2. Bos Ganteng

1915 Words
Pagi-pagi sekali Keyra sudah bersiap, ia sudah rapi dengan rok selutut dipadu kemeja putih dan juga blazer yang sangat pas di badannya, melihat pakaiannya yang bermerk ternama, mungkin orang-orang akan mengira ia adalah anak orang kaya, padahal ini adalah setelan yang diberi tantenya. Keyra lalu berjalan ke kamar mandi, ia hendak menyelesaikan panggilan alamnya, lalu mengambil bidet shower, namun tiba-tiba kakinya oleng! Shower yang airnya masih keluar deras mengarah ke roknya, belum lagi ia terjatuh keras menghantam lantai kamar mandi. "Oh s**t," gumam Keyra meringis merasakan sakit di bokongnya karena posisi jatuhnya adalah terduduk. Keyra lalu bangkit susah payah, ia melihat ke bawah dimana roknya sudah sangat basah, bagian depan maupun belakang sama saja. Ia kemudian melihat ke cermin, roknya yang basah kelihatan sekali, padahal tadinya ia tetap ingin memakainya, toh nanti akan kering sendiri. "Gue gak punya rok cadangan lagi," bibir Keyra melengkung sembari memejamkan matanya sebentar. Ia kemudian keluar dari sana, berjalan masuk ke kamarnya dan mengacak isi koper yang sama sekali belum ia susun ke lemari. Tapi memang dari awal ia hanya membawa sedikit pakaian, bahkan rok yang ia bawa cuma dua, dan kalau sudah seperti ini, terpaksa ia memakai rok yang satunya lagi dengan panjang 10cm diatas lutut. "Tapi apa gue gak diejek nanti? Secara kan ini rok pendek banget," tanya Keyra pada dirinya sendiri, tangannya mengangkat rok mini itu didepan wajahnya yang meringis pelan. "Gak-gak, jangan dengerin omongan orang, gak papa-gak papa, namanya juga rok gue yang panjang lagi basah, ya mau gimana orang gue cuma punya rok cadangan yang pendek," cerocos Keyra menyemangati dirinya sendiri, bibirnya menipis, kepalanya mengangguk yakin dengan tangan yang mengancing kembali kopernya. ***** Lobi itu sedang banyak orang, tidak terlalu banyak karena orang-orang disana masih bisa dihitung dengan jari tangan, tapi tetap saja Keyra malu! Apalagi semua perhatian berpusat ke arahnya. Mungkin orang-orang berpikir, dirinya hendak bekerja atau ke club? Tangannya gemetaran berusaha menurunkan roknya yang padahal sudah sangat maksimal, roknya bahkan dipakai di pinggulnya, tapi tetap saja terlihat sangat pendek dan ini memalukan baginya. Kata-kata motivasi dari dirinya tadi benar-benar lenyap sekarang karena nyatanya ia tak bisa tidak mengabaikan perkataan orang-orang di sekitarnya. Tapi untungnya tidak ada orang yang menanyainya ataupun menegurnya, karena kalau sampai itu terjadi, Keyra mungkin akan kembali ke apartemennya tidak peduli kalau hari ini adalah hari pertamanya bekerja di perusahaan idamannya dengan posisi yang cukup bagus. Di pinggir jalan, Keyra melihat ke kanan dan kiri, taksi sedikit jarang melewati jalan ini jadi ia harus sabar menunggu, tapi tiba-tiba matanya terpaku pada satu kucing yang terlihat ketakutan ditengah jalan, mobil-mobil melaju kencang seolah tak peduli dengan keberadaan hewan tersebut. Keyra dengan hati sejuta empati itu tentu tak tinggal diam melihat hewan malang yang terjebak ditengah jalan raya, ia memberanikan diri menyebrang padahal jalan masih cukup padat pengendara, namun apa gunanya kedua tangannya jika tak bisa mengacung untuk memberi peringatan agar pengendara berhenti sebentar. Keya tersenyum senang sembari berjongkok mengambil si kucing, namun saat beberapa orang menunjuk dirinya sembari tertawa membuatnya buru-buru tersadar tentang roknya yang kependekan, Keyra lantas langsung berdiri hendak berlari, tapi sebuah mobil dari arah kiri melaju kencang dan hampir menabraknya jika ia tak berteriak lantang. "Heh, kalau mau nyebrang itu pakai mata!" Marah seseorang yang keluar dari pintu pengemudi. "Ngerti kan?" Keyra balas membentak, "nyebrang itu pakai kaki, mata buat ngeliat," ujarnya membalas ucapan seseorang yang terlihat seumuran dengannya. "Ngerti kan?" Lanjutnya melengos kesal dan berlari pergi dari sana dengan si manis yang anteng di gendongan. Pengemudi tadi masuk kembali ke mobil, sembari menyetir, ia melirik kaca spion tengah untuk melihat majikannya. "Maaf, pak, tadi perempuan itu-" "Gak papa, santai aja, menolong itu wajib, tapi harus lihat situasi juga," ucap seseorang bersetelan jas di bangku belakang yang tak lain adalah Kenan, ia menatap kepergian Keyra dengan mata memicing tajam. "Lagian lo gak usah manggil 'bapak' gitu, berasa tua jadinya." Si supir tersenyum kecil. "Gak papa, pak, walaupun Ayah saya yang supir aslinya, tapi sebagai anak, saya harus menghormati bapak juga sebagai bos," katanya yang hanya mendapat anggukan malas dari Kenan. Di otak lelaki itu, masih terngiang-ngiang wajah Keyra, ia seperti tak asing dengan perempuan pemberani itu, seperti ia pernah melihat wajahnya dulu, tapi dimana dan kapan tepatnya? Sebuah deringan telepon membuat Kenan merogoh saku jasnya, ia melihat siapa penelepon dan ternyata Gesya, pacar kesayangannya. "Iya, kenapa Ges?" Tanya Kenan langsung. "Kamu nanti jadi kan temenin aku." Kenan tersenyum manis, suara cute Gesya selalu enak di pendengarannya. "Iya, sayang, pasti." ***** Keyra berlari ke arah lift dengan nafas yang beradu cepat, untung saja ia tepat waktu, kalau tidak, mungkin ia langsung didepak di hari pertamanya bekerja apabila datang terlambat sedikit saja, ia tahu bagaimana peraturan dari perusahaan ini, tapi mungkin ada begitu banyak dispensasi jika seseorang memiliki posisi yang penting, baik dalam perusahaan atau si pemimpin itu sendiri. Sedetik setelah Keyra masuk ke lift, seorang lelaki tampan dengan setelan jas yang memukau ikut masuk ke dalam lift dimana ada Keyra didalamnya, sejenak Keyra yakin lelaki itu memandangnya, walau sebentar tetapi sudah membuat jantungnya berdegup hebat. Tolonglah, hati Keyra benar-benar lemah dengan seseorang yang tampan. Kemudian, lift tertutup, Keyra yang berada di sudut kanan depan si lelaki mencoba menurunkan roknya ketika lelaki itu berdeham, entah kenapa Keyra yakin itu disebabkan oleh roknya yang terlalu pendek. "Kamu.." "Ha?" Keyra menoleh kaget, padahal lelaki itu baru mengucapkan satu kata. "Kamu perempuan yang tadi, kan? Yang di jalan nyelametin kucing tapi gak peduli sama nyawa sendiri, ya kan?" Katanya menunjuk wajah kaku Keyra, kaget karena lelaki itu begitu frontal. "Hah, hahaha." Keyra tertawa hambar, rasa tertariknya pada lelaki itu hangus seketika. "Jadi tadi kamu? Ooh tadi supir kamu ya? Supir sama majikan sama aja, gak ada akhlak, kalian gak lihat didepan ada orang hah?" Keyra membentak marah dengan mata melotot. Kenan, lelaki itu mendengus satu kali, ia menatap tak percaya perempuan didepannya ini, yang berkata dirinya tidak memiliki sikap yang baik, padahal perempuan itu sendiri yang sikapnya kurang baik! "Kamu kerja disini?" Tanya Kenan menatap dari bawah ke atas penampilan Keyra, sepertinya dia karyawan baru karena wajahnya asing di memorinya, mungkin karena hal itulah dia tidak tahu siapa Kenan sebenarnya. "Iya, kenapa? Kamu pasti OB ya?" Tuduh Keyra dengan seenak jidatnya. "OB? Setelan jas begini?" Kenan menunjuk jas hitam yang membalut dadanya yang bidang. "Ya siapa tau aja kan? OB berlagak CEO." Keyra tersenyum miring, mengejek Kenan dengan percaya diri yang tinggi. Kenan sendiri tersenyum kecil, untung saja asisten pribadinya tidak mengikutinya hari ini dan juga ia bersyukur lift pribadinya sedang bermasalah, jadi ia bisa tahu ada seorang pegawainya yang sangat tidak sopan, walaupun pada orang yang tidak dikenal, jadi sesegera mungkin ia harus mengurus kepergian perempuan itu dari perusahaannya. "Kamu bakal menarik kata-kata kamu tadi, tapi nanti, ketika kita ketemu lagi," gumam Kenan saat mereka sudah sampai di lantai empat, lantai dimana divisi pemasaran berada. Keyra hanya melirik sinis Kenan sembari keluar dari sana, alasan terbesarnya tidak sopan adalah karena lelaki itu ternyata oang yang hampir menabraknya tadi, ya walaupun supirnya yang menyetir, tapi tetap saja Keyra kesal, apa mereka tidak melihat ada orang didepan?! Keyra sibuk menggerutu saat tiba-tiba kakinya tersandung dan membuatnya terjatuh keras ke lantai yang dingin, ia mengaduh sembari menepuk beberapa kali kedua telapak tangannya, hatinya benar-benar merutuki segala kesialan yang menimpanya hari ini. "Ayo bangkit." Uluran tangan seseorang didepan mukanya membuat Keyra mendongak untuk melihat si pengulur, dan ia kembali terpesona saat melihat wajah tampan itu tersenyum teduh ke arahnya. Tangannya yang kaku terangkat dan menerima uluran itu, Keyra tersenyum, ini mungkin lelaki dengan posisi pekerjaan yang tinggi, mengingat bagaimana kharisma dan wajahnya yang sangat menunjukkan kemartabatan. "Ka-ka, emm," Keyra bingung ingin bicara apa. "Makasih, haha," ucapnya kemudian disertai tawa yang canggung. "Sama-sama, lain kali hati-hati," jawabnya dengan suara bass yang pas. "Hm sama rok itu, mending jangan dipakai lagi, gak bagus," lanjutnya sambil tersenyum minta maaf. Tidak, Keyra tidak tersinggung, ia malah blushing! Ia merasa diperhatikan, ia memang haus perhatian setelah bertahun-tahun terakhir tidak ada yang peduli dengannya. "I-iya, pasti," jawab Keyra. "Nama kamu siapa?" Tanyanya ketika lelaki itu hendak pergi. "Valen," lelaki itu menjawab sembari berbalik badan menatap Keyra. "Oh pak Valen, ma-" "Pak?" Valen tampak heran. "Kenapa panggil 'pak'? Kamu pasti karyawan baru divisi pemasaran, kan? Nah kita sama, kita satu divisi, jadi gak perlu panggil 'pak'," ujar Valen terkekeh, ia lalu berbalik dan pergi duluan meninggalkan Keyra yang merasa malu. ***** Ruangan itu senyap, tidak ada yang bersuara, semuanya fokus dengan pekerjaan mereka masing-masing kecuali satu orang, perempuan berambut cepak dengan bando hitam putih, tangannya bertopang dagu, matanya mengawasi ke sekelilingnya yang tampak serius semua. "Lama-lama mati bosen gue disini," gumamnya kemudian berbaring malas diatas meja kerjanya. "Eh tapi hari ini kan ada anak baru, nah semoga seserver sama gue deh, biar ada kawan," lirihnya cekikikan, ia bangkit dan melirik sebentar kursi kosong disebelahnya sembari tersenyum yakin dan mengangguk. Tiba-tiba pintu terbuka, muncul manager divisi pemasaran dengan seorang perempuan yang tak lain adalah Keyra. Semua orang menatapnya, membuatnya kembali berusaha menurunkan rok yang panjangnya sudah maksimal. "Oke maaf ganggu kalian, tapi saya mau perkenalkan anggota kita yang baru menggantikan Mika-" "Pak?" Tegur semuanya hampir serentak, mereka menatap sang manager dengan tampang tak suka. "Oke maaf, jadi ini Keyra, anggota baru divisi pemasaran," ujarnya memperkenalkan Keyra. "Keyra, kamu bisa duduk disebelah Lola, oke?" Lanjutnya menatap Keyra. "Iya, pak, terimakasih banyak," ucap Keyra formal dan sedikit membungkukkan badannya. "Hey anak baru, sini-sini," sorak Lola senang setelah manager mereka keluar dari sana, perempuan itu sangat welcome dengan Keyra, bahkan ia sudah menyuruh Keyra untuk segera duduk di kursinya. Sebelum menghampiri Lola, Keyra sempat mengedarkan pandangannya dimana semua orang tampak diam berkosentrasi dengan pekerjaannya, ini membuat Keyra merasa lega, ia jadi tak perlu khawatir dengan omongan-omongan orang tentang rok sialannya ini. Namun sesaat, matanya bertubrukan dengan mata Valen yang partisi mejanya berada di sudut, lelaki itu melempar senyum kecil sebelum kembali memusatkan perhatian pada komputernya. "Hey lama banget sih." Lola berdecak kesal, ia menghampiri Keyra dan menarik lengan perempuan itu hingga ia menjerit pelan karena tiba-tiba ditarik begitu saja sampai ia terduduk di kursinya. "Hay, gue Lola." Lola mengulurkan tangannya, namun belum Keyra menjabatnya, tiba-tiba perempuan itu kembali menarik tangannya. "Ahh, lo Keyra, gue udah tau," ujarnya tertawa pelan, karena kalau kencang, pelototan tajam dari yang lainnya akan terlempar padanya. "Iya, salam kenal, Lola," ucap Keyra tersenyum manis dan meletakkan tasnya diatas meja. "Iye-iye, eh btw lo udah tau gimana cara kerjanya?" Tanya Lola yang dijawab gelengan oleh Keyra. "Oke sini gue ajarin," sambungnya mendorong kursinya hingga meluncur tepat didepan komputer Keyra. Sementara Lola sedang berbicara ini-itu mengajari Keyra cara kerja mereka, Keyra malah asik melihat ke arah Valen dari tadi, tapi ia tetap fokus terhadap penjelasan Lola. "Heh, ngeliatin apa sih?" Lola mengejutkan Keyra, lalu ia ikut melihat kemana Keyra menatap. "Oh si Valen, iya ganteng sih emang, tapi lo belum lihat kan gimana gantengnya bos kita," ujar Lola menaik-turunkan alisnya. "Bos?" Keyra mengernyit. "Yang tadi?" Tanyanya, yang ia maksud adalah manager tadi, ganteng? Tapi sudah tua. "Bukan, maksud gue bos besar, owner dari perusahaan ini, pak Kenan, pemilik KK Corporation," ujar Lola sedikit menekan suaranya. Keyra menjentikkan jarinya. "Oh pak Kenan, iya-iya, gue belum tau gimana mukanya sih haha." "Nanti lo bakal tau, katanya sih hari ini dia dateng ke sini, buat ngecek, maklum aja, dia kan pemilik, bukan CEO," Lola bercerita. "Enak banget ya, ongkang-ongkang kaki dapet duit." Keyra tersenyum tipis. "Sebelumnya dia juga susah payah pasti, La, bangun perusahaan sebesar ini." Lola ikut tersenyum, mengangguk mengiyakan. "Bener, pinter juga lo," ujarnya frontal yang membuat Keyra ingin menjitak kepala perempuan itu sekarang juga. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD