Bab 3. Dia menyelamatkan ku?

1154 Words
Tubuh Bella semakin gemetar, keringat dingin pun ikut turun membasahi wajah cantiknya, tepat ketika pria bertopeng babi itu naik ke atas ranjang dan mendekatinya. Jantungnya menggila, berdegup sangat kencang, seluruh uratnya menegang. Dia tidak berani membayangkan, apa yang akan terjadi kepadanya selanjutnya. Apakah dia akan berakhir seperti wanita malang yang tadi? "Jangan khawatir Sayang. Aku akan memberi kenikmatan. Asal, kau mau menurut padaku." Suara pria bertopeng babi itu, seperti suara di film psikopat yang pernah ditontonnya. Suara yang mampu membuat bulu kuduknya berdiri. "Tidak! Tuan, lebih baik anda lepaskan saya. Saya kurus, saya tidak akan bisa memuaskan Tuan, saya juga amatiran!" tutur Bella yang berharap kalau si kepala babi ini mau melepaskannya dengan sedikit provokasi darinya. "Jadi kau seorang amatiran, Sayang?" Dengan cepat Bella menganggukkan kepalanya. "Iya, saya yang seorang amatiran ini. Tidak akan bisa memuaskan anda!" "Baguslah. Kalau begitu, aku bisa mengajarimu di sini." Oh tidak! Bukan ini maksud Bella memprovokasinya. Sekarang dia malah memperparah keadaan, terlebih si babi ini malah semakin bersemangat padanya. Bella telah salah langkah, sekarang dia hanya bisa menelan salivanya sendiri dan menyesal karena sudah berbicara sia-sia. Si babi itu memegang pergelangan tangan Bella, menguncinya dengan rantai, sehingga Bella tak punya waktu untuk melawan. "Tuan! Jangan!" teriak Bella dengan kedua kakinya yang berusaha menendang-nendang si babi. Memberikan pemberontakan yang tidak terlalu berarti. Lantaran si kepala babi malah tertawa, melihat pemberontakan gadis bertubuh proposional dengan tinggi yang bisa dibilang mungil ini. "Kau sangat imut, Sayang. Aku jadi tidak sabar ingin mencicipimu!" desis si kepala babi yang lalu menindih tubuh Bella, tepat di pahanya. "Ti-tidak, lepaskan aku babi jelek!" jerit Bella ketakutan, tapi dia berusaha untuk menyembunyikan ketakutan itu. Mendengar kata babi jelek, si babi itu langsung memberikan tamparan hebat pada pipi kiri Bella sehingga kepala wanita itu terhuyung ke samping. Sudut bibirnya terluka, pipinya tergores kuku si babi itu yang cukup panjang dan tajam sampai berdarah. "Wanita jalang! Beraninya kau mengataiku babi jelek!" sentak si kepala babi dengan gemuruh amarah di dadanya. Dia bersumpah, tidak akan melepaskan Bella pagi ini. Dia akan menyiksanya sampai besok. "Tuhan, tolong aku ... Ibu ..." batin wanita itu berdoa agar Tuhan menyelamatkannya dan ibunya yang sedang berada di rumah sakit. Ketika si kepala babi akan menciumnya, tiba-tiba saja terdengar suara tembakan dan keributan dari luar pintu kamarnya. Sontak saja pergerakannya terhenti. "Ada apa diluar? Kenapa berisik sekali? Apa mereka tidak tahu kalau aku sedang berkonsentrasi di sini?" gerutu si kepala babi kesal, sebab ada saja yang mengganggu kesenangannya. Dia pun turun dari atas ranjang dan membuat Bella sedikit bisa bernafas, meskipun oksigen yang dia hirup belum bisa membuatnya merasa lega. Bella melihat si kepala babi itu berjalan menuju ke arah pintu. Beberapa saat kemudian, saat si kepala babi akan membuka pintunya. Tiba-tiba saja pintu kamar itu hancur dan menindih tubuh si kepala babi. "SIALAN! SIAPA YANG SUDAH—" "Diam kau gembrot!" Damon, pria itu menginjak pintu yang menindih tubuh si kepala babi dengan keras. Sehingga si kepala babi tak berkutik. Tubuhnya yang gemuk, mempersulit dirinya untuk bergerak melawan. "Tu-tuan?" Alangkah terkejutnya Bella, ketika dia melihat sosok yang baru saja menghancurkan pintu dan berjalan menghampirinya. Atensi Bella pun tertuju pada sosok pria yang sudah merenggut kesuciannya tadi malam. Wajahnya dingin, tidak berekspresi dan sorot matanya tajam, seperti semalam saat dia bercinta dengannya. Perasaan Bella masih sama seperti semalam, jantungnya masih saja menggila saat melihat Leandro. "Apa dia sudah menyentuhmu?" tanya Leandro sambil melepaskan kedua rantai yang mengikat tangan Bella. "Ti-tidak, karena Tuan datang menyelamatkan sa-saya." Mendadak Bella jadi gelagapan, sialnya, dia juga tidak bisa menatap Leandro. Ada perasaan malu di dalam hatinya, kalau dia bertatap muka dengan Leandro. "Kenapa dia menolongku? Apa maksudnya? Apa pun maksudnya, dia sudah menolongku dan aku harus berterimakasih." Pikir Bella dalam hatinya. "Tuan, kita apakan si babi hutan ini?" tanya Damon pada tuannya, seraya menatap sinis pada si kepala babi yang berada di bawah kakinya. "Habisi saja," ucap Leandro dengan mudahnya, seolah nyawa manusia tidak berarti. Sedangkan Damon, dia menganggukkan kepalanya dengan patuh. Kemudian menyeret si babi pergi dari sana. Kontan saja mata Bella terbelalak saat mendengar kata-kata Leandro kepada anak buahnya. "Kenapa diam saja?" tanya Leandro dengan nada dingin. Bella tercekat dan menatap mata amber milik Leandro yang indah, tapi keindahannya menyimpan rasa gelap. "Saya tidak apa-apa Tuan!" sahut Bella dengan cepat, lalu dia kembali menundukkan kepalanya. Tanpa Bella sadari, Leandro tersenyum sangat tipis dan menatapnya dengan lekat. Sesuatu di dalam dirinya kembali menegang, hanya dengan melihat Bella saja. "Sial!" umpat Leandro dalam hati. "Kenapa aku berdebar seperti ini? Apa karena semalam dengannya?" kata Bella dalam harinya, dadanya masih terasa berdebar hebat. "Tu-tuan!" Bella terkesiap, manakala tiba-tiba saja Leandro menarik tubuhnya dan mengangkat dagunya dengan satu tangan. Kedua netra mereka bertemu pandang, saling mengunci dengan tatapan yang dalam. Leandro semakin menggila dengan sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya, terutama saat melihat wajah cantik yang semalam berada dibawah tubuhnya. Sedangkan Bella, jantung dan hatinya tidak aman ketika Leandro menatapnya sedalam ini. Seperti ada ancaman dan obsesi di dalamnya. Tak bisa Bella artikan dengan pasti. "Sial! Aku tidak bisa," gumam Leandro pelan, dia tampak frustasi seolah menahan sesuatu. "Tu-tuan, Anda—" "Hmphh ..." Mata hazel milik Bella terbelalak saat Leandro melumat bibirnya tanpa permisi. Pria itu bahkan tak ragu mengigit bibir Bella, agar lidahnya bisa merangsak masuk ke dalam mulut wanita itu. Bella mulai kelabakan, dia masih belum bisa mengimbangi gerakan pro dari sang mafia. "Hmphh..." Terdengar suara lenguhan dan decapan yang menggema di ruangan itu, pada dua insan manusia yang sedang melakukan perang lidah di atas ranjang. Leandro tampak sangat menikmati lidah dan bibir Bella, bahkan dia tidak peduli dengan rasa asin darah yang ikut terasa oleh lidahnya dari sudut bibir Bella. Baginya, bibir Bella tetap manis dan mungkin akan menjadi candunya. "Tu-tuan, stop!" Wanita itu tidak tahan lagi dan akhirnya mendorong tubuh Leandro dan membuat pagutan bibir mereka berdua terlepas. Bella meraup oksigen sebanyak-banyaknya, setelah dia hampir kehabisan nafas karena ulah Leandro dengan hot kissnya. "Apa yang anda lakukan, Tuan? Saya tahu anda sudah menyelamatkan saya, tapi ini bukan berarti anda bisa bersikap kurang ajar pada saya!" Protes Bella yang kemudian beranjak dari atas ranjang. Dia marah pada Leandro yang tiba-tiba saja menciumnya, meski ia akui, ciumannya memang enak. Leandro menatap tajam Bella, yang seketika membuat wanita itu merinding, karena merasa kata-katanya mungkin sudah keterlaluan. "Berani sekali seorang jalang sepertimu bersikap sombong padaku! Kau pikir kau siapa?" Tangan pria itu sudah bertengger saja di batang leher Bella yang kecil dan mencekiknya. "Aku sudah menyelamatkan nyawa ibumu dan ini balasanmu? Wanita jalang tak tahu diri, kau!" bentak Leandro sambil mengeratkan tangannya pada batang leher Bella. "I-ibuku? Anda tahu ibuku?" tanya Bella terbata-bata. Leandro tidak menjawab, dia yang sudah kesal, malah mencekik Bella semakin keras. Bella pun meringis kesakitan. "Aahh ... Tu-tuan, I-ibu saya ... " "Aku akan mengakhiri nyawa ibumu, kalau kau tidak mau menuruti perintahku, jalang!" Wanita itu bingung, apa sebenarnya maksud dari perkataan Leandro tentang ibunya dan apa yang sebenarnya diinginkan oleh pria ini darinya? TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD