Delapan belas

1263 Words
"Satu... dua... tiga..." Cekrek Klarisa tersenyum puas melihat hasil foto-fotonya bersama Queen. Kali ini mereka selepas dari salon memutuskan untuk memakan es krim yang tempatnya sangat menggiurkan pengunjung untuk berfoto. Sangat kekinian! "Ka Vanaya, Queen senang sekali hari ini. Makasih banyak ya, teman-teman Queen juga iri pada Queen saat memasang snapgram bersama kaka." Ucap Queen dengan sesekali tangannya yang menyuapkan es krim vanilla dengan topping blueberry jam diatasnya. "Aku juga seneng banget. Kamu kayak adik aku sendiri, habisnya sih kamu sangat menggemaskan." Jawab Klarisa sambil menoel hidung Queen yang mulai memerah karena memakan es krim yang dingin. Klarisa menatap Queen dengan serius. Membuat Queen tertawa. "Ka Vanaya kenapa sih, serem tau kalau mukanya serius kayak tadi." "Klarisa mau tau dong awalnya Queen sangat menyukai aku sebelum kenal sedekat ini." Queen mengangguk, dengan mulutnya yang masih setia melahap es krim. Ia bercerita... Throwback Siang-siang seperti ini sangat nikmat untuk minum es kelapa dan duduk bersantai diruang TV. Ah namun itu hanya khalayan Queen saja. Bahunya merosot melihat satu-satunya penjual minuman dikantinnya sangat penuh dan sesak dipenuhi oleh murid yang sudah menahan dahaganya. Cuaca hari ini benar-benar panas. Queen menghampiri teman-temannya yang sudah duduk manis di bangku paling tengah di kantin. Bangku ini daerah kekuasaan dirinya dan ketiga temannya ini. Mereka bukan bad girl atau apalah itu sebutan lainnya yang di takutkan oleh anak-anak. Karena seringnya mereka duduk di bangku ini, membuat para murid lain menjuluki bangku ini dengan D'cutties. "OMG QUEEN DI NOTICE SAMA KA VLENCIA! OMG! OMG!" teriak Queen heboh sambil mengangkat ponselnya tingi keudara. Ia benar-benar senang! "Lebay." Teressa Angela, gadis yang sangat dingin dan cuek terhadap sekitar. Ia termasuk gadis tomboi, ratunya ekskul karate disekolahnya. Selalu mengharumkan nama sekolah dan pulang membawa piala juara 1 karate antar sekolah. Pintar dalam urusan berkelahi, tapi takut dalan urusan cinta. Queen mengerutkan bibirnya. "Tapi ini Queen benar-benar senang!" Kedua gadis lainnya yang merupakan sahabat Queen terkekeh kecil, sudah biasa Queen sersikap seperti ini. Yang wajahnya sangat mengalir darah Asia itu namanya Cherry Gemilang. Dan yang wajahnya sangat teramat darah asli Amerika Serikat itu bernama Pricillia Fraquin. "Tapi si aku lebih bangga, Queen kalau kamu bisa di notice sama selebgram yang sangat booming akhir-akhir ini karena kepandaiannya bermain piano." Ucap Pricillia sambil menunjukan ponselnya ke Queen. @klarisavnya Queen merampas ponsel Pricilla dari sang empunya. Lalu mulai menstalk akun yang menurutnya sangat menarik perhatiannya. Ia mengscroll sampai postingan akhir. "Woahhh Ka Vanaya keren." Queen dengan gerakan cepat membuka ponselnya dan mengembalikan ponsel Pricillia. Ia memfollow Klarisa, lalu lima detik kemudian... @klarisavnya started following you "AHHHHHHHHHH QUEEN INGIN PINGSAN!" Ketiga teman gadis itu terlonjak kaget, lalu menatap penasaran kearah ponsel Queen. "Astagaaa!" Teriak mereka bersamaan. Teressa pun kali ini ikut memekik. Mereka iri! Mereka mati-matian komentar disetiap postingan Klarisa, mengirim pesan untuk idola mereka, bahkan mereka sering menyebut Klarisa dalam snapgram. Namun lagi-lagi Queen yang polos dan beruntung mendapatkannya tanpa bersusah payah! "AKU CINTA BANGET SAMA KA VANAYA!" Klarisa tertawa. Apa-apaan cerita Queen barusan, sangat lucu. Bagaimana fans dengan seseorang langsung dalam jangka waktu kurang dari lima menit? Sangat membuat perut Klarisa geli. "Huahhh lucu banget kamu Queen." Ucap Klarisa sambil menyudahi tawanya sampai perutnya sakit dan ia mengeluarkan air mata bahagianya. Queen ikut tertawa, ia juga tidak mengerti kenapa dirinya seperti itu. "Kok Ka Vanaya bisa langsung followback aku?" Klarisa berfikir mengingatnya kembali. "Kalau tidak salah waktu itu tidak sengaja ke followback, daripada mengecewakan orang itu ya aku biarkan saja deh tidak aku unfollow." Queen berdecak kagum. Semakin sayang dirinya dengan Klarisa kalau begini caranya! "Queen sayang Ka Vanaya." ... Hidup Damian hanya seputar tentang bertumpuk-tumpuk kertas yang berisi dokumen penting dan Klarisa. Hanya itu saja. Kali ini ia menunggu kepulangan Klarisa di rumah besar keluarga Wilson. Sudah dapat dipastikan Queen pasti merengek agar Klarisa ikut bermain dulu kerumahnya. Dan benar saja. "QUEEN PULANG BAWA BIDADARI CANTIK!" Queen memeluk Felish yang sedang mengobrol ringan dengan Damian. Ia sangat manja pada Nyonya Wilson. "Jangan lari-larian nanti jatuh." Ucap Felish dengan perhatian yang tidak pernah luntur dari hari ke hari. Ia juga menyayangi Queen lebih dari apapun. Klarisa yang sedari tadi mengekori Queen dari belakang segera bergerak untuk mencium tangan Felish. "Selamat sore, Grandma. Apa kabar." Felish menatap lembut Klarisa. "Kabar baik seperti yang kamu lihat," Klarisa tersenyum hangat lalu duduk di samping Damian. Damian yang memang sudah sangat merindukan gadisnya ini dengan segera melumat bibir Klarisa tanpa permisi. Ia sangat rindu dengan gadisnya. "Hmm mmhh, Damian aku tidak bisa bernapas." Ucap Klarisa dengan susah payah, memukul-mukul kecil d**a bidang Damian. Malu setengah mati diperlakukan seperti itu di hadapan Felish dan Queen. Pipinya memerah seperti tomat saat ini. Damian menyebalkan. "Klarisa malu, Damian!" "Berarti jika dikamar boleh?" Damian mengerling jahil. "Te-tentu saja ti-tidak boleh cium." "Berarti selain cium boleh dong?" Klarisa malunya kali ini berkali-kali lipat. Untung disana hanya ada Felish dan Queen. Ia tidak bisa membayangkan jika ada Frans, Gabriel dan Emelly. "Damian nyebelin tapi ngangenin!" Ucap Klarisa keceplosan. Ah mulutnya kini tidak bisa di rem. "EKHEM, KA DAMIAN JANGAN LUPA YA KALAU MASIH ADA ANAK KECIL DISINI!" teriak Queen sambil menjulurkan lidahnya, sepertinya ia tidak akan pernah berdamai dengan Damian. "Iri saja anak kecil." Balas Damian tidak mau kalah. Mau tidak mau Felish menengahi dan mengajak Queen pergi dari sini membiarkan Klarisa dan Damian berdua. Mereka berdua menatap dalam satu sama lain. Kilatan rindu semakin terasa sampai Damian menyanyikan satu buah lagu yang membuat Klarisa tertegun. Damian bisa bernyanyi? Oh, ey You don't know, babe When you hold me And kiss me slowly It's the sweetest thing And it don't change If I had it my way You would know that you are Damian semakin menatap Klarisa dalam. Ia menggenggam tangan Klarisa yang dapat dilihat sudah ada cincin dengan lapis berlian yang sama dengan punyanya. You're the coffee that I need in the morning You're my sunshine in the rain when it's pouring Won't you give yourself to me Give it all, oh I just wanna see I just wanna see how beautiful you are You know that I see it I know you're a star Where you go I follow No matter how far If life is a movie Oh you're the best part, oh oh oh You're the best part, oh oh oh Best part Klarisa menahan napasnya. Suara Damian benar-benar memabukkan siapapun yang mendengarnya. Ah sangat merdu sekali. It's the sunrise And those brown eyes, yes You're the one that I desire When we wake up And then we make love It makes me feel so nice You're my water when I'm stuck in the desert You're the Tylenol I take when my head hurts You're the sunshine on my life I just wanna see how beautiful you are You know that I see it I know you're a star Where you go I follow No matter how far If life is a movie Then you're the best part, oh oh oh You're the best part, oh oh oh Best part If you love me won't you say something If you love me won't you Won't you If you love me won't you say something If you love me won't you Love me, won't you If you love me won't you say something If you love me won't you If you love me won't you say something If you love me won't you Love me, won't you If you love me won't you say something If you love me won't you If you love me won't you say something If you love me won't you Love me, won't you Damian menatap lekat Klarisa, ia kembali melahap bibir Klarisa dengan lembut. Ia menyalurkan betapa sayangnya ia kepada gadis itu sampingnya ini. Betapa berharganya seorang Klarisa dalam hidupnya. "I love you, Clay. Please stay by my side forever." Ucap Damian, menghentikan ciumannya namun ia tetap menipiskan jarah di antara mereka. "Jangan deket-deket, kamu tuh bau tau gak? Mandi sana, dasar orang tua m***m yang sok romantis!" ... Next chapter... ❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD