BAB 02

1071 Words
Carrie terduduk di atas ranjang selama berjam-jam, membiarkan air mata jatuhmembasahi pipinya. Sejauh ini dia tidak mengalami cedera serius. Dia tidak bisa memikirkan apapun. Padahal hari ini seharusnya menjadi awal dia masuk ke tempat kerja yang baru di sebuah sanggar tari pinggiran kota. Ia menyesali keputusannya untuk menunda pergi dari rumah. Kalau saja waktu bisa diputar, dia ingin meninggalkan rumah sang ayah lebih cepat dan menghindari peristiwa ini. Pintu dibuka. James datang dengan membawa nampan yang berisi sepiring roti isi daging panggang, segelas air putih dan sebuah apel merah. Dia menaruhnya di atas ranjang, lalu melepaskan ikatan tangan dan kaki Carrie. “Jangan bertindak konyol.” “Sampai kapan aku akan di sini?” “Sampai ayahmu mau melakukan sesuatu untukku.” “Menghancurkan apa maksudmu?” “Harry Woodruff bukanlah pelaku kriminal, tapi dia dibuat seakan-akan menjadi pelakunya, dan dia berakhir mati sia-sia—akibatnya, masa remajaku berantakan, tak ada yang mau menerimaku kerja setelah mereka tahu catatan buruk ayahku. Tuntutanku hanya satu, Jeffrey Wilson mengakui kesalahannya di depan publik, dialah dalang yang membuat ayahku jadi kambing hitam.” Carrie mendadak sendu. Dia tidak mengerti jalan pikiran pria itu. rasanya percuam untuk meminta pengertian atau belas kasihan. Keseriusan akan pembalasan dendam seolah sudah terukir di wajahnya. Takkan bisa dibujuk kembali. “Dia takkan mau melakukannya,” ucapnya lirih. James mengambil sebilah pisau dari dalam laci salah meja dekat pintu. Pisau itu pendek, tapi memadai. Dia melontarkan pisau tersebut ke udara hingga membuatnya berputar-putar bebas, lalu ditangkap ujungnya dengan cepat. Semua ia lakukan hanya ingin memamerkan keahliannya saja. Sembari menyodorkan gagangnya pada Carrie, dia berkata, “dia akan mau melakukannya—karena putri emasnya sedang terancam.” Napas Carrie tersentak. Ia waspada. “Apa? Untuk apa pisau ini?” Mata James mengarah ke apel yang ada di atas nampan. Carrie pun meraih pisau tersebut. Pikiran untuk melarikan diri pun seketika memenuhi isi kepala. Ada pisau di tangan, sekarang hanya perlu waktu yang tepat. Dia memikirkan untuk langsung menodongkan benda itu pada James. “Tangan mungilmu sebaiknya berhati-hati saat memegang benda tajam, Ms. Wilson,” kata James menyeringai sembari senantiasa memberikan pandangan menyeluruh di tubuh Carrie. Ada sesuatu yang membuatnya tak suka pada wanita itu. “Hati-hati juga, jangan menodongkan benda berbahaya itu pada orang lain—kalau tak ingin ditodong dengan benda berbahaya lainnya.” “Aku tak suka pandanganmu.” “Kenapa? Membuatmu terbakar? Kau sangat suka permainan pria, bukan?” “Hentikan.” “Bagus, kalau kau sungguh-sungguh ingin menghentikanku, kau punya pisaunya.” James menaiki ranjang tersebut, lalu menarik tangan Carrie, mendekatkan jarak di antara mereka berdua. Setelah wajah mereka berjarak hanya satu jengkal, dia berbisik, “tusuk aku kalau kau ingin aku berhenti.” Carrie terkejut. Dia merapatkan tubuhnya hingga ke dinding. Rencananya hanya sebatas menodong, mana mungkin dia berani melakukan tindakan kekerasan pada orang lain. “Kau sudah gila.” Tangannya gemetaran ketika mengangkat pisau itu. “Jauhi aku—atau kau kubunuh!” James meremas pergelangan tangan kanan Carrie sampai pisaunya terlepas. Ia mengangkat tangan tersebut, lalu mengecup jemarinya dengan lembut. “Kau melewatkan kesempatanmu untuk melukaiku, Sayang, kenapa? Kau bisa menusukku barusan, tapi sudah jelas kau takkan melakukannya—karena kau selalu haus sentuhan pria” “Aku bukan kriminal, aku tak melakukan hal kriminal, sekarang jauhi aku.” “Jangan pura-pura naif begitu.” Carrie berpaling, tak ingin helaan napas James semakin menyengat kulit wajahnya. Detak jantungnya berdebar-debar. Ia merasa aneh. Walaupun ini bukan kali pertama dia berada sangat dekat dengan seorang pria. Namun, ini terasa berbeda. Kecupan lembut barusan terasa berbeda dengan perlakuan sang mantan tunangannya. Rambut Carrie terurai, James menyisirnya dengan jemari sembari berkata, “jangan terlalu berharap, Murahan—aku takkan menyentuhmu, kecuali—kau sangat menginginkannya. Aku yakin, w***********g sepertimu takkan bisa hidup seharipun tanpa sentuhan pria.” “Jangan menyebutku jalang!” sentak Carrie memberanikan diri untuk menatap langsung ke kedua mata dingin James. “Aku yang tak sudi disentuh kriminal kekanak-kanakan sepertimu.” “Tak sudi, eh?” Setelah lama terdiam, James menyatukan bibir mereka. Bibirnya keras, namun lembut ketika mengelus milik Carrie yang terkatup rapat. Ia mengharapkan respon yang lebih hangat. Namun Carrie malah bersiap memberontak. Perlawanannya yang sudah seperti kucing menggeliat itu membuat James merasa geli. Ketika bibir Carrie tak mau terbuka juga, James menarik diri. Carrie meletakkan tinjunya di d**a James yang berotot. Ia mengerahkan segala tenaga yang dia miliki untuk mendorongnya jauh-jauh, tapi pria itu bertahan. “Aku akan menuntutmu atas pelecehan ini.” James meraih seuntai rambut pirang Carrie di antara jemari, lalu menyapukannya ke bibirnya yang seksi itu. “Kau pikir bisa lolos setelah sengaja memancingku?” “Sengaja? Kau menciumku!” bentak Carrie berusaha memberikan jarak di antara mereka. Suaranya semakin bergetar dan dipenuhi rasa jijik. “Jangan menyentuhku!” “Atau apa?” ejek James menahan tawa. Carrie memiringkan tubuhnya, lalu menyambar pisau yang tadi terlepas dari tangannya. Dengan tatapan penuh kemurkaan, dia menunjukkan mata pisau buah tersebut. “Aku serius akan membunuhmu.” Ledakan tawa keluar dari bibir James seiring dia menuruni ranjang itu kembali. Wajahnya terlihat sangat menikmati permainan barusan. Dia memberikan pandangan mencemooh pada Carrie. “Aku dibunuh karena sebuah ciuman, rasanya lumayan, tapi kurasa tak pantas jika itu membuatku mati.” “Berhenti mempermainkanku!” “Maaf, Sayang, maaf, aku tidak bisa menahan diri kalau ada jalang di ranjangku.” Napas Carrie memburu, tak teratur, penuh kemaraahan. Dia menodongkan pisau tersebut dengan penuh keberanian. Namun, dia bagaikan seekor kucing yang hendak diserang singa. “Berhenti memanggilku begitu!” “Makan saja, tak perlu sampai bersikap begitu—” James melihat kembali kulit kaki Carrie yang sangat halus saat bersentuhan dengannya tadi. Wangi rambut, aroma tubuh wanita itu barusan benar-benar telah menyulut api yang bergelora dalam dirinya. Ia mengutuk diri sendiri karena termakan pesona kewanitaan itu. “Aku membencimu!” “Membenciku karena ciuman? Kira-kira berapa ribu pria yang kau benci sekarang?” Carrie sudah curiga dengan segala sindiran yang ia terima. Dari awal, James layaknay orang yang sangat mengetahui jati dirinya. “Kau—kenapa kau terlihat sangat membenciku? Aku tidak mengenalmu? Apa hanya karena aku anak ayahku?” “Tidak juga, jujur, aku tak membenci kalian—aku hanya jijik.” James berpura-pura ingin memuntahkan isi perutnya. “Kelakuan ayah, kelakuan anak sama saja, menjijikan.” “Aku tak paham maksudmu, aku tak mengenalmu!” James memandangi wajah Carrie, berusaha keras untuk menahan pesonanya. “Tapi aku mengenalmu, Sayang, dan juga ribuan pria lainnya—tidak, tidak, jangan melihatku seperti kita pernah menjalin hubungan dan aku kecewa padamu, tak pernah, ini pertama kalinya kita bicara.” Carrie mengerutkan dahi. “Kau pasti hanya orang gila.” “Terserah.” James kemudian berjalan keluar kamar. “Aku takkan mengunci pintunya, kau bebas di rumah kecil ini, aku bukan penculik yang jahat. Aku ada di depan pintu ini, menonton televisi—melihat apakah ada berita tentangmu yang menghilang.” “Kumohon, kau salah melakukan ini, setidaknya percaya padaku, ini takkan ada gunanya, ayahku tidak mencintaiku! Aku mengatakan ini bukan untuk meyakinkanmu untuk melepaskanku, tapi meyakinkanmu bahwa ini sia-sia!” James mengacuhkan perkataan barusan. Dia mana mungkin percaya hal semacam itu karena Carrie dianggap sebagai anak emas bagi Jeffrey Wilson. Sebelum menutup pintu, ia menoleh, kemudian memberikan peringatan lain, “tapi jangan mengira bisa kabur. Jika kau melakukan percobaan kabur lagi, aku mungkin akan mencium bagian tubuhmu yang lain—lalu membuatmu tetap tenang di ranjang.” Pintu ditutup. ***   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD