BAB 01

1445 Words
Carrie bangun dari lelapnya. Kepalanya terasa sedikit pening. Rasa itu menjalar hingga otot-otot pelipis. Terlebih lagi saat menyadari dia berada di atas ranjang kotor di sebuah kamar asing.  Sebuah kamar sempit dengan perabotan tak terurus, banyak sekali pakaian yang berjubel di laci-laci meja, puluhan celana dalam pria juga menumpuk di bawah dipan. Kalau saja jendelanya tidak terbuka, mungkin aroma tak sedap sudah menyengat hidung Carrie. Dia turun dari ranjang itu, lalu melihat keluar jendela, berharap bisa mengetahui dimana dirinya. Pemandangan alam pedesaan membentang di matanya. Langit biru terhias gumpalan awan-awan cerah, burung-burung berkicau menyambut pagi. Ini jelas bukanlah kediaman Wilson. Rumah ini sendiri berada di tanah terbuka yang dikelilingi pohon pecan besar berdaun rimbun. Ada semacam kincir angin di bagian sampingnya, kemudian garasi yang terpisah dari bagian rumah. Semuanya dicat dengan biru tua serta pinggiran hitam. Bangunan ini tampak terabaikan, taman-taman bunga yang membatasi teras juga telah ditumbuhi rumput liar.  “Dimana aku?” heran Carrie sambil menatap dirinya yang masih berbalut kimono tidur berwarna merah gelap. “Kenapa aku di sini? Aku harusnya tidur di kamarku— mengapa aku bangun di tempat asing ini?” Tangannya meraih kenop pintu, diputarnya perlahan. Namun, seseorang telah menguncinya dari luar. Spontan, dia dilanda kepanikan. “Halo, ada orang diluar! Tolong!” teriaknya keras. Beberapa saat kemudian, pintu itu dibuka oleh seseorang, pria awal tiga puluh tahunan yang mengenakan pakaian serba hitam. Sepasang mata coklat gelap miliknya yang sedingin es itu menyambut pagi Carrie. Wajahnya sangat memukau, terhias oleh hidung lurus nan panjang serta bibir tipis merah alami. Saking sempurnanya bentuk wajah itu seakan setiap sudut dibentuk dengan menggunakan bantuan mistar. Selain itu, tulang pipinya tinggi, rahang juga tampak tegas. “Ms. Wilson ... ” Tatapan pria ini layaknya ikan mati. Aura bengis seolah melingkupi tubuhnya. “Perkenalkan namaku James Woodruff.” Suaranya terdengar parau nan datar. Setelah mendengar nama belakang pria itu, Carrie merasa teringat akan sesuatu. “Woodruff? Siapa kau? Kenapa aku bisa di sini? Apa maumu? Kau mengenalku?” “Ya, Carmel Wilson, tentu saja aku mengenalmu.” Pria itu mendekat selangkah, lalu memberitahu apa yang sudah dia perbuat, “sekarang, kau sedang ada di rumah persembunyianku, aku menculikmu semalam, jadi jangan banyak bertingkah kalau tidak ingin kuikat.” Carrie tersentak kaget. Kakinya mundur selangkah demi selangkah mendekati jendela. Alur napasnya menjadi tak karuhan karena kepanikan melanda. “Menculik? Kenapa? Kenapa menculikku? Apa maumu? Cepat katakan!” “Kau putri Jeffrey Wilson, kepala polisi departemen Conroe, aku sedang mengajukan tuntutan pada ayahmu, jadi tetaplah jadi anak yang baik.” Kepala Carrie menggeleng. Ia tak percaya ada orang yang berniat licik pada sang ayah sampai menculik dirinya. “Kau sudah gila, apapun tuntutanmu, tak ada semudah itu—” “Diam saja di sini.” James mendekat selangkah. “Oke?”  Carrie mendorong tubuh pria itu, berniat untuk kabur lewat pintu, tapi James menarik gaunnya. Wanita ini mulai memberontak, ia berkelahi seperti kucing liar. Kuku-kuku jemari tangannya yang terawat baik menjadi cakar, yang digunakannya untuk mencakar wajah penculik ini kalau saja ia mampu menjangkaunya. Akan tetapi James mampu menghentikan pergelangan tangannya, mencengkramnya kuat-kuat bak sebuah borgol. Ia tak mampu menandingi kekuatan fisiknya. Sembari menyerang selangkangannya dengan kaki, dia berteriak, “lepaskan aku!” James mendorong Carrie keras hingga ia terhuyung-huyung ke kebelakang, lalu jatuh terduduk di tepian ranjang. “Kalau kau banyak bertingkah, kau benar-benar terlihat seperti kucing liar.” Dia berbalik badan hendak keluar dan menguncinya di dalam. “Aku akan datang lagi membawakan makanan. Jangan khawatir, aku ini baik.” Carrie meloncat bangun, lalu menjegal pria itu. Melihatnya kehilangan keseimbangan, Carrie menabrakkan diri ke tulang rusuknya. Tujuannya adalah sebuah kunci yang menggantung di sabuk. Dia berniat untuk mengunci balik pria ini, lalu kabur. “Aku tidak mau lagi dimanfaatkan, jangan mengira kau bisa memanfaatkanku, Kriminal.” “Oh, aku memang bilang aku ini baik, tapi aku juga mudah tersinggung.” James terdengar murka ketika mendengar kata kriminal. Dia berbalik badan, lalu menjambak rambut panjang Carrie. Jambakan itu terasa seperti ribuan jarum yang menusuk kulit kepala wanita itu, membuatnya meringis kesakitan. Namun, ini malah membuat James tertawa puas. “Kau pikir bisa pergi dengan mudah setelah kudapatkan, eh? Masuk ke rumahmu itu sangat sulit—apalagi membawamu pergi.” Suara penuh intimidasi itu membuat Carrie terpaku. Ia pasti akan melawan lagi kalau saja ia punya peluang untuk menang. Sekarang, rasanya segalanya akan berkahir sia-sia. Ia bukanlah gadis manja yang tak bisa melakukan apapun, tapi ia juga tidak bisa mengambil keputusan bodoh. “Dengar, aku sama sekali tidak memikirkanmu, jadi berhentilah mengira kalau kau adalah tawanan yang berharga,” bisiknya penuh ancaman kembali sembari meremas dagu Carrie. Sorot matanya bertambah kejam dan kejam. Dia menunjukkan ketidaksukaan yang lebih berat kepada Carrie Wilson ketimbang Jeffrey Wilson itu sendiri. “Aku memang tak berharga di mata ayahku.” Carrie tak bisa menggerakkan kepalanya sama sekali. “Kau akan menyesal melakukan ini. Tidak ada untungnya bagimu, sungguh!” “Aku lebih menyesal kalau tak melakukan ini, Sayang,” balas James di telinganya.             Kesunyian yang terjadi di antara mereka terasa penuh aura permusuhan. Panggilan Sayang tersebut mengantarkan sengatan listrik di sekujur tubuh Carrie. Ini membuatnya enggan mengatakan apapun yang mungkin bisa mengakibatkan hal buruk.             James menyeringai sembari berbisik lagi, “sekarang, jadilah gadis yang baik, dan tidur saja sampai masakanku siap.” Dia pun melepaskannya. “Jangan macam-macam denganku, kau pikir sedang berhadapan dengan siapa?” Carrie pun melompat ke atas ranjang, berniat kabur melewati jendela kecil yang ada di samping ranjang itu. Akan tetapi James segera meraih tangannya. “Lepaskan aku, aku bersumpah takkan membahas ini, lepaskan saja aku!” bentak Carrie menyadari betapa berbahayanya situasi yang tengah terjadi. Dia mati-matian melawan, tapi pada memang tubuhnya tak mampu lepas lagi. James berhasil mencengkram kedua telapak tangan Carrie. Dia lantas mengikatnya ke belakang dengan tali seadanya dari atas meja. Senyum mengejek menghiasi bibir. “Sekali lagi kau berusaha kabur, aku akan melakukan hal buruk padamu.” “Lepaskan aku!” bentak Carrie. Setelah itu, James menghempaskan tubuh Carrie ke atas ranjang, lalu mengikatkan kain pula pada kedua kaki wanita itu sampai ia hanya mampu menggeliat saja. “Lepaskan aku!” bentak Carrie sambil terus menggerakkan tangan agar ikatannya melonggar. “Lepaskan aku kumohon! Lepas, ini takkan ada gunanya!” “Teriak saja sesukamu, tak ada orang di sini.” “Dasar b******k!” James mengacuhkannya dengan keluar kamar. Namun, dia kembali seraya membawa palu, papan kayu dan paku. Pundak Carrie gemetaran, dahinya basah oleh keringat, d**a berdebar tak beraturan, napas tersendat-sendat. Wajah garang James seolah ingin menerkamnya hidup-hidup. “Mau apa kau dengan palu itu?” tanyanya dengan suara bergetar. “Memblokir kesempatanmu lari,” sahut James seraya menaiki ranjang, kemudian menambal sebagian jendela dengan kayu hingga tersisa sedikit cahaya untuk ventilasi. Carrie menggeliat hingga dapat duduk. Rok kimono yang ia pakai nyaris tersingkap seutuhnya. Paha mulus yang ia pamerkan tentu saja merangsang mata pria manapun, termasuk James. “Kau mungkin terbiasa menggoda pria lain, Ms. Wilson, tapi percayalah aku akan berusaha sekuat mungkin untuk tidak tergoda,” sindir James mennyentuh paha Carrie, lalu meremasnya lembut, “jadi kuharap kau tidak membuatku menambah daftar kejahatanku, cukup penculikan saja.” “Jangan sentuh aku!” “Kukira kau sangat suka sentuhan pria.” “Lepaskan tanganmu dari pahaku!” “Tentu,” ucap James menarik tangannya. Dia menyeringai saat menatap wajah murka Carrie. “Mohon maaf tempatnya tidak sesuai dengan seleramu, Ms. Wilson. Tetaplah duduk disini dan biarkan aku bernegosiasi dengan ayahmu, tenang, kau akan kulepaskan begitu masalahnya selesai.” “Negosiasi? Apa sebenarnya tuntutanmu pada ayah? Aku peringatkan padamu,  aku tidak berharga di mata ayahku seperti bayanganmu! Dia hanya peduli reputasi!” “Woodruff, kau pasti mengenal nama belakang itu—yang menggemparkan kota belasan tahun silam. Tak mungkin kau tak mengenal nama itu.” James berjalan mendekati pintu kamar. Mimik wajahnya berubah serius dan keinginan balas dendam. “Oh.” Carrie, terkesiap. Setelah mencari sederet nama Woodruff di ingatan kepalanya, ada satu nama Woodruff yang pernah menggemparkan seisi kota sekitar lima belas tahun yang lalu. Dia mendelik ke punggung James. “Itu— Harry Woodruff, perampok itu 'kan?” “Ya, kau benar. Dia ayahku.” kilatan mata James berubah dingin. Dia melirik tajam Carrie dengan tatapan membunuh. “Yang penangkapannya membuat karir ayahmu melonjak hingga menjadi kepala polisi.” “Untuk apa kau ingin bernegosiasi kasus yang sudah selesai? Dia sudah mati—dia kriminal yang melakukan perampokan dan pembunuhan.” “Untuk apa? Sudah jelas—untuk menghancurkan kalian.” “Apa maksudmu? Kau ingin balas dendam karena kriminalitas ayahmu? Ini tak masuk akal! Kekanak-kanakan!” Carrie meneguk ludah seraya menggelengkan kepala. “Kau akan dipenjara! Polisi akan kemari dan menangkapmu! Kau tidak akan mendapatkan apapun dengan cara pemaksaan seperti ini!” “Percayalah, Sayang, aku sudah tidak peduli.” “Tolong lepaskan aku, kita bisa bicara baik-baik, kau mau uang?” Wajah James mengeras. Dia menggebrak meja karena saking marahnya. Dia menuding wajah cantik Carrie dengan tatapan merendahkan. “Kalau aku butuh uang, aku tidak perlu susah-susah membawa w***********g sepertimu kemari.” Carrie tersentak. Dia ingin memaki dirinya sendiri karena tak berpikir dua kali saat mengatakan hal semacam itu. Ia melukai harga diri James. Ada sesuatu dalam diri pria itu yang menginginkan sesuatu lebih besar ketimbang uang. Namun, dia tetap benci panggilan kasar barusan. “Jalang? berani sekali kau mengataiku jalang!” “Memang benar, berita yang berhubungan denganmu selalu mudah tersebar seperti virus, kau tahu, mantan tunanganmu itu membeberkan rahasia kalian'kan? Kau merelakan tubuhmu dinikmati teman-temannya.” “Apa katamu!” “Berita skandal selalu cepat tersebar, Sayang,” sindir James jijik melihat tubuh Carrie. Walaupun demikian, dia merasa benci dengan dirinya sendiri yang terpana akan pesona wajahnya. “Cih, murahan!” Pintu dibanting. Mata Carrie perlahan dipenuhi air mata. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD