"Kenangan tentang kamu itu indah walau harus sakit disaat bersamaan."
Farras Adhiyaksa
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
"Karena kamu adalah....anugerah terindah yang pernah ku miliki....."
Sorak sorai bergemuruh di seluruh penjuru sekolah. Tepuk tangan menghiasi setiap sudut sekolah. Bahkan setiap mata memandang ke arah yang sama. Termasuk Farras yang ikut melompat-lompat di tengah-tengah kemeriahan perayaan ulang tahun sekolah mereka ke-25 tahun. Gadis itu melonjak girang bukan hanya karena sang vokalis yang baru menyanyi tadi tampan tapi karena ia yang menyimpan perasaan penuh pada lelaki itu. Sayangnya, Farras tak pernah berani mendekati lelaki itu. Lelaki itu hanya akan menjadi lelaki yang ia kagumi. Tak lebih. Pun ia tak pernah berharap terlalu jauh dengan lelaki itu namun sekedar doa yang terlintas sudah sangat sering.
Ia mencintai lelaki itu. Amat sangat. Tapi tak pernah berani mendekat. Baginya itu hanya mimpi. Toh, lelaki itu pun pasti tak mengenalnya. Jadi, untuk apa pula--ah....belum apa-apa ia sudah patah hati duluan. Untungnya tak ada satu pun yang tahu bahwa ia menyukai lelaki itu. Kalau ada yang tahu, habislah sudah. Ia tak punya muka lagi.
Tapi Farrel? Lelaki itu memandang Farras dari kejauhan dengan senyum tampannya. Melipat kedua tangan di depan d**a lalu terkekeh kecil. Cewek-cewek yang ada di sekitarnya menjadi ge-er karena dikira ditatap oleh Farrel dengan begitu manis. Padahal Farrel sedang menyimak tingkah laku adiknya yang sedang jatuh cinta. Ia sering melakukannya (menatap Farras diam-diam) sebab melihat Farras jatuh cinta itu lucu sekali. Cinta seolah banyak mengubah Farras yang bawel mendadak pendiam atau bahkan mendadak pelupa. Gadis itu berubah menjadi aneh. Namun segala kelakuannya sangat menghibur Farrel.
Hoho....Farrel tahu dari mana kalau Farras menyukai lelaki itu? Tahu dong! Sebab Farras sering kali salah tingkah di parkiran tiap pulang bersamanya. Hal yang baru Farrel sadari karena beberapa kali ia tak sengaja memarkirkan motornya di sebelah motor lelaki itu--Andra. Ya, namanya Andra. Teman sekelasnya Ardan. Untung saja bocah tengil itu tak tahu. Walau yaaah...Farras sering sekali datang ke kelasnya dengan alasan yang dibuat-buat. Membuat Ardan kesal hanya untuk melihat Andra. Walau Andra tak memberikan respon. Baginya, sudah cukup dengan ia melihatnya. Yah, cinta bagi Farras sesederhana itu.
Farras sering berpura-pura menunggu Farrel di atas motor jika motor Andra tepat di sebelah motor abangnya itu. Tak mengajak ngobrol, boro-boro mengobrol malah. Farras malah mendadak kayak orang bisu. Gak ada suara! Gak berani ngomong! Alhasil? Ya...Andra lewat aja. Kenal juga kagak sih. Jadi ya gitu....gayung gak bakal bersambut kalau gak diumpan-umpan. Begitulah nasib cintanya Farras yang tak pernah dimulai apalagi diakhiri. Hingga lelaki itu lulus dan kini Farras hanya berani stalking di media sosial. Memantaunya dari kejauhan.
Kadang patah hati sebab tahu bahwa lelaki itu tak cuma akrab pada satu wanita. Kadang senang sendiri kalau lelaki itu memasang status yang berhubungan dengan jatuh cinta. Padahal belum tentu status itu untuk Farras. Iya gak? Farras aja yang ke-ge-er-an!
Kini gadis itu malah gigit jari. Agak-agak jealous karena sang pembawa acara perempuan yang juga kakak kelasnya, kecentilan bertanya-tanya aktivitas Andra. Huuh! Andaai....ia yang terpilih menjadi pembawa acara kemarin! Ahh....lagi pula ia gagal pun gara-gara siapa coba? Gara-gara lelaki itu! Siapa suruh dia muncul disaat Farras sedang tampil? Alhasil? Farras kehilangan kata-kata. Hingga membuat malu dirinya sendiri lalu menangis meraung-raung di depan Farrel.
Padahal Andra hanya tak sengaja masuk ke ruang seni saat itu. Tapi efeknyaaaa? Dahsyat! Terjadi gempa mendadak dijantung Farras dan tsunami yang mengalirkan rasa-rasa jatuh cinta ke seluruh tubuhnya. Parahnya, ia tiba-tiba kesetrum cintanya Andra lalu mati sesaat.
Tapi ada syukurnya pula. Kalau ia yang menjadi pembawa acara lalu Andra yang ikut mengisi acara, apa jadinya? Ia bisa mendadak epilepsi karena tidak bisa mengendalikan diri. Epilepsi cintanya Andra.....eaaaak.....
"Tapi betewe, Ndra. Kayaknya cewek-cewek disini pada penasaran nih, lagu itu buat siapa sih?" Si perempuan centil itu bertanya dengan centil pula.
Suasana sekeliling sekolah mendadak hening. Tak ada suara dari cewek-cewek yang biasanya cekikikan mencari-cari perhatian. Bahkan semua mata mereka mendadak tertuju pada Andra yang kini malah terkekeh kecil. Wajah lelaki itu memerah begitu saja. Hei....hei....jangan bilang kalau Andra telah suka pada seseorang?
Sementara jantung Farras rasanya mau lepas. Saking gugupnya, seluruh tubuh Farras sampai kaku dan dingin. Gadis itu seolah-olah ditinggal ruhnya sesaat. Hanya gara-gara Andra!
"Ada lah. Hehehe," Andra cengengesan sambil menggaruk-garuk tengkuknya.
Jawabannya disambut sorakan 'huuu' dari cewek-cewek. Penonton kecewa. Sementara Farras kaku namun mendadak cemas seketika. Ia lebih kecewa dibanding yang lain. Ah....jatuh cinta itu ada enaknya ada enggaknya yah. Enaknya kalau perasaan kita dibalas juga. Enggaknya kalau itu orang sudah punya orang lain yang disayang. Aaaah....kalau bisa ditikung, ditikung deeeh, keluh Farras yang tiba-tiba panas. Gadis itu patah hati seketika namun matanya tak lepas sedikit pun dari sosok lelaki yang kini terkekeh-kekeh menuruni panggung.
Ternyata...cinta diam-diam itu menyakitkan yah. Ketika hati harus menyimpan rasanya sendiri. Ketika bibir harus diam membisu sendiri. Tapi Farras tak bisa mengendalikan hati. Maka ia biarkan saja cinta itu terus tumbuh tanpa bisa ia cegah. Walau nasibnya kini terombang-ambing di lautan cintanya Andra. Karena ternyata disekelilingnya, bukan hanya ia yang patah hati tapi juga cewek-cewek lain yang menatap penuh harap pada Andra.
Andra. Lelaki itu tak salah. Yang salah itu pesonanya yang bisa menggempur hati cewek-cewek.
Ah....Andra....you make me crazy, makinya dalam hati.
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
"Ya Allah....ya Tuhanku.... ku mohon kepadaMu....Masukan aku ke dalam lubuk hatinya...buatlah dia cinta kepadaku....."
Dan dua tahun pun berlalu. Tapi lagu yang dinyanyikan Farras masih sama. Masih sebuah harapan yang tak kunjung nyata. Kilahnya sih, lagu adalah doa. Tapi jika tanpa usaha apa gunanya?
Namun ia bisa berkilah lagi. Sebab Bundanya mengajarkan untuk mencintai seseorang karena-Nya. Ketika itu, ia akan kuat menjaga hatinya agar tak terbawa arus pacaran yang menyesatkan. Juga untuk selalu taat dan tidak mengecewakan-Nya. Karena percayalah, jika hati telah menetap hanya pada Allah semata, maka mudah bagi Allah untuk menetapkan sebuah hati padanya. Hati lelaki yang juga mencintainya karena-Nya. Memang tak mudah sih. Tapi cara Allah membuat Farras bertahan terhadap godaan lelaki selama ini amatlah indah. Allah sengaja menciptakan Farras yang mendadak ciut tiap bertemu Andra. Hal yang tidak disadari Farras kalau itu akan sangat membantunya untuk mempertahankan cintanya dalam diam.
Sementara Farrel yang tak sengaja mendengar dan melihat tingkah Farras yang tengil itu hanya cengar cengir. Diam-diam menertawai tapi yah....seenggaknya ia tak cemas karena Farras tak patah hati sepertinya. Minimal sih begitu. Walau Farras kadang suka jumpalitan sendiri tanpa sebab atau mendadak badmood hanya karena status Andra di media sosial. Ohoo....Farrel tahu dari mana lagi? Diam-diam dia berhasil menerobos akun Farras hanya untuk memantau gadis itu. Kalau Ferril sih enggak. Adiknya itu kan lelaki. Bisa menjaga diri sendiri.
"Ya Allah...ya Tuhanku...ku mohon kepadaMu....buatlah dia menjadi kekasihku....jadikan dia milikku selamanya...."
Farras menyanyi lagi. Kali ini penuh penghayatan dengan sapu di tangan, mata yang memejam dan tangan yang terus berusaha meraih sesuatu. Padahal tak meraih apapun walau dalam khayalannya, ia mencoba meraih cinta Andra.
Ah...mengagumi itu indah namun sakit disaat bersamaan. Semakin ia menghayati, nyatanya Farrel semakin tak mampu menahan diri untuk tidak tertawa. Hingga tawa tampannya terdengar ke telinga Farras. Gadis itu langsung menghentikan nyanyiannya, membuka mata dan berpura-pura fokus menyapu lagi. Membuat Farrel yang jarak terkikik itu malah terkikik. Farras benar-benar menghiburnya. Sementara Farras malu setengah mati. Ia tidak masalah kalau dibilang gila oleh Ferril tapi please....jangan oleh abangnya yang satu ini!
"Bang! Dari pada ngetawain Farras nih ya, mending juga bantuin Farras ngepel sebelum Bunda pulang!" Cercanya yang setengah malu namun juga dongkol. Mukanya yang bersemu merah itu tak luput dari penglihatan Farrel. Hebatnya pun, Farrel tak sekali pun mengungkit Andra atau menyebut-nyebut namanya. Ia tak mau meledek adiknya. Ia sangat menjaga perasaan Farras yang walaupun bawel setengah mati itu ternyata sangat rapuh.
Sama dengan Farras. Walau tahu bahwa ia sedang patah hati, gadis itu hanya bungkam. Bahkan gilanya, berpura-pura tak terjadi apapun. Bersikap biasa saja di depannya bahkan sering kali bertingkah konyol. Sikap itu yang membuat Farrel sangat menjaga perasaannya. Walau gadis itu amatlah sangat tengil dan bawel.
Farrel masih terkikik-kikik lalu berjalan meninggalkan gadis itu sambil menutup mulut. Membuat Farras mendengus dan ingin sekali mengetuk kepalanya dengan sapu. Tapi tak ia lakukan. Itu Farrel bukan Ferril. Mana berani ia menggetuk kepala abangnya!
Tapi ah.....mengingat lagu itu, ia jadi baper sendiri. Inginnya tak hanya sekedar lagu sih tapi berwujud nyata. Namun....mungkin lelaki itu hanya bisa menjadi khayalannya dan kenangan yang ia buat sendiri dua tahun lalu. Tidak lagi kini dan mungkin masa depannya nanti. Mungkin. Tapi kenyataannya? Kenangan terus berlanjut tanpa bisa ia tahan dan ia kendalikan. Sebab cinta bukan soal logika melainkan soal hati. Ia tak bisa dikehendaki untuk singgah pada siapa. Hati pun tak begitu pemilih. Hati hanya singgah pada hati lain yang menurutnya tepat untuk melengkapi sebagian cintanya. Tak salah bukan?
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
"Dia.....seperti apa yang selalu ku nantikan...ku inginkan....."
"Dia....melihatku apa adanya....seakan ku sempurna..."
"Aaaaaaaa....," Farras histeris sendiri. Menatap laptopnya dengan penuh cinta. Lagi. Ia berhasil stalking medsosnya Andra yang ternyata baru-baru ini tampil di festival kampus. "Kok lo cakeeep amat siiih???!" Ia jerit-jerit heboh. Jemarinya menggetuk-getuk bantal dengan kuat.
Icha yang baru akan mengetuk kamarnya mendadak tak jadi. Wanita itu menurunkan tangannya dan malah memasang telinga tepat di depan pintu. Menguping. Hal yang mengundang penasaran Fadlan. Lelaki yang baru pulang semalam itu ikut menguping bersama istrinya.
"Halah...paling lagi nonton drama Korea, Bun!" Ferril yang lewat berceletuk dan lewat dengan cueknya. Ia sudah bosan mendengar jeritan-jeritan Farras yang sudah gila tiap nonton film Korea.
Icha menatap Fadlan. Wajahnya seolah bertanya, benar atau tidak ucapan Ferril barusan. Namun Fadlan membalas dengan kode agar meneruskan kegiatan mereka untuk menguping Farras. Fadlan tahu kalau anak gadisnya sama seperti ibunya yang gila Korea. Tapi Farras lebih parah lagi gilanya. Bisa jejeritan dan baper seharian hanya gara-gara artis dari negeri ginseng itu.
Tapi, gadis itu memang rada-rada aneh beberapa hari ini. Suka nyanyi-nyanyi sambil nyapu dan ngepel. Lalu joget-joget ria di depan televisi. Terus pernah waktu mau buka puasa, mata gadis itu merah saat keluar dari kamar. Habis menangis. Entah karena apa. Tapi menurut diagnosa Fadlan, gilanya Farras pada film Korea sudah mencapai stadium 3. Mengkhawatirkan karena tidak hanya berefek pada tingkah lakunya dan perasaannya tapi juga nilai raportnya di sekolah. Hingga membuat Fadlan tak berhenti mengomel dan diakhiri dengan mengelus d**a karena gadis itu selalu berhasil menyeletuk setiap kalimat yang keluar dari mulutnya.
"Aaaaaa....Andraaaaaaaa...," gadis itu jerit-jerit lagi saat Andra memainkan sebuah lagu dengan akustik. Keren dan cool abiis! Membuat Farras tak sanggup berpaling sementara dua orang di luar sana makin keheranan.
"Sejak kapan orang Korea namanya Andra?" Icha menyeletuk. Sementara Fadlan hanya mengendikan bahu. Lelaki itu mana kenal artis-artis Korea.
"Andra & The Backbone kali, Bun." Farrel menyeletuk. Diam-diam menyimpan senyum. Tapi Icha malah langsung curiga kalau keduanya bersekongkol. Matanya langsung menghakimi Farrel. Lelaki itu langsung mendengus malas. Bundanya curigaaaaan mulu!
"Farrel gak tahu apa-apa beneran." Farrel memasang wajah innocent-nya. Sementara Icha masih menatap dengan tatapan curiga namun perlahan mulai menyurut. Melihat Bundanya yang sudah tak mencurigai, Farrel memilih kabur dengan cool ke halaman belakang. Sementara Fadlan malah tak ambil pusing. Lelaki itu berjalan menuju kamar.
Baru saja akan menguping lagi, telinga Icha sudah pengang saat mendengar suara histeris Farras. Bukan histeris girang seperti tadi tapi histeris yang bercampur tangis. Kali ini Icha percaya kalau gadis itu sedang menonton film tapi ia yakin bukan film Korea sebab tak mungkin namanya Andra. Tak mau ikut berpusing ria akan tingkah Farras, Icha memilih berjalan menuju dapur. Memasak untuk makanan buka puasa nanti.
"Kamu kok jahat siiih!" Ia menarik-narik tissue sambil berusaha mengeluarkan ingus dari sarangnya. Matanya memerah namun tak lepas memandang layar laptop yang memunculkan Andra yang sedang menerima bunga dari seorang cewek ditengah-tengah ia menyanyi. Gadis dengan dress pink itu muncul dari tengah-tengah penonton sambil membawa bunga dan berjalan mendekati Andra yang sedang menyanyi. Hal yang membuat seisi lapangan kampus itu berseru heboh. Namun berhasil memporak-porandakan hati Farras dalam sekejab. Lima detik kemudian, ia langsung menutup laptopnya dengan kasar dan berlari menyusul Farrel ke halaman belakang. Memeluk lelaki itu sambil menangis seperti anak kecil.
"Kenapa?"
Farras hanya mencebik lalu memeluk lelaki itu semakin erat. Ia hanya butuh abangnya untuk menjadi sandaran. Tak lebih.
Ternyata benar jika cinta dalam diam itu tak mengenakan. Karena kenangan pahitnya terkadang lebih banyak diingat dibanding kenangan indahnya. Namun hati tak pernah jera untuk merasakan cinta. Walau tahu bahwa belum tentu cintanya dibalas yang sama.
The End