Bagian 15 - Akibat Peter

1227 Words
“Luke?” suara familier yang terdengar di tengah-tengah mereka, membuat Luke dan Anna menoleh bersamaan. “Kau—“ suara Luke tertahan. Kenapa harus orang itu yang bertemu dengannya di sini? Davio yang tak sengaja melihat keberadaan Luke dan Anna, merengek pada Peter untuk menghampiri mereka. Dan di sinilah Peter berada. Berada di antara Luke dan Anna yang nampak nya sudah baik-baik saja. “Paman ... “ Davio mengulurkan ke dua tangannya pada Luke dengan manja. Davio memang selalu menempeli Luke di mana pun mereka berada. Dan Peter hanya bisa melihat couple paman dan ponakan itu dengan senyuman tipis. Luke membawa Davio dalam pangkuannya. Baru kemarin mereka tidak bertemu, dan Davio sudah se lengket ini padanya. Benar-benar keponakannya yang menggemaskan. Sedangkan Anna memilih diam sambil menikmati makan malamnya. Sesekali, dia melihat Davio yang juga menatap nya sambil tersenyum kilas. “Kalian Dinner?” tanya Peter penasaran. “Iya, “ jawab Luke dengan spontan. “Nge date?” Pertanyaan Peter, membuat Luke dan Anna saling melempar pandang. Sepertinya mereka bingung harus menjawab apa dan siapa yang harus menjawab pertanyaan Peter duluan. Luke berpikir, jika dia menjawab iya, pasti Anna akan menertawakannya. Sedangkan, hubungan mereka jauh dari kata baik-baik saja. Lagi pula, ini hanya sekadar makan malam biasa untuk mengisi perut mereka yang sedang kelaparan karena ber aktivitas seharian. Anna menghindari tatapan Luke. Dari tatapan mata Luke saja, Anna tau. Betapa dia sangat terlihat bodoh dan Luke jelas membencinya. Jadi, biarkan Luke saja yang menjawab pertanyaan Peter. “Enggak! Cuma makan malam biasa. Dia belum bisa masak. Aku enggak mau kelaparan!” Mendengar jawaban Luke yang terdengar kesal, tentu saja membuat Peter semakin tertarik untuk mengulik lebih dalam sebenarnya apa yang Luke rasakan pada Anna. Kalau di lihat-lihat sih, kelihatannya Luke mulai belajar ber adaptasi dengan keberadaan Anna di dekatnya. Sedangkan Anna harus menghela nafasnya pelan. Perbuatan baik Luke seharian ini, pasti hanya akal-akalan Luke untuk menutupi kejahatan yang sudah Luke lakukan padanya. Apalagi jika bukan karena takut pada ayah Alexander? Luke tidak akan semudah itu menerima dirinya. “Aku permisi sebentar.” Anna pamit dari sana. Dia tidak mau terlalu lama berada di tengah-tengah mereka. Salting juga menjadi satu-satunya perempuan yang berada di antara kaum pria itu. “Kamu kok di sini juga?” tanya Luke sambil menyuapinya Davio makanan yang seharusnya dia makan sendiri. Peter menyandarkan tubuhnya sambil mengusap wajahnya kasar. “Davio merengek untuk datang kemari. Dan ini semua, gara-gara ulahmu yang waktu itu membawanya ke sini dan main ini itu.” Luke tergelak. “Benar Dave?” tanya Luke pada Davio dan Davio menggeleng kuat. “Tidak kok Paman. Aku memang ingin mengajak Daddy kemari. Tapi, Daddy sudah lebih dulu mengajakku karena melihat rekaman Paman yang mengendarai mobil bersama Bibi.” “Astaga ... “ Peter dengan lemah menelungkupkan kepalanya ke meja. Rencananya gagal total karena kejujuran tingkat sultan versi kloningan terbaik nya itu. Dari mana Davio tau? Perasaan, tadi, dia melihat rekaman itu sendirian. Luke mendengus kesal. Rupanya, setiap gerak geriknya sudah Peter awasi sejak tadi pagi. “Di mana kau letakkan kameranya Pete?” tanyanya. “ayolah, kau pasti tau setiap orang butuh privasi. Dan aku punya area pribadiku sendiri. Jika kau berada di posisiku, kau pasti akan kesal juga jika di mata-matai seperti ini.” Peter mengangkat wajahnya. Benar yang di katakan Luke. Dia pun akan marah, jika Privasinya di campuri oleh orang lain. Walaupun saudaranya sekalipun. Tapi, yang dia lakukan demi kebaikan Luke. Peter tidak mau Luke menyesal suatu hari nanti karena sudah mempermainkan Anna. “Daddy yang memintaku melakukan semua ini. Kau jangan salah paham. Daddy hanya ingin, kau bersikap baik pada Anna sebagai istrimu. Itu saja, “ ucap Peter dengan segala kewibawaannya. “Aku membencinya, kau tau itu!” tegas Luke. Entah kenapa, setiap bayangan masa lalu tentang kejahatan Anna muncul, Luke sangat ingin membunuh Anna dengan membakarnya. Tak peduli, dia akan masuk penjara atau apa. Kejahatan yang di lakukan Anna benar-benar sudah di luar batas pintu maafnya. “Kau akan luluh, aku yakin itu.” Peter tidak mau kalah. Sekeras apa pun hati Luke, pasti Anna akan bisa menghancurkannya. Luke kembali tertawa pelan. “Kau kira, apa yang membuatku berbuat baik padanya seharian ini huh?!” ucap Luke, sarkatis. “membuatnya masuk dalam perangkapku Peter. Aku akan membuat wanita itu lemah, kemudian membuatnya menganggap, jika aku sudah berubah dan lambat laun membuatnya jatuh cinta padaku. Lalu setelahnya, aku akan membuatnya menderita dan menyesal karena sudah menaruh hati padaku. Aku akan melemparnya ke jalanan atau membuatnya mati secara perlahan. Aku juga tau, jika Daddy mengawasiku lewat seorang bodyguard. Jadi, tolong sampaikan pada Daddy, Anna akan semakin aku buat sengsara jika Daddy terus-menerus memata-mataiku. Peringatan ini, untukmu juga.” “Luke, tidak baik menyimpan dendam.” Peter mencoba menasihati, tapi Luke malah tersenyum tipis. “Dia sudah di takdirkan untuk menjadi objek pembalasan dendamku, Peter.” Percakapan mereka terputus, begitu Davio mendengkur halus di pangkuan Luke. Rupanya Davio sudah tertidur. Mungkin karena kekenyangan. “Davio sudah tidur. Sebaiknya aku pulang,” pamit Peter sambil mengambil Davio di pangkuan Luke. “Tolong, pertimbangkan lagi kata-katamu yang tadi, Luke!” Ucap Peter kemudian pergi dari sana. Luke mengusap wajahnya kasar. Kenapa dia jadi serba salah sekarang? Memang niatnya sedari awal, ingin membalas dendam dengan membuat hidup Anna menderita. Tapi, kenapa? Saat dirinya sudah berada dalam posisi bisa melakukan apa pun terhadap Anna, dirinya justru tidak bisa. “Arghh, sialan kau Ann!” umpat Luke sambil mengacak-acak rambutnya—frustasi. Anna yang mendengar percakapan Luke dengan Peter, tak bisa menahan air matanya yang kini sudah berjatuhan. Begitu besarnya kebencian Luke terhadap dirinya, sampai-sampai Luke tidak peduli dengan perubahan besar yang sudah dia lakukan? Dia sudah berubah. Dan dia ingin menjadi istri yang baik untuk Luke, asalkan Luke bisa menerimanya. Tapi, jika Luke tetap berniat menyakitinya dan apa pun yang Luke lakukan hanyalah sandiwara untuk menipunya, maaf. Dia akan melawan dan melihat, sampai mana batas kesabaran Luke menghadapi kebrutalannya. Anna menghampiri Luke dan duduk manis di kursi yang di tinggalkannya tadi. Anna terdiam, menanti Luke bersuara untuk mengajaknya pulang. Dia akan kembali bersikap menyebalkan. “Kau masih ingin memesan sesuatu?” tanya Luke begitu melihat Anna hanya terdiam di kursinya bagai patung. Anna menggeleng kuat sebagai jawaban tidak darinya. Dia tidak akan membiarkan Luke berhasil dengan rencananya lagi. Luke bangkit. “Kalau begitu, kita pulang.” Ajak Luke. Anna bangkit dan melangkah cepat-cepat meninggalkan Luke. Dia menyesal, pernah tertipu dengan semua sikap lembut Luke yang ternyata hanyalah sebagai umpan. Luke melihat sikap Anna dengan alis menukik—bingung. Bukankah, tadi hubungan mereka sudah membaik? Dia bersikap baik dan Anna menerima perlakuan baiknya. Kenapa sekarang, justru Anna berubah lagi? Luke pun melangkah mengekori Anna. Dia baru tau, jika hati seorang wanita itu suka berubah-ubah. Sebentar-sebentar manis, kemudian marah-marah tak jelas. Tadi masih anteng dan penurut, dan sekarang sudah judes dan bertanduk di kepala. Dia ‘kan sebagai seorang pria harus mempertahankan citra kepemimpinannya, agar Anna tak besar kepala dan melawannya. Jadi, untuk apa dia bertanya atau pun merayu, toh Anna tidak penting untuknya. Tanpa perlakukan manis seperti sebelumnya, Luke membiarkan Anna melangkah sendiri menuju mobil walaupun langkahnya sedikit pincang. Saat di dalam mobil pun tak ada yang bersuara. Mereka membisu dengan pikiran masing-masing. Mereka sudah sampai. Melihat Anna yang masih enggan berbicara pada Luke, membuat Luke melangkah sendiri masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Anna lagi, adalah satu-satunya cara untuk membuktikan jika Anna sama sekali tak penting untuknya. Bug! Luke menoleh begitu terdengar suara benda terjatuh. Ternyata benar dugaannya, istrinya yang t***l di tambah kakinya yang pincang, juga keras kepalanya yang bak sultan, sedang jatuh tersungkur di lantai. Luke menghampiri Anna. Sisi kemanusiaannya terketuk walaupun Anna sudah membuatnya kesal setengah mati beberapa menit terakhir. “Nah, ‘kan apa akibatnya jika durhaka sama suami? Tau rasa, ‘kan kamu!” cibir Luke, tapi tetap membawa Anna dalam gendongan tangannya yang besar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD