Aku duduk tidak nyaman di dalam pesawat. Brandy duduk berhadapan denganku. Matanya sesekali melirikku. Sementara aku hampir tidak pernah memindahkan tatapanku darinya. Tahu kenapa ? Aku masih mencari-cari raut Adam,
Menyedihkan ya aku ?
Brandy punya raut yang keras jarang bicara, kecuali dia sedang mengancam. Atau memerintahkan anak buahnya. Di dalam pesawat dia disibukkan dengan tablet dan telponnya. Hampir semua minuman keras telah ditelponnya. Aku mendengar nama Tequela, Wine, Wishky, Saki, Soju, Vodka, Martini, Gin, Rum disebutnya.
Ada untungnya papaku seorang pemabuk, sampai akhir hayatnya menyekoki diri dengan minuman keras sehingga aku mengenal jenis jenis mereka.
Jadi pesawat ini hanya ditumpangi 2 awak kabin, 1 pilot dan 1 co pilot, serta 4 pramugari. Seorang pramugari bersama Amer ke private room. Hanya Tuhan yang tahu apa yang mereka lakukan.
"Nona" bisik seorang pramugari yang terlihat paling manis
Aku menengadah melihatnya "Apa anda butuh selimut ?"
Tanpa sadar bibirku terangkat. Aku butuh sekali.
"Tidak, dia tidak butuh selimut !" Mata Brandy yang runcing, memperingati si pramugari hingga dia kembali menegakkan diri.
Si pramugari mengangguk dengan anggun pada Brandy. Sebelum berjalan ke bagian belakang pesawat. Aku memalingkan wajah, kesal. Sambil memeluk diriku sendiri karena dingin.Baju ini terlalu terbuka. Aku butuh selimut. Ah, kupikir-pikir mungkin memang penjahat ini mau aku mati.
Ternyata inilah yang namanya kemerdekaan yang dirampas ? Ketika harapan terkubur dan tubuh bukan lagi milikmu. Sisanya hanya tinggal bertahan hidup.
Jakarta terlihat semakin menghilang di bawah sana, lalu pesawat melintasi lautan. Kemana mereka akan membawaku ? Aku mengusap-usap jendela pesawat. Seperti inikah rasanya naik pesawat. Tidak se-spesial yang diceritakan teman-temanku di Wmart. Tidak ada bedanya dengan naik ke rooftop Wmart ketika ingin melihat kota Jakarta yang penuh kemacetan atau melihat bintang di atas langit. Aku sudah tidak merasakan keistimewaannya.
Tiba-tiba Brandy sudah berdiri di depanku. Aku terkesiap melihatnya sedekat itu. Kupikir aku mau ditembak. Tapi dia melepaskan jasnya. Memposisikan dirinya sedikit condong ke arahku. Dia memasangkan jas itu di bahuku.
Wanginya,
Aku mengenali wangi aroma kayu yang fresh. Bau yang seakan membuat ku merasa berada di tengah hutan. di kelilingi pohon berwarna hijau. Gilanya, jantungku masih berdegup tak beraturan. Seperti pertama kali aku bertemu dengannya di Wmart waktu itu. Dari barisan pengantri yang memilih standku untuk bayar. Dia adalah yang paling tampan.
Tanpa sadar aku menggenggam kuat jamariku sampai rasanya kuku-kuku-ku menacap di telapak tangan.
Aku berhenti bernafas sesaat ketika dia tarik daguku mendonga menatap wajahnya. Tangan kairinya menahan tubuhnya di sandaran kursi. Matanya berwarna hitam keruh. Seperti lumpur lapindo. Ya sesak seperti bencana alam memang melihatnya.
Dia mendekatkan bibirnya, ketika nafasnya berhembus pelan di kulit wajahku. Aku menciut.
Dia menciumku. Menekan bibirnya di atas bibirku. Tekstur lembap dan kenyal menyentuh bibirku. Aku berusaha keras agar tidak terbuai. Aku menutup rapat bibirku. Dia hanya mengulum bibirku dengan decapan tiga-empat kali, kurasa. Sebelum akhirnya dia bangkit menegakkan diri.
Bibirku basah karena selivanya,
Kami sempat berpandangan beberapa detik sebelum dia dia berdecak, membuang muka, lalu pergi. Seakan dia kecewa dengan caraku berciuman.
Pramugari yang duduk di dekat pintu darurat menatapku melotot, tanganya menutup mulut yang menganga syock.
"He is damn hot" katanya
Aku tidak menanggapi, aku memilih sarkastik. Aku memilih membenci perbuatannya meski aku terbuai. Aku mengusap bibirku dengan punggung tangan. Dengana acuh memakai jas hitamnya, memasukkan kedua tanganku di lengan jas itu. Ternyata hal-hal kecil masih bisa aku syukuri. Jas ini langsung membuat aku hangat dan rileks. Mungkin karena wanginya..
***
Aku heran dengan mereka, kenapa lagak mereka seperti seorang tokoh politik, pemimpin negara ? Demi Tuhan aku tidak mengerti ! ya, karena kami lolos di imigrasi begitu saja. Kami disambut oleh beberapa orang yang terlihat penting di Bandara Internasional Dubai. Kami diarahkan menunju terminal penjemputanan tamu VVIV dimana rolls royce pantom terparkir cantik berderet dengan lamborghini huracan berwarna abu.
Brandy melirikku dengan ujung matanya, mengangguk pada seorang. Pria berjas yang kutebak adalah salah satu alkohol juga. Si pria berperawakan besar dengan rambut pelontos tersebut menyerahkan kunci pada Brandy. Brandy mengambil kunci dan berjalan santai menuju mobil abu itu. Dia terlihat seperti pangeran dengan tunggangan paling istimewa ketika membuka pintu mobil itu. Dia menoleh sekali padaku, memasang kaca mata hitam, menyapu pandangan ke sekeliling lalu masuk ke mobil itu. Tidak berapa lama mobil itu hilang dari pandangan.
"Ayo" kata Amer membukakan pintu rolls royce
"Kemana Brandy ?" tanyaku begitu polos
Orang yang tadi bicara dengan Brandy menghampiri kami "Hai kalian lets go" katanya masuk lebih dulu
"Aturannya kau tidak harus tau dia kemana. Princess dia itu bos kami. Dia bekerja seperti hantu, melakukan apapun sendiri, sementara kita siap mengcopy perintah" Amer sedikit mendorongku dia kesal aku kelamaan berdiri melihat arah dimana lamborgini tadi hilang.
"Namanya juga Letnan ! iya tidak Wishky" Amer yang duduk di sisi Wishky nama laki-laki botak yang menjembut kami, Amer menonjok bahu Wishky
"Terserah kau saja Amer"
Rolls royce itupun pergi meninggalkan bandara. Kedua orang itu saling menukar kode. Sesekali Amer menunjukkan tabletnya. Yang di balas Wishky dengan decakan dan gelengan.
"Hei nona, aku wiskey. Driver" dia menunjukkan tanda pis dengan tangannya. Ternyata dia cukup supel dan ramah.
"Dia di panggil princess"
"Baik. dicopy"
"Tapi ngomong-ngomong green sluth harusnya di lelang lusa ? Kenapa bisa benda itu masih ada di kita ?"
Aku mau tak mau menyentuh kalung ular yang ada di leherku. Melebarkan telingaku agar bisa menerima infomasi selengkap mungkin.
"Benda itulah yang membawa kita kemari, membuka jalan kita di bandara, membuat si Ryan tidak berkutik diperintah ini-itu oleh bos"
"Kupikir cukup dengan video syur dengan sekertaris-nya akan berhasil meloloskan kita di bandara"
"Wish kau jangan terlalu polos soal itu. Mana mungkin hanya itu, yang paling penting untuk Ryan bukan istrinya tapi uang dan kesempatan" Amer menoleh melihatku, bukan aku ! tepatnya the Green Sluth yang ada di leherku "Ryan tidak berani menyentuh kalung itu kalau dia tahu siapa yang menggunakannya"
Wishky tiba-tiba tersenyum culas, matanya tajam mentapku dari sepion. Menyebalkan teka-teki apa lagi yang dilemparkan padaku. Aku menyentuh kalung itu. Seberharga apa benda ini ?
"Mereka semua tidak tahu yang itu palsu" bisik Amer pada akhirnya
Dan pekikan kegirangan dan tawa terdengar dari mereka berdua.
Fuck ! Mereka monster. Permainan apa yang mereka mainkan ? Aku sebenarnya sedang bersama siapa ? Ribuan pertanyaan muncul bak gelombang di kepalaku. Bagaimana bisa ini palsu ? Tuan Ryan mempercayai benda ini asli ? Dia membiarkan Brandy dan kawan-kawannya lolos dari bandara dan menggunakan penerbangan terbaik hanya karena benda palsu yang terpasang di leherku ? Lalu apa hubungannya dengan aku yang menggunakan benda ini ?
***