat dekat dulu, sudah seperti ibu dan anak. "Ya sudah kita keluar sekarang," jawab Daniel pada akhirnya. "Yey! Terimakasih, Sayang," balas Alma antusias dan segera bersiap. Daniel melongo seketika, baru beberapa detik yang lalu wajahnya sangat sendu sekarang tiba-tiba saja sumringah. Daniel pun ikut bersiap. Lima belas menit kemudian mereka sudah berangkat dengan mengendarai mobil. Sepanjang perjalanan tak hentinya Alma mengutarakan keinginannya. "Kita ke mall dulu yuk, sayang," pinta Alma dengan harap. "Baiklah, terserah kau saja," balas Daniel datar. "Kenapa dengan wajahmu?