“Keluargaku bukan keluarga yang harmonis seperti keluargamu,” ungkap Fadli dan itu membuat Cara menggelengkan kepalanya. Menolak cara pandang Fadli terhadap suatu pernyataan. “Setiap keluarga itu punya caranya masing-masing untuk menjadi harmonis,” celetuk Caca—membesarkan hati Fadli. Laki-laki itu mengelus puncak kepala istrinya. “Yah. Benar,” ucapnya tak berniat membantah. Mungkin hanya belum harmonis saja, begitu pikirnya. “Mami dan Papi sangat sibuk dengan bisnis. Sehingga kami sebagai anak merasa terabaikan.” Caca mendengarnya dengan lapang. Ia menyandarkan tubuhnya pada d**a bidang milik Fadli. Sekaligus ia bersyukur dalam hati. Meski keluarganya hanya keluarga sederhana, meski tak punya harta yang banyak namun ia benar-benar bersyukur karena keluarganya tenteram. Tempat yang pali