3. Hukuman Pertama

1335 Words
Kenan duduk di kursi kebesarannya, walaupun ia hanya pemilik tanpa ikut campur dalam urusan perusahaan, namun ruangan khusus untuknya tetap ada di lantai teratas dan tak ada yang boleh masuk tanpa seijinnya. Ia memang tak ingin repot-repot mengurus perusahaan, namun tetap saja, ia mesti memantau secara berkala atau mengecek langsung ke perusahaannya, setidaknya dua kali dalam sebulan kalau tidak mau kecolongan akan koruptor yang lihai tangan. Pikiran Kenan kemudian tertuju pada perempuan yang ia temui di jalan dan juga di lift, sangat terlihat kalau ia perempuan yang pemberani, tapi mengingat penampilannyan tadi, Kenan jadi berpikir apa ia memang tipe perempuan yang suka memamerkan tubuh? "Argh, kenapa gue pikirin dia," gumam Kenan menggelengkan kepalanya. Lelaki itu kemudian membuka laptopnya, namun belum juga jarinya menekan satu tombol diatas keyboard, ia tiba-tiba menutup keras laptopnya dan berdiri dari duduknya. "Divisi pemasaran, kan?" Gumam Kenan tersenyum tipis dengan tangan mengancingkan jasnya sambil berjalan keluar dari ruangannya. ***** Lola masih mengajari Keyra tentang hal-hal yang tidak diketahuinya, sampai Keyra mengingat satu hal yang ingin ditanyakannya namun tadi sempat tertahan karena segan. "La," panggil Keyra pelan. "Hmm? Apa?" Sahut Lola masih dengan tatapan serius mengarah ke komputer yang tiba-tiba kursornya tidak bisa digerakkan. "Mika itu-" "Sssh!" Lola menyela tajam dengan telunjuk berada didepan bibirnya. "Nama itu cukup tabu disini, pelan-pelan okey?" Keyra mengerjap pelan. "O-okey." "Oke lo mau tanya apa tentang dia?" Tanya Lola yang kini memutar 90° arah kursinya menghadap ke Keyra. "Pasti tentang kenapa dia gak ada disini ya? Lo pasti heran kenapa tadi semua nyela pak manajer pas dia nyebut nama cewek itu, ya Kan?" Keyra terkekeh pelan, Lola seperti cenayang yang mampu menebak pikirannya. "Iyap, ceritain dong, gue penasaran," ujar Keyra menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya. "Kayaknya gak cocok deh cerita disini," ujar Lola dengan ekspresi berpikirnya. "Yah, gue udah terlanjur penasaran," sahut Keyra berdecak lidah. "Yaudah, gue jelasin singkat aja ya," ucap Lola diangguki semangat oleh Keyra. "Jadi, Mika itu pacarnya Valen- Eits! Jangan disela!" Seru Lola saat Keyra hendak berbicara. "Waktu itu, Mika anaknya ceria sih, tapi pas dia pacaran sama Valen, sikapnya berubah, lama kelamaan jadi dingin, ya mungkin ketularan, dan hari itu, Mika hilang, malamnya ditemukan tapi dengan kondisi tubuh yang gak utuh," sambungnya melipat bibirnya, berita ini menyedihkan sekaligus mengerikan sebenarnya. "Okey, gue paham, pasti Valen sedih banget ya waktu itu," kata Keyra melirik sebentar ke arah Valen yang masih sibuk dengan pekerjaannya. "Mmm, sebenernya waktu itu Valen gak ada tampang sedih dan itu cukup menimbulkan pertanyaan-pertanyaan aneh buat gue, tapi besoknya di kantor, tiba-tiba Valen menggila, ya alasannya karena kematian Mika, dan dari situlah pertanyaan-pertanyaan aneh gue hilang," tutur Lola kembali melipat bibirnya, hari itu memang hari berduka buat mereka semua. "Gue paham." Keyra menepuk pundak Lola sekali sembari tersenyum manis. "Iya, mungkin ini karena kesukaan gue sama film detektif, jadi apa-apa yang aneh, langsung deh mikir panjang kali lebar, haha." "La!" Beberapa orang menatap Lola dengan pandangan peringatan, ruangan itu sudah seperti perpustakaan yang tak boleh ribut sedikit saja. Keyra cekikikan melihat tampang masam Lola. "Sama dong, gue juga suka," serunya yang membuat Lola tak sadar bertepuk tangan dengan girang. "Lola!" "Iya-iya ya ampun gitu doang padahal," ujar Lola tak suka melihat ke beberapa perempuan yang partisinya berada disebelah partisi Lola dan Keyra. Lola kemudian melihat ke arah Keyra lagi. "Lo lanjut deh kerjaan lo," ia hendak berbalik namun ada sesuatu yang ia lupakan. "And one more, besok jangan pakai itu rok lagi, lo tau? Laki-laki sini matanya jelalatan semua," katanya menunjuk rok Keyra. Keyra hendak membalas perkataan Lola ketika pintu ruangan itu dibuka dari luar, Kenan muncul diikuti direktur pemasaran dan asisten pribadinya. "Pak Kenan, Pak Kenan," suara-suara itu riuh memasuki gendang telinga Keyra, perempuan-perempuan yang tadinya diam tanpa suara, sekarang terlihat sedikit heboh karena mereka sontak berdiri dan menyapaa seseorang yang bernama Kenan. Tunggu, dia kan yang tadi, kenapa mereka begitu menghormati si OB? Lalu, direktur kenapa ada dibelakangnya seolah ia adalah orang tertinggi dalam perusahaan ini. Lola yang duduk didepan Keyra menoleh ke belakang memberi kedipan mata sekali pada perempuan itu. "Dia yang gue maksud, bos besar kita, owner KK corp. Pak Kenan," lirihnya disertai cekikikannya yang khas. Mata Keyra sukses terbelalak, ia sampai menutup mulutnya sebelum ia berteriak kaget, matanya bergulir menatap mata Kenan yang juga ikut melihatnya dengan sebelah alis terangkat, terlihat menyombongkan jabatannya pada Keyra. Keyra menelan ludahnya susah payah sembari menurunkan kedua tangannya dan meletakkan diatas roknya, kesialan apa lagi ini? Ia meringis pedih, baru juga menjadi karyawan baru dan mendapat teman baru, apa ia akan dipecat sekarang juga? "Okey, selamat pagi semuanya," seru Kenan dengan suara dalamnya, menatap ke seluruh karyawan yang tidak bercela, semuanya perfect, hasil dari peraturan perusahaannya yang cukup keras. "Pagi, pak Kenan," jawab semuanya serentak. "Oke, good for all of you, semuanya bagus, omset perusahaan terus meningkat, pertahankan!" Serunya penuh berwibawa, matanya kemudian melirik ke arah Keyra. "Tapi sepertinya ada yang menyalahi aturan perusahaan ini, ya?" Sindirnya pada Keyra. Direktur berdeham. "Dia karyawan baru, pak, jadi mungkin belum tahu tentang peraturan di perusahaan ini," ujarnya sedikit membela Keyra yang sangat gugup sekarang. "Kalau memang mau bekerja disini, harusnya sudah membaca semua peraturan, ya kan?" Mata Kenan menyipit melihat Keyra. "Semua peraturan yang dilanggar, harus ada konsekuensinya, jadi kamu, ke ruangan saya segera," sambungnya menunjuk Keyra. "Oh pak, tidak usah repot-repot, biar dia saya saja yang tangani," ujar direktur dengan kepala mengangguk. "Kebetulan saya sedang free, jadi biar saya saja yang menanganinya," ujar Kenan menatap direktur sebelum pandangannya beralih ke Keyra dengan senyuman miring terpatri di bibirnya. "Ma-maaf, pak." Keyra berdiri sambil mencoba menurunkan kembali roknya. "Ta-tapi kesalahan saya apa, pak? Kalau yang tadi di lift, saya tidak tahu kalau bapak owner perusahaan ini dan bukan OB, maaf ya, pak," pinta Keyra menangkupkan kedua tangannya. Tapi pernyataan Keyra tadi sontak mengejutkan semua orang disana, termasuk Kenan, lelaki itu bahkan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun karena ia tak menyangka kalau ada orang yang mengiranya seorang OB! Hah, persepsi dari mana itu, apa wajahnya terlihat seperti office boy? "Ke-kenapa?" Gumam Keyra saat semua orang melihat ke arahnya. "Eh, em, Keyra, kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?" Direktur berjalan mendekati meja Keyra, oh dia tak mau terkena damprat dari Kenan hanya karena kesalahan sepele dari anak buahnya. "Iya, pak, saya minta maaf," ujar Keyra menundukkan kepalanya, tangannya sedikit bergemetar, takut ia akan dipecat di hari pertamanya. "Bukan," Kenan bersuara. "Bukan karena itu, kesalahan kamu adalah memakai rok yang panjangnya kurang lebih 10cm diatas lutut, itu adalah peraturan baru disini dan berlaku mulai hari ini," tutur Kenan yang membuat semua tercengang. Para perempuan disana bersyukur dalam hati karena mereka memang selalu memakai rok yang panjangnya selutut, atau paling tidak, maksimal 4cm diatas lutut. Mereka juga memang harus selalu waspada karena Kenan suka sekali merubah peraturan perusahaan atau membuat peraturan baru, tidak ada yang bisa membantah karena itu perusahaannya, yang tak suka bisa keluar dengan pintu terbuka lebar. "Dan kamu, umumkan peraturan baru ini ke semua divisi," perintah Kenan pada asistennya yang diangguki pria paruh baya tersebut. Keyra membuka mulutnya hendak protes, namun kembali tertelan saat melihat tatapan tajam Kenan padanya. Apa tidak ada dispensasi untuknya? Satu hari saja. "Ke ruangan saya, sekarang," ujar Kenan tal terbantah sembari melangkahkan kaki keluar dari ruangan itu. Keyra kemudian menatap tak enak pada direktur, karenanya pasti nilai divisi mereka akan minus satu. "Maaf, pak, saya-" "Sudah-sudah, sekarang kamu cepat ikuti pak Kenan, kamu harus dapet maaf dari dia, mengerti?" Arahnya yang diangguki lemah oleh Keyra. Keyra mengucapkan permisi, ia keluar dari mejanya dengan tangan yang kembali menarik roknya, berharap rok itu akan melar sedikit saja agar bisa lebih menutupi pahanya yang terekspos. "Key, fighting," ujar Lola meringis pelan sembari memberi semangat dengan menunjukkan tangannya yang mengepal ke udara. Keyra membelasnya dengan anggukan lesu, sungguh ia tak ingin memiliki masalah dengan siapapun, ia keluar dari rumahnya untuk menghindari masalah, bukan mendapat masalah baru! Setelah kepergian Keyra, direktur memerintahkan semuanya untuk kembali bekerja, begitupun Valen, sebelum fokus kembali ke pekerjaannya, lelaki itu melirik ke arah gelangnya yang harusnya memiliki dua mata, namun sayangnya satunya hilang entah kemana. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD