Bagian 9 - Kecurigaan Alex

1065 Words
Beberapa jam sebelumnya ... Alex yang tadi sempat melihat kedatangan Anna, bergegas untuk masuk ke dalam mansion. Entah bagaimana reaksi Queen atau Katherine melihat Anna berada di sana. Yang pastinya, istrinya Rose lah yang akan menjadi penengah di antara mereka. “Sweety, di mana Anna? Tadi, aku melihatnya datang?” tanya Alex begitu mendapati ruang tamu mansion nya, sudah sepi. Hanya ada Rose yang sedang merapikan mainan Davio yang tercecer di sofa. Rose duduk di sofa, lalu menepuk-nepuk sofa di sampingnya. Mengisyaratkan agar Alex duduk bersamanya. Alex tersenyum geli, kemudian mengikuti perintah wanita yang sudah menjadi ibu dari anaknya itu. “Kau semakin manis, Sweety,” Cup! ucap Alex sambil mengecup pipi kiri Rose. Rose sedikit tersentak, lalu memukul d**a Alex dan celingak-celinguk tak jelas. “Alex! Ingat umur. Jangan bertingkah seperti bocah kasmaran begini. Kita sudah punya cucu, dan kau tetap tak punya malu,” cicit Rose membuat Alex tertawa pelan. “Dulu, bukankah kau yang sering menggodaku, hmm?” “Kapan?” “Saat kau menjadi Shaylenna. Wanita paling mempesona dan menjadi Idola di Club ku.” “Alex!” Rose menyela perkataan Alex sambil memperbaiki duduknya. Rose menatap Alex dari jarak yang dekat. “Tidak ada yang bisa di banggakan dari seorang Shaylenna. Kau tau sendiri, Shaylenna adalah idola ranjang di Club mu. Wanita jalang, yang setiap 2 jam sekali di gagahi oleh bermacam pria,” “Berhenti, Rose.” Alex membawa tubuh wanita dengan mental baja itu ke dalam pelukan besarnya. Wanita belia, yang 30 tahun silam, merasakan kekejaman iblis sepertinya. Alex yang saat itu, tak memiliki hati dan semaunya sendiri, membuat Rose harus terjerat hutang dan menjadikannya sebagai idola ranjang di club miliknya. “maafkan aku. Jangan lagi, mengungkit kebodohanku di masa lalu,” pinta Alex dan Rose menepuk punggungnya pelan. “Baiklah. Maafkan aku,” jawab Rose. “Maafkan aku juga.” Alex tersenyum tipis. Inilah yang membedakan Rose dengan wanita lainnya. Rose baik, lembut, penyayang dan mudah memaafkan. Walaupun terkadang sangat keras kepala, sampai-sampai membuatnya kalang kabut tak jelas. Tapi, entahlah. Kenapa Tuhan, menjodohkan Rose dengan pria iblis seperti dirinya? Karena jika di pikir-pikir, sifat Rose berbanding terbalik dengan sifatnya yang tidak ada baik-baiknya. “Oiya, Luke sudah membawa Anna pergi. Aku merasa, ada yang tidak beres di antara mereka berdua. “ “Aku pun juga berpikiran yang sama, Mom.” Celetukan Peter yang tiba-tiba terdengar di sana, membuat Alex menghela nafasnya pelan. Si pria cerdik, yang jauh melebihi kegeniusannya, sudah hadir di sana. Hasil kloningan terbaik, yang akan selalu dia syukuri kehadirannya. Walaupun dia baru mengetahuinya 6 tahun yang lalu, saat Peter sudah dewasa, dan Peterlah yang mencari dirinya. Bukan untuk apa, melainkan membuktikan pada dunia, jika Peter mampu mengalahkan pria penguasa seperti dirinya, dan bisa membalaskan apa yang pernah dia lakukan pada ibunya. Peter yang saat itu sudah hadir di tengah-tengah mereka, bahkan tak Alex ketahui kehadirannya. Karena serentetan peristiwa, yang di sebabkan oleh kelicikan Ibu Luke dan Queen. Jane Deandra saudara tiri, Rose—istrinya. “Dad, kita harus mengikuti mereka.” Peter bersuara lagi. “Untuk apa?” tanya Alex. “Luke pergi dalam keadaan marah. Dia bisa melakukan sesuatu pada Anna.” Alex mengangguk paham. “Oke. Kita berangkat,” jawab Alex. “Hati-hati di jalan,” ucap Rose, melepas kepergian dua pria paling berarti dalam hidupnya. Lagi pula, sudah menjadi hal biasa baginya melepas kepergian Peter untuk hal-hal berbahaya. Tapi, Peter selalu menepati janjinya. Peter selalu pulang dengan selamat walaupun harus mendapat beberapa luka dan berlumuran darah. Ia sendiri pun tak menyangka. Anak seorang jalang sepertinya, yang dulunya selalu di caci maki orang, di rendahkan bahkan di siksa layaknya binatang, bisa menjadi seorang penguasa di dunia yang di segani oleh semua orang. Inilah kuasa Tuhan. Takdir hidup seseorang, siapa yang bisa menebaknya? *** Peter mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Daddy nya, nampak sedang melihat jalanan dan mobil-mobil yang berlalu lalang. “Daddy memikirkan sesuatu?” tanya Peter dan di jawab Alex dengan anggukan kepala. “Daddy, memikirkan nasib Anna. Luke pasti memiliki alasan kenapa menikahi Anna dan membebaskannya dari tuntutan hukum.” Jaman sudah berubah. Jika dulu, Alex lebih senang menangkap Orang-orang yang berani mengganggunya dan menyiksanya layaknya binatang berbulan-bulan lamanya. Sekarang berbeda. Kehadiran Rose dalam hidupnya, membuat sifatnya 180 derajat berubah haluan. Peter mengetuk setir yang di kendalikannya. “Luke ingin membalas dendam Dad.” Alex lantas terkejut mendengar jawaban Peter. “Apa? Kenapa? Bukankah, kau dan Jasmine sudah memaafkan Anna.” “Bisa di bilang begitu. Tapi, Luke tetap tidak terima dengan kejahatan yang sudah dilakukan Anna. Luke menikahi Anna, semata-mata hanya untuk membalaskan dendam. Membuat Anna tersiksa dalam rumah tangga mereka, adalah misinya Daddy.“ “Astaga ... malang sekali hidup Anna Peter. Dia sebatang kara, dan—mendapat kekejaman Luke? Apa yang harus kita lakukan?” Peter menoleh kilas. “Tidak ada Dad. Kita tidak bisa ikut campur dalam rumah tangga mereka. Kita hanya bisa memantau dari jauh. Setidaknya, sampai apa yang dilakukan Luke tidak berlebihan, kita hanya bisa diam di tempat. Dan bergerak, jika terjadi sesuatu yang membahayakan hidup Anna. Bagaimana pun, aku berhutang budi pada mendiang Paman Axel.” Alex menepuk bahu lebar putranya itu. Inilah yang membuatnya kagum. Peter memiliki hati yang besar seperti Rose. “Ayo, kita lihat apa yang akan terjadi karena ulah saudaramu itu,” jawab Alex dan di jawab Peter dengan anggukan kepala. Hari sudah sangat malam. Dan hujan turun dengan derasnya. Berulang kali, Alex meminta Peter untuk memutar arah dan pulang. Alex selalu berkata, jika Luke dan Anna pasti sudah sampai di rumah mereka. Tapi Peter selalu menolak. Peter bilang, ingin memastikan dengan real jika mereka pulang dengan selamat. Kalaupun Peter tidak menemukan keberadaan mereka di jalan, dengan senang hati Peter akan mengecek keberadaan mereka di rumah. “Sialan!” umpat Peter begitu melihat Anna di kejar oleh tiga preman jalanan. “Daddy lihat ‘kan. Jika feelingku benar?” lanjutnya lalu turun dari mobil. Alex hanya menatap Peter kilas. Dia pun ikut turun dari mobil. Preman-preman itu, berhasil menangkap Anna dan menariknya ke semak-semak di pinggir jalan. Alex dan Peter berlari cepat di pinggir jalan mencari keberadaan posisi Anna tadi. Kondisi jalanan yang gelap, membuat pencarian mereka sedikit susah. “Peter, di sana!” pekik Alex yang melihat Anna akan di lecehkan oleh preman-preman jalanan itu. Baru Alex ingin berlari menghampiri ke tiga preman berengsek itu, preman-preman itu sudah terkapar mengemaskan dengan luka tembak di kepala. “Peter kau?” “Kita tidak perlu buang-buang waktu dan tenaga untuk b******n tengik seperti mereka Dad.” Alex memutar bola matanya asal. Peter memang tidak suka adu kekuatan dengan orang yang tidak sebanding dengan dirinya. Peter pun bergegas menghampiri Anna yang sudah tak sadarkan diri, dengan wajah lebam yang pasti di pukuli oleh preman-preman tadi. “Luke benar-benar keterlaluan!” Kesal Alex melihat bagaimana mengenaskannya kondisi Anna yang berantakan tapi juga basah kuyup. “Tenang Dad. Kita akan membalas perbuatan Luke untuk hal memalukan ini,” ucap Peter sambil membawa tubuh Anna yang tak berdaya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD