“ Sev, menurut Lo mana yang bagus ?” tanya Tania sambil membawa dua pasang baju di tangan kanan dan kiri nya. Ya, saat ini aku tengah berada di kamar Tania. Dari sore Tania ribut minta dibantu memilih baju dan make up. Dia bilang mau dinner malam ini dengan someone special , entah aku tak tau siapa.
“ Yang putih lebih bagus Ta, terkesan fresh dan elegant buat Lo.” jawab ku
“ Good. Gue juga mikir gitu tadi Sev. Kita masih tetap sehati ternyata.” ucap Tania nyengir
Tania beranjak mengganti baju, aku masih terpaku dan menerka mungkinkah Tania pergi bersama Kenzo. Teringat kejadian beberapa hari lalu, ketika Kenzo berdiri di depan rumah ku ketika aku dan Tania akan pergi ke mall.
Flashback
“Kenzo, ada apa kemari ? tanya Tania yang menghampiri kami
“ Hay Ta, Sev. Enggak ini gue..gue..gue tadi nyari Lo.” jawab Kenzo gugup sambil menggaruk tengkuk yang ku rasa tidak gatal
“ Kenapa nyari Gue Ken ?”
“ Ini Ta, jam tangan Lo kemaren ketinggalan mau gue balikin.” ucap Kenzo sambil menyodorkan jam tangan Tania
“ Oh iya. Thanks ya Ken. Kok Lo tau gue ada di rumah Sevina ?”
“ Itu gue tadi ke rumah Lo, udah gue panggil-panggil nggak ada yang keluar. Yaudah gue mikir aja Lo pasti lagi sama Sevina.” jawab Kenzo tepat, memang begitu biasanya, kami sering berada di tempat yang sama
“ Yaudah gue pamit ya Ta, Lo mau pergi kan ?”
“ Iya Ken, mau ke mall nih kita. Mau ikut sekalian nggak ? udah lama juga kita nggak pergi bertiga.” ajak Tania pada Kenzo
Sontak aku terkejut dengan pertanyaan itu. Sungguh aku tidak ingin berada satu tempat lagi dengan Kenzo, lebih tepatnya antara ingin dan tidak. Aku berdebar menunggu jawaban Kenzo. Hingga jawaban Kenzo membuatku entah merasa harus senang atau sedih.
“ Sorry deh Tania, gue ada acara habis ini juga. Kalian berdua aja perginya, quality time aja, kapan-kapan kita baru pergi bertiga lagi atau bahkan bisa berempat.” saran Kenzo
“ Berempat sama siapa Ken ?” tanya Tania
“ Sama pacar Sevina mungkin ?” ucap Kenzo melirikku, sontak membuat Tania menatapku penasaran
“ Apasih kalian. Jadi pergi nggak Ta ? apa mau ngobrol terus disini ?” tanyaku dengan sedikit kesal. Bagaimana bisa Kenzo bicara seperti itu. Sementara aku sama sekali tidak punya pacar.
Flashback End
“ Gimana Sev, udah oke belum gue ?” tanya Tania keluar dari ruang ganti sambil memutar tubuhnya. Segera ku tanggapi dengan mengacungkan kedua jempolku sambil tersenyum menatapnya.
“ Make up gue Sev ? Cocok nggak sih kalau gue pake tas sama sepatu warna nude begini ?” cerca Tania lagi
“ Cocok Ta. Lo tetep cantik dan selalu cocok pakai apapun.” jawab ku sambil melirik ponsel yang menampilkan pesan dari Group Sailormoon yang beranggotakan Aku, Tiara, Nana, Alvi, Aya dan Risa. Kami memang mau hangout bersama.
“ Ta, Lo kapan di jemput ?”
“ Bentar lagi mungkin Sev, kenapa ?”
“ Gue udah ditunggu sama yang lain nih. Kalau gue jalan duluan nggak apa-apa Ta ? Atau gue temenin Lo aja sampai di jemput someone special Lo itu ?”
“ Berangkat aja dulu Sev. Lagian gue juga udah siap pergi.”
“Bener nih Ta ?”
“ Iya sayang, udah sana pergi keburu sailormoon pada ngamuk Sev.” Ucap Tania sambil menggandeng tangan ku keluar
Aku mengendarai mobil ku menuju restoran tempat kami janjian. Sampai di sana semuanya sudah datang, hanya aku yang baru saja datang. Kami ngobrol sebentar kemudian makan makanan yang sudah kami pesan. Rencananya kami akan nonton di bioskop mall dekat restoran. Saat kami beranjak, netra ku menatap dua orang yang sangat ku kenal tengah bergandengan tangan memasuki restoran
Si pria tampak menatapku, dan pandangan kami bertemu untuk beberapa detik, sampai aku memutuskan pandangan kami. Aku berjalan lebih dulu dan menarik tangan Nana di sebelahku. Tampaknya si wanita belum menyadari ada aku juga di restoran itu, karena dia sedang fokus mencari tempat duduknya.
**
“ Sevina, bisa kita bicara ?” tegur Kenzo yang membuat ku terpaku. Saat ini aku tengah duduk di taman menunggu Fariz membeli minum usai jalan-jalan.
“ Ada apa Ken ?” tanyaku
“ Kamu dengan siapa disini Sevina ?”
“ Bersama teman. Apa yang mau kamu bicara kan ?”
“ Aku dan Tania tidak ada apa-apa Sev. Itu yang mau ku bilang jika kediaman mu padaku selama ini karena aku dan Tania.”
“ Aku tidak pernah mendiamkan mu ataupun Tania, Ken.”
“ Tapi kamu berubah Sevina.”
“Aku tetap seperti biasa Ken. Mungkin kamu yang berubah.” Ujar ku
“ Dan soal kamu dan Tania, aku turut bahagia. Meskipun Tania belum menceritakan tentang apapun soal kalian. Tapi aku tau, Tania sedang bahagia. Terlebih aku yang menemani dia bersiap-siap saat kalian mau pergi tempo hari. Dia selalu tersenyum karena akan pergi dengan someone special yang saat itu aku tak tau bahwa pria itu kamu.” lanjutku
“ Tapi Sevina, aku benar-benar hanya berteman dengan Tania. Tidak lebih”
“ Apapun itu Ken. Aku harap kamu tidak menyakiti sahabatku. Aku mengutamakan kebahagiaannya, jika dia bahagia maka aku bahagia begitu juga sebaliknya”
“ Lalu bahagia kamu sendiri ?”
“ Sudah ku bilang tadi Ken. Tolong jaga Tania dan selalu buat dia tersenyum.”
“ Sevina, perkataan mu seolah kamu…” belum selesai Kenzo mengungkapkan pernyataannya, Fariz sudah menghampiri kami dan menyerahkan sebotol air mineral padaku
“ Hay, siapa ya ?” tanya Fariz sambil menyodorkan tangannya
“ Aku Kenzo.” jawab Kenzo membalas jabat tangan Fariz
“ Kenzo ini temanku dan Tania, Riz. Kami bertetangga “ jelasku
“ Oh begitu. Sama siapa Kenzo ?” tanya Fariz
“ Kebetulan lewat dan melihat Sevina duduk sendiri, jadi aku menyapanya.” terang Kenzo
“ Ya sudah kalau begitu, teman mu sudah kembali jadi aku pulang dulu Sev. Gue balik ya bro, jaga Sevina.” pamit Kenzo pada kami dan hanya ku balas dengan anggukan. Ku tatap punggung Kenzo yang mulai menjauh sampai dia melaju mengendarai motornya.
“ Itu benar hanya teman kamu Sev ?” curiga Kenzo
“ Iya benar Riz, Lo kira siapa memang ?”
“ Aku merasa dia orang yang spesial untuk mu, Sev.”
“ Jangan bercanda Fariz. Dia sedang sangat dekat dengan Tania. Dia juga hanya menanyakan Tania tadi.”
“ Benarkah ? Apa itu yang membuat raut wajahmu menjadi mendung ?” canda Fariz
“ Apasih Riz. Gue biasa saja.”
“ Semoga apa yang kamu ucapkan memang yang sebenarnya Sevina.”
**
Hari ini Tania dan aku mengendarai mobil masing-masing, pasalnya Tania akan les usai jam sekolah berakhir. Dan itu memakan waktu yang lumayan lama jika kami saling menunggu. Aku memutuskan pulang duluan.
Sampai di pertigaan menuju arah rumahku, ku lihat sebuah mobil terparkir menghadang jalan. Aku hanya berhenti karena tidak bisa lewat dan takut untuk turun karena merasa tidak mengenal mobil tersebut. Perlahan pintu pengemudi terbuka, Kenzo turun diikuti seorang pria lain yang mengenakan seragam yang sama dengan Kenzo. Ku tebak itu temannya.
Kenzo berjalan menuju mobil ku. Mengetuk kaca pintu pengemudi dan ku buka kaca perlahan.
“ Turun Sevina, Aku nebeng. Aku aja yang nyetir, nggak lucu disetirin cewek.”
Aku tak menjawab apapun, hanya mengikuti keinginannya. Setelah aku turun, Kenzo berjalan membuka pintu samping pengemudi dan mempersilahkan aku masuk. Kemudian dia menutup pintu pelan dan menyusul masuk mobil. Sampai mobil melaju, aku masih tak mengeluarkan suara apapun. Hingga aku sadar Kenzo membawa mobil berlawanan arah dengan rumah kami.
“ Mau kemana ini Ken ? Bukan arah pulang ?” tanyaku cemas
“ Aku kira kamu akan tetap diam Sev ?” ujar Kenzo
“ Mau kemana ini ? aku mau pulang !” tegasku
“ Hanya sebentar Sevina. Kita perlu bii...” ucapan Kenzo terputus oleh dering ponselku yang menampilkan nama Mama di sana. Cepat ku jawab telpon Mama.
“ Sevina kamu sudah dijalan nak ?” tanya mama dengan suara yang terdengar cemas
“ Ini menuju ke rumah Ma. Ada apa ?”
“ Cepat pulang Nak, Devan jatuh dari motor dan akan kita bawa ke rumah sakit. Masalahnya tidak ada mobil lagi di rumah Sev. Bisa kamu lebih cepat ?” pinta Mama
“ Iya Ma, tenang dulu. Sevina segera sampai.” Ku tutup telpon segera dan menoleh ke arah Kenzo
“ Tolong kita pulang saja Ken. Aku sudah ditunggu Mama, Devan kecelakaan.” pintaku
Tanpa kata, Kenzo putar balik ke arah rumah kami. Ku perhatikan wajahnya tampak kecewa. Tapi sungguh aku tidak peduli dan tidak mengerti kenapa Kenzo harus kecewa. Yang kupikirkan saat ini hanya keadaan Devan.
Sesampainya di rumah aku bergegas menemui Mama. Devan tampak kesakitan di samping Mama. Kenzo segera membantu Devan menuju mobil dan mendudukkan Devan di jok belakang diikuti Mama. Aku segera masuk di jok depan dengan Kenzo yang mengemudikan mobil. Kami menuju rumah sakit terdekat tanpa banyak lagi yang dibicarakan.
“ Ya sudah Tante, saya pulang dulu. Devan sudah tidak apa-apa dan hanya menunggu sadar dari obat.” ucap Kenzo pada Mama
“ Terima kasih sudah membantu kami Nak Kenzo.” sahut Mama tersenyum diikuti Kenzo yang mencium punggung tangan Mama. Aku mengikutinya dan mengantar sampai depan pintu.
“ Thanks ya Ken.” Ucap ku
“ Tidak masalah Sev. Aku pulang dulu.”
“ Bagaimana kamu pulang ? kan kesini pakai mobil ku ?”
“ Tenang saja, Damar sudah menjemput ku. Dia di depan sekarang. Aku pergi dulu.”
“ Baiklah. Hati-hati di jalan Kenzo.”
“ Pasti. Akan ku hubungi jika sudah sampai rumah” ucap Kenzo dan bergegas pergi
Aku kembali ke ruangan rawat Devan, dia masih belum sadar setelah minum obat tadi. Mama tampak memperhatikanku. Mama menepuk sofa pelan mengarahkan ku untuk duduk disampingnya.
“ Ada apa kamu dengan Kenzo ? Mau menceritakan sesuatu pada Mama ?” tanya mama pelan
“ Tidak ada yang mau Sevina ceritakan Ma. Kami tidak ada apa-apa.” jawabku
“ Sevina, Mama mengenal kamu lebih dari siapapun. Mata kamu mengatakan lain.”
“ Ma, tadi kami tidak sengaja bertemu dijalan lalu Kenzo nebeng karena motornya rusak. Hanya itu.” ujar ku
“ Lagipula, Kenzo sedang dekat atau mungkin sudah pacaran sama Tania. Jadi kami memang tidak ada apa-apa.”
“ Nak, kamu bisa bicara begitu sama siapapun terkecuali Mama.”
“ Ma, ku mohon jangan bahas ini lagi. Aku benar-benar tidak ada hubungan apapun dengan Kenzo.”
“ Baiklah. Mama anggap kamu berkata jujur. Tapi, lain kali ketika kamu sudah siap tolong cerita apapun pada Mama. Mama akan selalu ada untuk anak gadis Mama. Satu hal yang harus kamu ingat Sev, kebahagiaan kamu, kamu sendiri yang menentukan. Jangan siksa hati kamu jika kenyataannya kamu tidak sanggup”
“ Ma, ada hati Tania sahabatku yang harus aku jaga.”
“ Mama tau itu. Dan mama juga senang kalian tetap bersahabat sampai saat ini bahkan dengan sangat tulus. Jaga itu sampai kapanpun ya Nak. Tetap usahakan untuk kebahagiaan kalian semua.” saran Mama dan aku hanya tersenyum
“ Ma, aku ke kantin ya mau beli makanan. Sekalian belikan makan untuk Mama dan Papa.”
“ Iya Sev. Sebentar lagi mungkin papa sampai. Tolong jangan lupa kamu bilang Nenek, kamu menginap di rumah Mama. Jangan sampai nenek khawatir ”
Aku menganggukkan krpala seraya keluar dari ruangan.