BAB 12

1314 Words
Dean sekarang sedang duduk dan menyandarkan dirinya pada kursi kerjanya, ia berada di perusahaan pribadi miliknya yang dimana hanya ia saja yang mengetahui bagaimana cara kerja dari perusahaan miliknya itu. Bahkan sekretaris pribadi dan staffnya pun tidak mengetahui apa tujuan dari perusahannya itu. Mereka semua hanya menuruti perintah saja dari Dean. “Permisi, Tuan. Ada yang ingin masuk,” ucap sekretaris Dean dengan menghampiri Dean yang duduk menghadap ke jendela kaca di ruangan itu. “Suruh masuk,” perintah Dean. Sekretaris itu pamit dan kemudian ia pergi meninggalkan ruangan itu dan disusul masuk oleh asisten pribadi Dean, “Kami sudah berusaha mengejar Callista dan mencarinya kemanapun tapi tidak menemukan keberadaannya dimanapun,” lapor pria bertubuh tinggi dan berperawakan tegas itu. “Biarin saja, siapkan kendaraan untukku. Aku ingin balik terlebih dahulu,” perintah Dean dan diangguki oleh asistennya itu. *** Luna mengerang pelan saat ia mulai tersadar kembali ke dunia nyata, kepalanya terasa sangat berat dan pusing. “Sial! Kenapa Callista memberikanku obat tidur sebanyak itu? Apa yang sebenarnya ia rencanakan?’ gumam Luna dan perlahan membuka matanya. Setelah sudah setengah sadar, Luna menyandarkan dirinya pada kepala atenpat tidur dan melihat sekitarrnya. “Sepertinya ia sudah pergi dan membereskan semuanya, tapi kemana dia?” Luna bertanya-tanya di dalam kepalanya, ia semakin tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. “Apa aku coba pergi dari sini saja, ya?” Luna mulai terpikirkana cara untuk kabur entah darimana asalnya, ia terlalu membuang banyak waktu untuk meladeni Dean. Luna meregangkan tubuhnya dengan helaan napas yang panjang, ia menurunkan kakinya dari tempat tidur. Memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang, walaupun sebenarnya ia malas untuk kabur dari sini, karena pasti ujung-ujungnya ia akan kembali lagi ke tempat sialan ini. Pintu kamar Callista terbuka, disana menunjukkan sosok Dean yang menatap Luna dengan pandangan ramah? Luna pasti salah melihatnya, jadi ia menguce-ucek matanya. “Apa kau ingin membunuhku sekarang?” tanya Luna. “Untuk apa?” jawab Dean cepat dan mengampirri Luna, lalu duduk di sampingnya. “Seperti yang kau bilang sebelumnya kan? Kau berkata aku semacam penyusup dan ingin memata-mataimu, padahal anak buahmu sendirilah yang membuat ulah dan aku berakhir disini.” “Sudahlah, lupakan saja.” “Bagaimana bisa aku melupakannya?” “Kau benar-benar ingin kubunuh?” ketus Dean. “Selama aku masih terlihat berbaik hati untuk menolongmu, sebaiknya kau menuruti saja, aku benar-benar serius dengan perkataanku. Luna terdiam dan memandang pria di depannya itu dengan pandangan kesal dan ingin membunuh, hanya saja ia harus menahannya karena itu malah akan merugikannya. “Jadi? Apa yang mau kau lakukan padaku sekarang?” tanya Luna. “Mengobati lukamu,” jawab Dean. Luna menaikkan sebelah alisnya dan menatap Dean aneh, Luna berpikir orang di depannya itu benar-benar aneh. “Yasudah, terserah apa yang akan kau lakukan. Aku juga tidak bisa menolak,” jawab Luna. Tangan Dean mengarah ke wajah Luna dan menangkup rahangnya dengan satu tangan, Dean kemudian mengarahkan wajah itu dengan ke arahnya dan melihat luka yang ada di pipi Luna dengan sangat dekat, “Aku akan langsung mengobatinya, kau jangan bergerak.” Luna hanya berdehem, selama beberapa menit Dean mengobati seluruh luka yang ada di tubuh Luna dan selama itu pula lah mereka semua saling berdiam diri dan tidak ada topik pembicaraan yang mereka lakukan. “Sebelum aku berubah pikiran, aku pergi dahulu,” ucap Dean dan langsung meninggalkalkan kamar Callista setelah mengobati seluruh luka Luna. Luna hanya mengernyitkan dahinya karena tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Dean, “Dia berkata hal aneh apa sih?” “Karena pria sialan itu aku jadi tidak memiliki kegiatan yang menyegarkan untuk sekarang ini,” kesal Luna. “Apa ia sudah pergi?” gumam Luna. Luna mengeceknya dengan berjalan secara pelan ke arah pintu kamar Callista, lalu membukanya secara pelan. Disana Luna terkejut bukan main karena seorang pelayan sedang berada di depan pintunya dan terlihat ingin masuk, “Sial! Apa yang kau lakukan!” umpat Luna dengan nada rendah. “Ah maafkan aku,” ucap Luna kembali setelah ia sadar apa yang telah dilakukannya. “Maafkan saya Non karena mengagetkan Nona, tapi tuan menyuruh saya untuk membawakan Nona makan Siang.” “Yasudah, silakan masuk.” “Tapi Nona juga disuruh untuk pindah kamar, saya sudah mempersiapkannya,” ucap pelayan tersebut. “Pindah kamar?” beo Luna. “Iya, Nona. Silakan ikuti saya.” Pelayan tersebut menunduk dengan sopan dan kemudian berlalu pergi disusuk oleh Luna yang masih bingung. “Semoga saja ia tidak benar-benar ingin meniduriku,” gumam Luna dan merinding setelahnya. Luna mengikuti pelayan yang ada di depannya dengan sembari melihat-lihat rumah besar milik Dean itu. “Aku merasa ia benar-benar memakan uang haram,” ucap Luna. “Kemari Non, silakan masuk ke dalam. Saya juga sudah memasukan makanan siang Nona didalam,” ucap pelayan tersebut, tetapi Luna bingung asal suaranya dimana, ternyata ia kelewatan dan berbalik menghadap pelayan yang tersenyum dengan ramah itu. “Ah iya, terima kasih banyak.” Luna berterima kasih dan langsung masuk ke dalam kamar. “Jika Nona perlu bantuan, bisa panggil saya menggunakan telepon yang tersambung di atas meja sana, saya pamit dulu.” Luna mengangguk ramah dan kemudian menutup pintu kamar baru itu, Luna berbalik. “Orang macam apa yang membuang-buang duit demi perabotan emas seperti ini? Oh aku lupa kalau pria itu orang yang serakah,” hina Luna dan berjalan menuju tempat tidurnya. Disamping ranjang ukuran king size itu, terdapat sebuah troli makanan yang dimana sangat banyak sekali hidangan dari berbagai macam makanan. “Apa benar daging yang ada disini daging manusia?” gumam Luna sedikti tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh manusia di rumah ini. “Bisa saja Dean berbohong dan Callista terbodohi, mereka benar-benar keluarga yang serasi.” Luna tanpa berpikir aneh-aneh lagi langsung saja menyantap semua makanan yang ada disana, “Yang penting makan, jikapun aku memakan daging manusia, berarti aku sudah menjadi kanibal. Itu akan memudahkanku untuk memakan bangkai tubuh Dean nantinya.” *** “Apa ia masih tidak ingin menjawab siapa yang mngutusnya?” tanya Dean pada seorang Pria yang sangat tinggi di samping seorang perempuan yang sudah babak belur. “Tidak, sepertinya ia dibayar tinggi.” “Hei, manis.” Dean mendekat dan mensejajarkan dirinya dengan wanita yang sedang terduduk di bawah itu. “Apa kau benar-benar tidak ingin memberitahukanku?” tanya Dean dengan nada lembut. “Tidak akan sama sekali. Kalian semua b******n! Mana mungkin a-“ “Arghhh! Sialan lepakan aku! Dasar binatang!” umpat wanita itu kepada Dean yang menarik rambutnya dengan kuat. Dean kemudian mengambil besi yang ada di dekatnya dan memukulkan besi itu ke paha perempuan itu. Dean menolakkan kepala perempuan itu dan dengan sekuat tenaga ia mematahkan tulang kering wanita itu. “Arghhhhhhhh!! k*****t!” umpat wanita itu kembali. “Ternyata kau benar-benar wanita yang tangguh ya. Bagaimana bisa orang yang menyuruhmu itu selalu bisa mencari orang yang tahan banting sepertimu? Aku sangat kagum dengannya,” Dean yang tidak tahan dengan suara brisik dan desahan dari perempuann itu menusukkan besi yang ujungnya tajam itu kemulut perempuan yang sedang terbuka itu. Darah segar langsung muncrat dari sana sat Dean melepaskannya, wanita itu terlihat membelalakkan matanya dan merasa kesulitan bernapas. Tubuhnya kejang-kejang dan terus memuntahkan darah segar sampai memanjiri lehernya. Rasa perih yang teramat perih sangat terasa di tenggorokannya, ia ingin mati saja rasanya. Seakan tidak dapat berpikir lagi, wanita itu mencakar-cakar lehernya sendiri dan menguatkan cengkramannya pada lehernya. Ia mengoyakkan daging lehernya dan mencabik-cabik lehernya yang terasa panas itu hingga terlihat dagingnya. Berselang beberapa detik, wanita itu sudah lemas dan tidak sadarkan diri. Darahnya yang segar itu terlihat meluas dan membahasi tapak sepatu Dean. Dean yang melihat itu hanya tersenyum, “Ia emang pantas mati.” Dean berbalik, “Kau harus membereskan semuanya dan kasih saja makannya untuk makanan binatang di rumahku,” perintah Dean kepada pria yang sedari tadi berdiri di sampingnya. “Aku pergi dulu,” ucap Dean dan meninggalkan ruangan yang sangat sepi dan tidak terdapat apapun itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD