Luna sekarang berada di balkon kamar miliknya pribadi, semenjak kejadian kemarin malam, Luna menjadi bagian dari keluarga Dean sebagai adik perempuan. Sebenarnya Luna sedikit tertawa mendengar hal itu, kenapa bisa Dean kepikiran bahwa Luna merupakan adiknya? Itu pikiran paling tidak masuk akal yang pernah Luna dengar, padahal hubungan mereka lebih rumit dari itu.
Selain itu, banyak juga pelayan yang di pecat dari rumah itu karena berusaha mencelakai Luna, awalnya Dean ingin membunuh mereka semua, tetapi itu tertahan oleh Luna yang tidak ada dendam. Jadi pada akhirnya Dean melunak dengan perkataan Luna dan memutuskan untuk melepaskan semuanya saja, tetapi sebagai hukuman mereka ditaruh di tempat terlantar.
Luna tidak paham dengan sisi Dean yang protektif ini, padahal ia tidak memiliki hubungan yang spesial dengan pria yang serumah dengannya itu sekarang, tetapi entah kenapa pria itu membuatnya sedikit merasa iba.
Pada balkon di kamar Luna, terdapat sebuah meja pendek dengan kursi yang menyesuaikan, Luna sedang membaca sebuah buku dengan diary di atas meja, ia hanya bersantai sembari meminum teh dan juga cookies coklat buatan pelayan di rumah itu.
Saat semua sudah beres pagi tadi, Dean langsung pergi dari mansion untuk melakukan pekerjaan rumitnya itu. Ya, Luna merasakan ini kesempatannya untuk mencari tau siapa Dean. Apa motif yang dilakukannya dan apa hubungannya dengan beberapa kekacauan belakangan ini yang ada di dunia.
Dalam buku diary miliknya, Luna mencatat semua detail yang dikumpulkannya selama beberapa hari ini. Luna sengaja berpakaian ketat karena ia ingin menyelipkan diary kecilnya itu pada tubuhnya, setelah selesai menyelipkannya di bagian dalam tubuhnya, Luna segera keluar kamar untuk turun ke bawah meminjam ponsel salah satu pelayan.
“Apa kau mempunyai nomor, Dean?” tanya Luna kepada pelayan yang dijumpainya sedang membawa sebuah barang.
“Tidak ada, Non. Nona bisa coba pakai ponsel yang ada di ruang Tuan Dean saja, ia juga sudah menitipkan pesan kepada kami semua,” ucap pelayan itu dengan ramah.
“Oh, begitu ya? Baiklah, terima kasih!”
Luna segera pergi menuju kantor Dean yang terpisah dari rumah besar miliknya itu, ia berjalan panjang dengan sedikit merutuki kenapa Dean membuat kantornya itu pisah dengan rumah. Saat sudah sampai, Luna langsung membuka ruangannya yang tidak terkunci.
“Aneh… Apa ia tidak takut?”
Saat memperhatikan sekitar yang kosong Luna langsung melihat mejanya yang ternyata itu merupakan ponsel yang terhubung dengan kabel, “Sial! Kalau begini aku mana bisa menghubungi dia.”
Luna kesal, tapi ia tidak menyerah jadi ia mencoba mencari ponsel di ruangan itu, tidak mungkin seorang Dean hanya mempunyai satu ponsel, kan? Saat mengacak laci mejanya, ia tanpa sengaja membuka sebuah laci yang berisikan banyak ponsel.
“Gila! Ini kan ponsel orang yang pernah dibunuh olehnya, oh ini ponsel aku?”
Luna mengambil sebuah ponsel yang sangat tidak asing dan benar saja itu miliknya, Luna dengan cepat langsung mengaktifkannya. Ia tidak takut akan terlacak atau apapun karena ponselnya itu merupakan ponsel khusus. Luna merasa kali ini dewi fortuna memihak kepadanya, keberuntungan yang ia miliki ini sangat baik baginya.
Saat sudah hidup, Luna langsung mendapati banyak notifikasi masuk, Luna mendecih malas saat melihatnya. Hal yang nggak penting bagi Luna, jadi Luna langsung saja membuka kontak orang yang diperlukannya yaitu ‘Rubah Hitam’. Setelahnya dengan cepat Luna mengambil buku diary tadi dan memfotokan semua halamannya, lalu mengirimkannya dengan sekali klik.
Luna menunggu beberapa saat, langsung terdapat balasan dengan sangat cepat.
“Apa kau sudah lelah?”
Luna mengernyit membaca pesan itu, tentu saja ia tidak lelah.
“Aku belum lelah, jadi sekarang apa?”
Luna bertanya kembali dan menunggu balasan.
“Lakukan sesuai rencana dan jangan gegabah.”
Setelah membaca pesan itu Luna langsung mematikan kembali ponselnya, untung saja baterainya sangat penuh saat terakhir kali dicuri, Luna ingat benar bahwa ia baru saja mengisi daya ponselnya.
Semuanya beres dengan cepat, awalnya Luna merasa ia akan gagal, tapi ternyata keamanan bagian internal di mansion milik Dean sangat rendah. Terlebih lagi Dean sudah menghilangkan semua cctv di ruangannya ini, itu karena ia merasa tidak nyaman dan privasinya terganggu.
Banyak celah dari Dean yang semakin memudahkan Luna dalam melaksanakan aksinya itu, sekarang waktunya Luna untuk kembali seperti biasa dan menggali lagi lebih dalam informasi tentang siapa Dean.
***
Dean pergi dengan asisten pribadinya, kali ini ia mengawasi sebuah daerah yang akan melaksanakan pembangunan judi secara tertutup, itu berada sedikit jauh dari kota, dan proyek ini dilaksanakan oleh Ibunya sendiri.
“Apa masih lama?” tanya Dean yang sedikit tertidur karena perjalannya sangat jauh.
“Hmm… Sekitar 15 menit lagi?” ucap asistennya itu tidak yakin.
“Apa benar akan selama itu?” balas Dean tidak terima.
“Itu sebentar, Dean. Sudahlah, mending kau lanjut tidur saja, aku sibuk.”
Asistennya itu tidak menggubris kekesalan Dean, Dean yang merasa disuruh akhirnya memilih untuk tidak tidur kembali dan duduk tegap untuk melihat keberadaan mereka ke mana.
“Ini yah daerah Black Seals itu?” tanya Dean.
“Iya, ini salah satu daerah mereka, menjadi pusat transaksi terbesar kedua? Apa orang tuamu masih benar-benar ingin untuk melakukan ini? Dari yang kutahu mereka itu manipulatif dan mudah membunuh rekannya,” ungkap asistennya itu.
“Ayolah Ken? Kau mendengar cerita itu dari buku dongeng yang mana?” Dean masih tidak habis pikir asistennya itu tidak bisa membedakan mana berita benar dan mana berita asli.
“Dongeng? Maksudmu? Bukannya itu hal benar?” tanya Ken dengan polosnya.
“Siapa coba yang berani membunuh rekan kerja saat kalian saling butuh? Kalau seseorang membunuh rekannya berarti ia juga sudah siap untuk mati, dunia bisnis kejam, tapi tidak akan sampai terjadi pertumpahan darah.” Dean menjelaskan realitanya.
“Aku tidak paham, jadi untuk apa kau membunuh banyak orang selama ini?” tanya Ken seraya kepalanya yang melihat ke samping menatap Dean dengan polosnya.
“Tentu saja mereka orang yang merugikanku? Tapi hal itu tidak ada kaitannya dengan bisnis, bisa dikatakan itu urusan pribadi?”
“Apa iya? Tapi kenapa di film film mafia itu banyak membunuh?”
Dean kali ini benar-benar lelah dengan kelakukan Ken, sosok pria muda di sampingnya itu benar-benar terlihat sangat polos dan banyak tidak taunya, tapi justru itulah kenapa Dean memilih Ken. Ketidaktahuannya itulah yang akan menyelamatkan dia dalam menjalankan tugasnya, karena ketika dia semakin penasaran dan banyak tau, hal itulah yang akan membuat seseorang dapat terjerumus ke dalam atau menjadi tumbal oleh mereka yang lebih kuat.