Dean membersihkan darah dari lengannya, ia berhasil membunuh beberapa orang dengan menggunakan pisau kecil miliknya. Ia merobek tubuh korbannya itu dengan pisau kecil itu sampai terkena pendarahan hebat. Semua berakhir dengan kematian, tidak ada yang tersisa di bar kecil tersebut.
Dean melakukan aksinya itu saat tengah malam, di mana seluruh pelayan dan penjaga bar sudah pulang. Ia sudah merencanakan semuanya dengan sengaja membuat ia bertemu dengan beberapa orang incarannya. Mereka merupakan orang yang diincar oleh Dean sejak lama dan ia tidak menyangka dapat membereskan semuanya hari ini.
“Empat orang telah berakhir tewas, tapi kenapa mereka cuma anggota? Aku butuh membunuh atasan mereka,” gumam Dean dengan melihat satu per satu kembali orang yang telah dibunuhnya itu.
Sapu tangan yang dipakainya dicucinya dahulu menggunakan air keran yang ada di sana, lalu menyimpannya kembali di sakunya dalam keadaan basah. Untuk sekali lagi dirinya memastikan bahwa tidak ada detail yang terlewat kalau ia yang membunuh mereka, Dean kembali memeriksa cctv yang ada hingga bekas jejak sepatunya. Semuanya sudah ia bersihkan.
“Oke, aku akan membawa kalian ke rumahku,” ucap Dean.
Ia mulai memasukkan mereka satu per satu ke dalam sebuah plastik hitam besar, lalu memasukkannya ke dalam mobilnya. Kali ini Dean sengaja membawa salah satu mobilnya yang berukuran besar untuk memudahkan pekerjaannya itu. Setelah beres, Dean langsung pergi dari sana untuk melanjutkan aksinya.
Sekarang, Dean berada di sebuah ruangan bawah tanah pribadi miliknya. Ia sedang memutilasi korbannya dengan pisau pemotong daging, ia memotongnya sampai kotak-kotak sampai terlihat sangat kecil, itu ia lakukan agar memudahkan babi hutan memakan bangkai tubuh korbannya tersebut.
Bau anyir yang sudah sering dicium olehnya itu membuat Dean menjadi terbiasa dan semakin bersemangat untuk memotong semuanya hingga habis. Ia merasakan tubuhnya selalu bergidik aneh dengan adrenalin yang terus berpacu saat mencium bau darah, terlebih lagi ia merasakan kentalnya darah beku itu langsung di depan matanya.
Seluruh organ tubuh yang ada, dipakai Dean untuk hal berguna, Dean sengaja membunuh mereka dengan menggoreskan luka hingga pendarahan hebat yang tidak menyentuh bagian perut. Biasanya Dean melakukannya di urat besar lainnya, seperti lengan, pergelangan tangan, leher, hingga s**********n korban.
Sebaik sampai dalam perjalanan yang kurang 30 menit, Dean langsung dengan segera memotong semua bagian organ tubuh korbannya itu secara hati-hati, ia memilih dan mengecek terlebih dahulu kesempurnaannya, baru mulai memasukinya ke dalam cairan pengawet untuk diserahkan ke rumah sakit yang bekerja sama dengannya.
Biasanya semua organ dapat diambil dan sempurna, hanya saja kebanyakan organ hati milik mereka dan ginjal sudah rusak karena kebanyakan meminum alkohol dan makanan cepat saji yang tidak sehat. Begitulah cara Dean memanfaatkan semua bagian tubuh orang yang ia bunuh, tapi untuk beberapa kasus karena ia terlalu emosional, ia jadi secara tidak sengaja menargetkan bagian perut mereka secara membabi buta, sehingga organ mereka tidak dapat dipakai.
“Ck, kenapa Alessa lama sekali?”
Dean sudah menunggu Alessa cukup lama dari jam janji mereka bertemu, Alessa sudah mengaret selama 10 menit, bagi mereka yang sudah terjun di dunia bisnis, telat selama 10 menit tanpa pemberitahuan merupakan hal yang sangat fatal dan merugikan banyak hal. Setelah Dean mencuci tangannya bersih dengan sabun khusus untuk menghilangkan bau darah, ia mengambil ponsel miliknya yang ada di meja dekat sudut ruangan, lalu mencari kontak Alessa dan meneleponnya.
‘Hallo?’
“Kau tau kau sudah melanggar janji temu kita?”
‘Ah, maafkan aku, tadi aku ada sedikit kendala. Kau tau kan aku dengan Cavandra lagi tidak baik?’
“Kenapa dia? Kalian bertengkar lagi?”
‘Iya, tapi ini lebih parah. Tapi kau tenang saja, aku sebentar lagi akan sampai di mansion milikmu, sekitar dua menit lagi. Aku akan langsung menuju halaman belakang, oke?’
“Baiklah”
Telepon tersebut dimatikan oleh Alessa, Dean menggelengkan kepalanya saat ia mengetahui bahwa kedua pasangan itu bertengkar lagi.
“Kenapa mereka belakangan ini sering bertengkar ya?”
Dean menerka-nerka karena itulah kesukaannya, Dean memiliki rasa penasaran tinggi, itulah yang membuat dia berada di puncak rantai dunia. Meski tidak terekspos, tapi bisa dibilang dirinya sekarang yang mengendalikan perekonomian dunia. Itu dikarenakan ia yang banyak berinvestasi di banyak tempat bahkan melakukan kerja sama dengan ia sebagai pemilik saham tertinggi.
Sama seperti keingintahuan ia tentang masalah yang membuat Alessa dan Cavandra bertengkar, Dean harus mengetahuinya karena dengan ia mengetahuinya, ia jadi lebih mudah melihat suasana dan mengendalikan semuanya layaknya sebuah pion. Meskipun dirinya sering kebanyakan diam saat berada di sebuah perkumpulan, tapi ia pandai memanipulatif semuanya dengan saling mengadu antar sesama orang yang berada di sana hingga tujuannya tercapai.
Itulah alasan sebenarnya kenapa Dean membawa Luna beberapa hari yang lalu, dengan sikap Luna yang tangguh itu, pasti temannya yang lain dapat menemukan solusi untuk pertemuan mereka hati itu. Tentang Luna yang melakukannya, Dean tidak akan mempermasalahkannya, karena selain ia untung bergerak di belakang, ia juga memberikan keuntungan besar terhadap Luna untuk bersinar sebagai orang baru yang namanya masih bersih.
Dean kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda sebentar akibat keterlambatan Alessa. Ia kembali mengambil sapu tangannya dan menyelesaikan potongan yang tinggal sedikit lagi, sampai tidak terasa bahwa Alessa sudah masuk ke dalam ruangan milik Dean hal itu bersamaan dengan pekerjaan Dean yang sudah tuntas.
“Di mana keberadaan organnya?” tanya Alessa seraya menghampiri Dean.
“Itu di sana!” Dean menunjuk sebuah meja kayu bewarna coklat dekat dengan kulkas besar untuk mendinginkan daging.
“Sebenarnya apa guna kulkas besarmu itu? Apa kau masih memakan daging manusia?”
“Sudah berapa kali aku katakan, aku tidak pernah mencobanya.”
Alessa hanya tersenyum tipis dan melesat melewati Dean mengabaikan perkataan pria itu dengan pandangan tidak percaya.
“Kali ini berapa organ?” tanya Alessa saat sudah mengambil sebuah kotak besar yang di dalamnya berisi organ dalam sebuah toples steril.
“Aku membunuh 4 orang,” jawab Dean.
“Pasti hati mereka sudah sangat rusak ya?” Alessa mencoba menebak karena biasanya emang seperti itu.
“Ya, kau benar. Sangat sulit menemukan hati yang masih bagus, begitu pula dengan ginjal mereka, tapi dua orang kali ini ginjalnya sangat bersih.”
“Oke, baiklah! Aku akan membawanya ke rumah sakitku, aku sangat berterima kasih karenamu, kali ini banyak pasien anak kecil yang membutuhkan donor organ, tapi stok terbatas.”
Alessa membungkuk setelahnya dan meninggalkan Dean dengan keadaan tersenyum karena moodnya membaik, begitu juga dengan Dean yang merasa lega karena sudah menyelesaikan semua pekerjaannya.
“Waktunya aku kembali ke tempat tidur!” seru Dean dengan menghelakan napasnya panjang.