Bagian 3

2035 Words
Pagi ini Tika sudah siap dengan setelan baju kerjanya. Rok span warna hitam di bawah lutut beberapa centimeter membentuk lekuk kakinya. Rok span itu dia padukan dengan kemeja seragam hotel warna coklat muda berlengan panjang. Terdapat rumbaian atau kain bergelombang yang dijahit pada bagian lehernya. Kain rumbaian tersebut hanya khusus untuk pekerja wanita, sedangkan untuk pria seragamnya berupa kemeja lengan pendek dengan warna yang sama. Terdapat pula motif batik yang diberi pewarna coklat berukuran kurang lebih dua centimeter pada bagian ujung lengan. Setiap harinya para pegawai hotel Kejora—hotel tempat Tika bekerja, harus mengenakan seragam yang berbeda yang telah disediakan oleh pihak hotel. Khusus hari Jum’at pegawai diperbolehkan mengenakan baju batik dengan berbagai motif asalkan mengenakan bawahan berwarna hitam. Pegawai wanita pun diperkenankan mengenakan celana kain di hari tersebut. Tika menggulung rambut hitamnya yang telah dia sisir dan dia berikan serum serta kondisioner. Dia masukkan gulungan rambutnya pada jepit cepol dengan model jaring-jaring berwarna hitam. Terdapat hiasan pita kupu-kupu di atas cepolannya. Tika memiliki banyak koleksi jepit cepol dengan berbagai model semenjak dia bekerja di hotel. Ada yang kainnya berupa tile, jaring-jaring kecil, jaring-jaring bulat cukup besar, dan model-model lain yang berwarna hitam, coklat, dan navy. Memilih warna lain sebagai jepit cepol sebenarnya diperbolehkan, akan tetapi Tika merasa bahwa warna-warna lain terlalu mencolok dan kurang cocok dipadukan dengan warna seragamnya. Tika merapikan tatanan rambutnya sekali lagi, mengecek tidak ada bagian rambut ataupun anak rambut yang menjuntai bebas. Peraturan hotel melarang pegawai hotel wanita menggerai rambutnya di jam kerja. Terlihat tidak rapi dan terkadang tampak mengganggu aktivitas pekerjaan. Sekali lagi Tika mengecek penampilannya pada kaca panjang yang menyatu pada lemari kayu jati yang dicat dengan warna coklat dalam kamarnya. Setelah dirasa sudah pas dan tidak ada yang berantakan, Tika segera menyemprotkan parfum pada kedua pergelangan tangannya dan bagian leher. Jarum jam berwarna silver pada pergelangan tangan kiri Tika telah menunjukkan pukul 07.05. Masih ada waktu 55 menit sebelum jam kerja dimulai. Tika tak lupa memeriksa barang-barang yang harus dia bawa bekerja, ada dompet, handphone, kunci mobil, kunci kontrakan, buku kecil yang selalu dia bawa jika bekerja untuk mencatat semua agendanya, bulpen, pouch berisi peralatan make up untuk touch up kembali setelah istirahat makan siang dan melaksanakan sholat. Ada juga tas kain kecil warna peach dengan bordiran bunga di bagian ujung tepi tas yang berisi mukenah. Walaupun Tika memang memiliki sifat buruk sebagai pengganggu hubungan orang lain, dia tidak pernah meninggalkan sholat. Ayah dan ibunya akan selalu mewanti-wantinya akan pentingnya melaksanakan ibadah tepat waktu. Setelah dirasa lengkap semua barang yang harus dia bawa, Tika segera beranjak dari kamarnya. Mengamati sebentar kondisi kamarnya yang sudah rapi. Dia sangat anti dengan kondisi kamar yang berantakan, terutama sprei kasur. Saat tiba di ruang tamu dia melihat rekan kontrakannya—Aini yang juga sedang bersiap untuk berangkat bekerja. Kontrakan tempat Tika tinggal sistemnya hampir sama dengan kos-kosan. Yang membedakan adalah biaya dan berbagai fasilitas ruangan. Biaya kontrakan lebih murah, selain itu tersedia fasilitas dapur, toilet pada tiap-tiap kamar, ruang tamu, ruang tengah, teras yang cukup luas, dan halaman yang bisa digunakan untuk parkir dua mobil serta beberapa motor. Beruntungnya Tika mendapatkan rumah kontrakan yang halamannya banyak tertanam berbagai jenis tanaman di sisi kiri halaman. Disusun dan ditata sedemikian rupa, tampak seperti taman bunga di taman kota. “Mau berangkat juga, mbak?” tanya Tika pada Aini, rekan kontrakannya yang bekerja pada salah satu bank BUMN yang terletak di dekat hotel Kejora. Tika berdiri pada sisi salah satu sofa panjang berwarna mocca di sebelah sofa tempat Aini duduk sambil mengotak-atik handphone-nya. “Iya, Tik. Mbak boleh nebeng nggak? Motor mbak masih di bengkel, belum selesai diservis. Ini mbak juga sudah dari tadi coba pesan ojek online tapi susah sekali,” tanya Aini dengan sungkan. “Tentu saja boleh mbak. Lagian juga bank tempat mbak bekerjakan searah sama hotel Kejora. Kalau motor mbak masih belum selesai sampek besok, mbak bareng saja sama aku, dari pada naik ojol yang ditunggu terlalu lama,” jawab Tika sembari menawarkan tumpangan kepada Aini. “Terima kasih lho ya. Ya sudah ayo berangkat, Tik,” ajak Aini. “Ayo, mbak.” Tika membuka lock pada mobilnya. Tika segera memanaskan mobilnya beberapa menit. Aini segera bergabung di kursi penumpang bagian depan. “Tik, kemarin manager bank tempat mbak kerja menanyakan tentang kamu. Kamu masih berhubungan dengan Pak Samuel?” tanya Aini ketika mobil yang dikendarai Tika membelah jalanan di sekitar Darmo. “Sudah enggak, mbak. Biarkan saja. Aku juga sudah tidak pernah mengganggu hubungan mereka lagi,” jawab Tika dengan malas. “Aku sudah memblokir nomornya juga, mbak. Jadi aku mohon sama mbak, biarkan saja dia menanyakan tentang aku ke mbak. Tapi aku berharap mbak bisa kooperatif ya, mbak,” lanjut Tika dengan tenang sambil menoleh sebentar ke arah Aini. “Iya, Tik. Mbak juga gak ingin ikut campur masalah itu. Mbak hanya menyampaikan jika pak manager masih sering menanyakan kamu.” “Iya, mbak. Terima kasih atas pengertiannya, ya,” jawab Tika tulus. Tika suka dengan orang seperti Aini. Tidak kepo dan menjudge seseorang tanpa tahu alasan dibaliknya. Selain itu, Aini adalah orang yang termasuk dalam jajaran orang yang tidak suka mencampuri urusan orang lain. Mobil Tika telah masuk ke area gedung tinggi tempat Aini bekerja. Gedung tersebut terdiri atas dua tower yang saling berdampingan. Gedung tersebut setahu Tika adalah gedung terbesar dari pusat bank lainnya, termasuk dalam gedung bank terbesar untuk bank tersebut di Jawa Timur. Tika memilih menurunkan Aini di depan lobi gedung. Rasanya tidak pantas jika dia menurunkan Aini di pinggir jalan depan gedung. Mereka adalah rekan satu kontrakan, Tika masih mempunyai rasa hormat untuk Aini yang notabennya usianya lebih tua darinya. Aini segera melepas seat belt yang melekat pada tubuhnya. “Terima kasih ya, Tik. Hati-hati di jalan,” ucap Aini tulus. Aini segera turun setelah Tika membalas ucapannya dan menawarkan Aini tumpangan untuk pulang tetapi ditolak oleh Aini karena dia akan ke bengkel untuk mengambil motornya yang sudah selesai diservis sore nanti. Aini menunggu mobil Tika meninggalkan area depan lobi gedungnya setelahnya dia masuk ke dalam gedung. “Tadi kamu diantar Tika?” tanya suara seorang pria yang tiba-tiba berdiri di samping Aini, di depan lift karyawan. Aini terlonjak kaget dan menoleh ke arah sebelah kirinya. Ada Pak Samuel, manager bank yang tadi dia bicarakan dengan Tika. “Iya, pak,” jawab Aini sopan. “Kamu tidak menanyakan kepadanya kenapa dia tidak bisa dihubungi? Tidak mau membalas pesan saya?” tanya Samuel panjang lebar dan tampak menuntut. Aini menghembuskan napas pelan. Jengah dengan sikap Samuel. Sepertinya paginya harus sedikit berantakan karena Samuel yang akan terus menerornya. “Kenapa juga sih pak Samuel lihat aku diantar Tika?” batin Aini jengkel. Dia tidak menyalahkan Tika. Namun, dia tidak suka dengan Samuel yang terus menerus akan mengganggunya setelah tahu dia datang bersama Tika. Samuel sudah memiliki seorang istri, kenapa masih terus mengganggu Tika saja. Istrinya sudah pernah membuat keributan di kantor karena Samuel yang ketahuan selingkuh dengan Tika. Tampaknya Samuel tidak ada rasa takut sama sekali dengan istrinya. “Nomor bapak diblokir sama Tika,” jawab Aini dengan sedikit ketus. Dia malas berhadapan dengan Samuel. Pintu lift terbuka membuat Aini menunggu Samuel untuk masuk terlebih dahulu. Walaupun Aini sedang kesal, tetapi dia masih ingat bahwa Samuel adalah atasannya. Akhirnya Aini terbebas dari berbagai pertanyaan yang diajukan oleh Samuel saat dia tiba di lantai lima tempatnya bekerja. Samuel terus menanyakan berbagai pertanyaan kepada Aini, tentu saja tentang Tika. Banyaknya pegawai di dalam lift membuat Aini terselamatkan sementara. Semoga saja nanti Samuel berhenti mengganggunya. Aini segera mengirimkan pesan pada Tika sebelum dia mulai bekerja. Memberikan informasi bahwa Samuel tidak kenal lelah untuk meneror dirinya dengan berbagai pertanyaan tentang alasan Tika yang sudah tidak pernah lagi mau membalas pesannya. Di lain tempat, Tika sudah sampai di baseman hotel beberapa menit kemudian. Jarak hotel tempatnya bekerja tidak terlalu jauh dari bank tempat Aini bekerja, terletak pada jajaran sisi jalan yang sama. Dia memeriksa penampilannya sekali lagi di kaca spion tengah. Setelah itu dia bergegas keluar dari mobil karena 15 menit lagi jam kerja dimulai. Hari ini dia harus mengecek laporan tentang ketersediaan stok bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan oleh hotel terutama bagian dapur dan restoran. Tika berjalan dengan tegas tetapi penuh keanggunan seperti biasanya menuju ke lift yang terdapat pada baseman. Dia menekan angka lima, lantai tempat Tika bekerja. Denting handphone-nya menandakan bahwa ada pesan yang masuk. Tika mengabaikan hal itu dan memilih untuk membuka pesan yang masuk ke handphone-nya nanti saat tiba di ruangannya. “Mbak Tik, laporan tentang perlengkapan yang dibutuhkan tiap-tiap kamar untuk tiga bulan kemarin sudah saya taruh di meja, ya. Di dalam map warna hijau,” ucap Andin—salah satu staff purchasing yang usianya dua tahun di bawah Tika. Tika memang lebih menyukai jika pegawai yang di bawah usianya memanggil dirinya dengan embel-embel mbak. Bukan dia mengajarkan kepada bawahannya untuk tidak menghormati dirinya, tetapi dia memberikan batasan boleh memanggil dirinya dengan embel-embel mbak kecuali saat sedang rapat divisi. “Oke, Ndin. Terima kasih ya. Nanti jangan lupa juga teruskan ke staff lain yang bagian menyusun list stok untuk tiga bulan ke depan segera menyerahkan berkasnya ya. Biar nanti bisa segera konfirmasi ke bagian manajer dan finance, kalau ACC lebih cepat kita bisa stok barang lebih cepat juga,” jawab Tika mengingatkan Andin untuk mengingatkan staff purchasing lain segera menyelesaikan laporan yang harus diajukan ke Tika. Tika adalah asisten manajer divisi purchasing. Sebelum menyampaikan semua laporan dan berkas pengajuan barang ke bagian manajer, harus melalui Tika terlebih dahulu untuk dicek. Jika semua sudah beres, maka Tika akan mengajukan ke bagian manajer. Bagian manajer menyetujui maka Tika akan didampingi bawahannya yang bertanggung jawab terhadap barang tersebut akan mengajukan dana ke bagian finance. Menuliskan harga dari barang yang akan dipesan dan memberikan laporan keuangan setelah divisi purchasing menerima barang dari pabrik atau produsen yang dipilih sebagai pemasak produk. Tika segera masuk ke kubikelnya. Hanya manajer purchasing yang memiliki ruangan sendiri di dalam ruangan divisi purchasing. Pegawai yang lain hanya menempati kubikel yang cukup digunakan untuk meletakkan meja yang di atasnya terletak personal computer, sedikit space untuk membaca laporan dan tempat pensil bundar. Terdapat pula kursi putar dengan roda di bawahnya, tempat sampah bundar warna hitam yang berbentuk keranjang, dan sedikit space untuk bergerak di dalam tiap-tiap kubikel. Tika meletakkan tote bag dengan logo dua huruf C yang saling bertolak belakang warna hitam pada cantolan yang dia beli pada salah satu department store yang berasal dari Jepang. Bentuk setengah badan salah satu hewan yang berasal dari kutub berwarna abu-abu gelap dan putih menjadi hiasan cantolan yang ditempelkan Tika pada dinding kubikelnya. Tika segera menyalakan PC-nya dan mengambil handphone-nya pada saku dalam tote bag-nya. Ada beberapa pesan pribadi dan grup yang masuk dalam aplikasi perpesanannya pagi ini. Nama Mbak Aini sebagai pengirim pesan membuat jari telunjuk kanan Tika langsung menekan pesan pada nama tersebut. Mbak Aini Sebel sama pak Samuel. Pagi-pagi sudah merusak mood-ku. Aku heran, bagaimana dia bisa tahu kalau aku diantar sama kamu. (emotikan sedih dengan menitikkan satu tetes air mata) Cantika (Mengirim stiker boneka warna putih dan pink yang berguling ke kanan dan ke kiri sambil tertawa bahagia) Maafkan Tika ya, mbak. Semoga si Samuel itu tidak mengganggu kerja mbak Aini hari ini. Aamiin. Tika segera mengirimkan pesan balasannya kepada Aini. Dia tertawa singkat dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Kesalahannya memang mengganggu hubungan orang lain. Membuat beberapa teman-temannya sering mendapat imbas dari tingkah lakunya dan gangguan dari para pria yang dia dekati. Bukan gangguan sebenarnya, tetapi sering direcoki dengan berbagai pertanyaan, bahkan meneror teman-temannya dengan berbagai pertanyaan di mana Tika baik secara langsung maupun melalui aplikasi perpesanan. Tika meletakkan handphone-nya pada sisi sebelah kanan keyboard PC-nya. PC-nya menampilkan wallpaper bawaan dari sistem windows berupa pantai dengan luasnya lautan warna biru dengan batu besar warna coklat gelap. Wi-Fi kantor langsung terhubung dengan PC di hadapan Tika. Tika membuka browser kemudian mengetikkan email dan w******p web pada mesin pencarian. Setelah itu Tika mulai membuka laporan yang tertata rapi di samping kiri PC-nya. Mengecek kata per kata pada laporan. Tak lupa Tika membuka aplikasi yang digunakan hotel untuk bagian purchasing. Menyesuaikan data pada lembaran laporan dengan data yang terdapat pada aplikasi. Tulisan pada laporan yang sesuai dengan aplikasi, dia berikan tanda centang menggunakan pensil sebagai tanda bahwa laporan tersebut sudah benar. Satu laporan sudah selesai dia cek. Dia meletakkan laporan yang sudah selesai dia cek dan benar pada rak yang dia berikan label laporan benar. Tika kembali fokus pada beberapa laporan lain yang masih menumpuk. Tika juga tidak lupa untuk mengecek email dari beberapa produsen yang bekerja sama dengan hotel. Dia harus segera membalas pesan dari produsen ataupun mengirim pesan untuk mengajukan kerja sama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD