Di jalanan sepi yang menegangkan terlihat beberapa mobil saling berkejaran. Bunyi dari decitan mobil ditambah suara pistol yang memekikkan telinga menambah suasana menegangkan di jalanan itu.
"s**t!!''
Umpat Nicholas yang tengah dikejar oleh beberapa mobil hitam di belakangnya.
Dengan kecepatan yang bisa di katakan gila, Nicholas tekan pegal gasnya tanpa ampun membelah jalanan yang untungnya sepi, sampai kemudian di pertigaan secara tidak terduga Nicholas dengan senyum miringnya yang tampak menyeramkan berbalik arah dan kembali memacu mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata sampai akhirnya...
BRUK!!
PRANK!
***
Sore hari di tempat Caroline.
"Oke, ini sudah jam tiga lebih aku harus pulang. Malam nanti aku kembali lagi, menemanimu." kata Caroline membuka percakapan.
Rachel mengangguk, wanita itu tampak masih sangat bersedih terlihat dari tatapan dan anggukannya yang tidak bersemangat.
Caroline menghela napas, menatap Nasya yang baru datang dari satu jam yang lalu.
"Nas,"
"Aku akan di sini tenang saja, Reo juga ada bersama papanya, tidak baik juga untuk kesehatannya kalau ikut serta ke sini.'' kata Nasya.
Rachel yang mendengar itu, seakan merasa bersalah. "Maafkan. Aku merepotkan ya."
Caroline tersenyum. "Kenapa harus merepotkan."
"Dalam suka dan duka kita akan selalu bersama. Kita kan sahabat, iya kan Car?'' sahut Nasya menimpali dan diangguki Caroline.
"Tentu saja."
"Dan jangan terus larut dalam kesedihan, ingat Raquel membutuhkanmu. Mungkin ini cobaan untukmu Ra, tapi percayalah Tuhan sekarang sedang merancang kebahagiaan baru untukmu." Caroline memberikan petuah, seumpamanya dalam kehidupan Rachel bahwa sederas-derasnya hujan pasti akan mereda.
Rachel terharu, air matanya kembali turun. "Terima kasih, kalian benar-benar sahabat terbaikku.'' Ucapnya sambil memeluk kedua sahabatnya itu.
***
Ting
Caroline berjalan keluar dari Lift, perempuan itu sekarang berada di lobby unit 1 menuju keluar rumah sakit.
"Caroline."
Caroline menghentikan langkahnya tepat di depan seorang pria.
"Jack?''
Jack mengangguk. "Kau di sini. Padahal tadi malam saat bertugas, aku kira-"
Caroline tersenyum tipis. "Aku tidak apa-apa, aku berhasil lolos."
"Tapi ada suara lelaki—"
"Hanya seseorang dan yang penting aku tidak tertangkap." Potong Caroline tersenyum simpul.
"Oke, syukurlah."
"Mau ketemu Rachel?'' Tanya Caroline mengalihkan topik.
Jack mengangguk. "Kau sendiri sudah mau pulang?'' tanyanya balik.
Caroline mengangguk. "Kalau begitu aku pergi." dan diangguki Jack.
***
Di dalam sebuah taksi. Caroline tengah bertelepon.
"Kakak lima belas menit lagi sampai."
Kemudian sambungan terputus. Caroline mengedarkan pandangannya ke luar jendela kaca mobil. Dan hanya hamparan hijau dengan pohon-pohon besar yang Caroline lihat. Sampai akhirnya wanita memicingkan matanya dan terbelalak melihat sesuatu.
Ia tidak salah liat kan? Itu Nicholas tengah berkelahi dengan lebih lima orang pria berbadan besar dan keadaan pria itu tampak tidak baik-baik saja.
"Pak, pak berhenti!'' Suruh Caroline.
"Tapi Non, itu sepertinya kejahatan-" sahut sang sopir tampak panik melihat beberapa mobil tidak dalam kondisi baik dan juga beberapa orang tengah berkelahi di jalanan sepi itu.
"Berhenti saja Pak, saya kenal salah satu orang-orang itu."
"Tapi-"
"Berhenti Pak, saya bilang berhenti!"
Dan akhirnya sang sopir menghentikan mobilnya.
"Terima kasih Pak. Emm tolong hubungi polisi dan ini untuk ongkosnya." Caroline memberikan uang taksi. Dan mobil pun melaju meninggalkan Caroline.
Dengan berlari panik Caroline mendekati orang-orang itu saat melihat Nicholas tampak kewalahan menahan tajamnya pisau yang akan menusuk wajahnya.
"Menyingkirkan kau b*****h!" Dengan sekuat tenaga Caroline menendang si pria yang tengah mengukung Nicholas yang terkejut melihat keberadaannya.
"Caroline?'' Nicholas tidak percaya Caroline tepat berada di hadapannya sekarang dan-menyelamatkannya bahkan wanita itu menguasai ilmu beladiri. Benarkah?!
Caroline dengan lihai tanpa ragu-ragu melawan dengan tonjokan tangannya pada seorang pria berambut cepak yang akan memukulnya.
Nicholas yang tersadar bangun, ada beberapa luka memar dan sobekan di wajahnya, lelaki itu tampak sangat berantakan.
"f**k!''
Nicholas langsung menendang salah satu lawannya, tepat di d**a.
Dan jadilah mereka berkelahi dengan sengitnya, Nicholas dengan senyum miring menahan tangan yang akan melayang pada wajahnya dan dengan sekali pelintiran kuat suara retakan tulang terdengar mengilukan membuat si lawan mengerang kesakitan. Dan tanpa perasaan Nicholas tanpa segan melayangkan sikunya pada rahang si lawan, dan terakhir menendang yang langsung membuat si lawan tergeletak tidak berdaya di tanah kasar.
"Ett... Kau harusnya teliti dalam melayangkan serangan, bodoh!'' Caroline menahan tangan besar lawannya sedangkan kakinya langsung Ia layangkan dan tepat sekali mengenai alat privasi si lawan yang langsung meluruh dan kesempatan itu Caroline gunakan untuk menonjok keras wajahnya
"Dan kau seharusnya lebih memperhatikan lawanmu yang lain!''
Bug
"Aaww!"
Shit! Caroline kecolongan kala suara lain menyahutinya dengan bogem mentah yang mendarat keras di wajahnya.
Nicholas menoleh saat mendengar ringisan Caroline dan darahnya langsung mendidih saat melihat wanita itu tersungkur di tanah dengan keadaan bibir terluka.
"Dan kau seharusnya tidak menyentuh gadisku!''
Bug
Nicholas melayangkan pukulan kerasnya hingga sang empu pingsan.
"Bibirmu terluka!"
Caroline meringis saat merasakan sakit pada area bibirnya dan sepertinya berdarah karena Ia merasakan rasa amis menyentuh lidahnya. Tapi rasanya efek dari pukulan itu tak sebera dengan ucapan Nikholas beberapa detik lalu.
Gadisku?
Caroline merasa jutaan kepakan kupu-kupu mengenai setiap syaraf tubuhnya, namun rasanya kenapa terasa menyenangkan. Astaga Caroline kau kenapa?!
Dan di tengah kekacauan yang di rasakan wanita itu, terdapat dua orang pria yang Nicholas kenal datang dari arah barat membuat lelaki itu menggeram kesal dengan gigi mengertak.
"Sekarang kau harus pergi." kata Nicholas sambil membantu Caroline berdiri.
"Tapi-"
"Please Caroline mereka bukan tandinganmu, aku kenal mereka, sekarang pergi."
"Nic..."
"Pergi Caroline, aku bisa mengatasinya sendiri!" Bentak Nicholas dan Caroline akhirnya berlari meninggalkan Nicholas.
"Senang bertemu denganmu, mantan tuanku." Sapa salah satu di antara mereka yang berambut gembal.
"Apa wanita tadi kekasihmu? Cantik juga."
Nicholas tidak suka mendengar ucapan tentang Caroline dengan lancar keluar dari mulut dua b*****h di hadapannya. Dengan tangan terkepal menahan amarah Nicholas mendekati dua mantan anak buah kurang ajarnya itu. Dan secepat kilat tanpa prediksi Ia layangkan serbukan tanah pada mata dua orang itu yang langsung menjerit.
"Ahhh! Aku tidak bisa melihat!!"
Nicholas tersenyum miring, kepalan tangannya kembali melayang dan tepat mengenai wajah dua orang itu secara berganti dengan kasar.
"Kematian lebih baik untuk kalian!!''
Beberapa saat kemudian Nicholas berhasil membekuk dua mantan anak buahnya itu bersamaan dengan datangnya orang-orangnya.
"Maaf kami terlambat tuan." ucap salah satu dari mereka.
"Lain kali pikirkan, aku menggaji kalian untuk cepat bukan lambat seperti ini!" ketus Nicholas dingin, tak lupa tatapan tajamnya membuat para anak buahnya menenguk saliva kasar.
"Sekarang bereskan mereka!" Perintahnya yang langsung di patuhi oleh anak-anak buahnya.