When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Kediaman Aditama "Kenapa kau bisa pulang terlebih dahulu saat para tamu undangan belum sepenuhnya bubar?" tanya Lim dengan penuh amarah. Mendapati Yura justru sudah pulang terlebih dahulu tanpa berpamitan dan sekarang dia sedang membaca buku di ruang keluarga dengan santainya. "Maafkan saya, Ayah. Tiba-tiba saja kepalaku mendadak pusing. Ayah tahu sendiri kan Yura memiliki darah rendah yang kaya dokter tidak boleh terlalu capek," jawabnya beralasan. Parcha mencoba menenangkan suaminya. Dia tahu Lim begitu kesal pada anak-anaknya jikan tidak jika tidak memperhatikan perasaan sang anak. "Sayang, sudahlah. Kau jangan marah-marah," bisiknya pelan. "Seharusnya kalian mendukung penuh pernikahan Brian bukannya malah sibuk sendiri-sendiri!" tegas Lim masih terus menguliti Yura. Wanit