Matanya menatap frustasi dengan apa saja yang ada di sekitarnya. Ternyata Fadli tidak seperti yang ia pikirkan. Laki-laki itu sangat bersih. Apartemennya sangat rapi dan bersih. Namun itu malah membuat Caca kesal. Karena tak ada yang bisa ia lakukan. Tetapi saat tangannya dengan halus membuka kulkas, kepalanya menggeleng. Segala macam makanan dan minuman instan tersusun rapi di dalamnya. Kali ini ia tahu apa yang harus dikerjakannya. Tanpa babibu, langkahnya yang mungil menuju kamar lalu keluar dari apartemen yang besar itu. Ia tak heran jika laki-laki bujangan macam Fadli tak bisa memasak. Mungkin pulang ke apartemennya saja akan jarang sekali. Setelah bertanya pada satpam apartemen, Caca berjalan kaki menuju supermarket kecil di seberang gedung apartemen yang tinggi menjulang itu. Gadis