Bab 14

1217 Words
La Toya Jackson memarkir jaguar hitamnya di pelataran rumah. Ia memeriksa ponsel yang diletakkannya di dashbor kemudian meneguk sisa kopi yang yang dibelinya dalam perjalanan kembali setelah menghabiskan lebih dari delapan jam bekerja lembur di kantor. Itu hari Sabtu, hari di mana seharusnya seseorang pergi berlibur, bersenang-senang atau sekadar menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan di rumah. Tapi karena pekerjaannya menumpuk, dan sejumlah artikelnya yang belum sempat ia selesaikan Jum'at kemarin, ditambah lagi oleh sikap bos-nya yang pemarah dan suka memerintah, La Toya memutuskan untuk merelakan jatah liburnya dan lembur semalaman. Kedua matanya sudah suntuk. Semalam, ia hanya tidur selama dua jam karena penyakit insomnia yang telah dideritanya sejak masa kanak-kanak. La Toya lebih seringnya mengantuk saat bekerja dan seorang dokter spesialis yang menanganinya mengatakan kalau ia terlalu banyak menelan kafein. La Toya harus berhenti menelan kafein dan obat-obatan itu di saat yang bersamaan atau ia akan membuat hidupnya tidak bisa menjadi lebih menyiksa lagi. Sore tadi adiknya, Tammy, menghubungi La Toya dan mengatakan kalau wanita itu akan pergi berlibur dalam acara sekolahnya. Itu artinya La Toya harus bekerja ekstra untuk membiayai perjalanan adiknya. Sejak kematian orang tua mereka, La Toya bertanggung jawab penuh untuk membiayai adiknya. Tammy tinggal bersama bibinya, Suzzane, di Portland. Di sana tepatnya La Toya di lahirkan. Ia baru melakukan perjalanan ke Boston selama kurang dari tiga tahun untuk mengikuti pelatihan khusus sebagai jurnalis dan bekerja di perusahaan surat kabar terbesar di kota. Sejauh yang La Toya tahu, gajinya cukup untuk menutupi semua kebutuhan itu. Meskipun ia harus menyewa sebuah rumah di Boston dan pulang setiap beberapa bulan sekali, La Toya tidak pernah mengeluhkan hal itu. Ia menyukai kehidupan mandirinya di Boston meski terkadang bos-nya yang pemarah bisa merusak semua kesenangan itu. Namun, kehadiran Dante seolah mengubah segalanya. Dante adalah seorang aktivis muda yang ditemuinya dalam sebuah acara peresmian sebuah gedung desain interior di dekat Freedom Trail. Laki-laki yang itu mengaku kalau ia telah menghabiskan waktu selama lima tahun di universitas dan sedang dalam riset khusus untuk membuat laporan terkait gedung tersebut. La Toya melihat usaha Dante untuk mendapatkan wawancara eksklusif dengan seorang penanggung jawab gedung itu dan ia langsung tertarik karenanya. Dante menjadi orang pertama yang mendekati La Toya setelah jumpa pers dengan penanggung jawab gedung itu berakhir. La Toya tidak tahu kalau niat awal laki-laki itu mendekatinya tidak lain demi kepentingan risetnya. Dante mengajak La Toya berbicara dan menggali semua yang diketahuinya tentang Burke Mills, sang penanggung jawab gedung. Laki-laki itu menjadi lebih sering mendekati La Toya, merencanakan pertemuan setiap malam untuk sekadar berdiskusi, hingga hari kelima setelah pertemuan mereka, Dante menyatakan maksudnya untuk mencuri laporan berita ekslusif La Toya demi kepentingan risetnya. La Toya seharusnya marah, tapi sikap Dante yang manis telah menyihirnya. Laki-laki itu juga telah bicara jujur dengan mengatakan maksudnya mendekati La Toya. Hal yang terpenting, La Toya menyukai Dante. Ketertarikan itu muncul setiap kali mereka bertemu. Tubuhnya bukan hanya bereaksi sebagaimana seorang wanita bereaksi di hadapan pria, tapi La Toya juga merasa jantungnya berdebar-debar saat melihat Dante. Bibinya akan mengatakan kalau La Toya hanya sedang dimabuk oleh cinta buta. Tapi, jauh di lubuk hatinya La Toya tahu bahwa itu tidak benar. Ia menginginkan Dante untuk dirinya. Keinginan itu semakin membesar setiap harinya. Dante bukanlah seseorang yang segera membawanya ke atas ranjang dalam pertemuan pertama mereka seperti mantan pacar La Toya yang lain. Dante lebih suka mendengarnya berbicara dan mereka lebih seringnya hanya sekadar berbagi ciuman singkat dalam setiap pertemuan. Perbedaan itu sekaligus membuat La Toya menginginkan Dante lebih dari yang lain. Malam ini, La Toya telah berjanji kalau ia akan menghubungi Dante setelah pulang bekerja. Dante juga mengatakan kalau ia akan berkunjung untuk menonton film dan membawa camilan. Biasanya mereka akan duduk berjam-jam di ruang tengah, mengobrol sementara film animasi favorit mereka diputar di layar. La Toya tahu film jenis apa yang disukai Dante. Ia tahu bahwa laki-laki itu tidak pernah menyukai makanan manis seperti La Toya menyukainya. Mereka telah mengenal satu sama lain dalam waktu sesingkat itu. Terlepas dari semua itu, La Toya hanya menikmati saat-saat kedekatannya bersama Dante. Sembari memikirkan Dante, La Toya bergerak turun dari Jaguar-nya. Ia mematikan mesin mobil tua peninggalan ayahnya itu terlebih dahulu kemudian meraih tas dan ponselnya di atas dashbor sebelum berjalan untuk sampai di depan pintu masuk. Malam itu tampak hening. Langit gelap menyelimuti jalanan di sekitar rumahnya. Bangunan-bangunan tua yang berjejer di depan rumahnya tampak hening. Beberapa lampu dari toko-toko di sekitar sana dipandamkan dan La Toya bisa mendengar suara kendaraan bergerak menjauh meninggalkan keributan kota. Menempati penginapan di belakang gedung tua tidak terlalu mengganggunya. Rumahnya hanya dibatasi oleh tebing setinggi dua meter. Sementara itu, tak jauh dari tempat tinggalnya terdapat sebuah pemukiman warga dan rumah susun lainnya. Sebuah apartemen hanya berjarak lima puluh meter dari sana dan ia harus berkendara selama lima belas menit untuk sampai di pusat perbelanjaan. Rumah yang disewanya tidak besar, namun cukup nyaman untuk ditinggali. La Toya harus menyisihkan sebagian gajinya untuk menyewa rumah itu. Tidak ada garasi, jadi ia membiarkan mobilnya terparkir di halaman depan. Di samping bangunan terdapat sebuah tangga besi yang mengarah langsung ke kamar lainnya. Mac Damon, yang menyewa kamar itu secara khusus untuk ditinggali. Berbagi tempat dalam satu bangunan bersama Mac tidak begitu buruk. Mac memang sering menyetel televisi dengan suara keras yang terkadang mengganggu tidur malam La Toya, tapi Mac juga ramah dan sering datang membawakan makanan. Laki-laki berusia lima puluh delapan tahun itu telah menjadi teman mengobrol La Toya sejak ditinggal mati oleh istrinya satu tahun yang lalu. Tidak masalah bagi La Toya karena Mac seseorang yang ia tahu benar-benar tulus. Malam ini tidak ada suara-suara dari lantai atas. La Toya berpikir kalau Mac sudah tidur. Baguslah. Ia hanya perlu suasana yang lebih tenang sebelum Dante datang. Begitu sampai di pintu depan rumahnya, La Toya merogoh tas dan mencari kunci rumah di sana. Setelah beberapa detik habis dan ia tidak juga menemukan kuncinya, La Toya menengok ke dalam tasnya sambil terus berusaha menemukan kunci. Itu adalah kebiasaan buruk lainnya meletakkan kunci di sembarang tempat. Tidak mungkin kuncinya tertinggal di meja kerja. La Toya ingat ia menggenggam kunci itu saat berjalan ke area parkir. Jadi, kemungkinan kunci itu ada di Jaguar-nya. La Toya berjalan cepat membuka pintu mobil dan memeriksa bagian dashbor dan sofa. Mungkin, kunci itu terjatuh dari tasnya. Saat La Toya menengok ke bagian bawah kursi penumpang, ia mendapati lampu mobil di belakang menyorot ke arahnya. La Toya bergerak bangkit dan melihat sebuah Toyota hitam terparkir di sana. Kacanya yang gelap tidak memungkinkan La Toya untuk bisa mengenali seseorang di dalam Toyota itu. Tapi pengemudi itu membiarkan mesinnya mati dengan lampu yang tetap menyala. Berusaha mengabaikan pengemudi di belakangnya, La Toya melanjutkan pencariannya terhadap kunci rumah. Tangannya merogoh ke lantai mobil, lebih jauh hingga ia menyentuh permukaan dingin besi di bawah sofa penumpang. Tersenyum karena telah menemukan kuncinya, La Toya kemudian bergerak keluar membawa kunci itu kemudian menutup kembali pintu mobilnya. Ia baru akan berbalik ketika tubuhnya menabrak seseorang yang berdiri di belakang. Orang itu terlalu dekat. Spontan ia terpekik kaget. La Toya tidak sempat mengenalinya ketika pria itu dengan cepat mengangkat kain merah tebal berbau menyengat untuk menutupi hidung dan mulut La Toya. Ia sempat memberontak pada menit-menit pertama, tapi pria besar itu telah mendesaknya ke pintu mobil. Semakin La Toya menarik nafasnya, semakin kesadarannya di tarik menjauh dan seketika itu juga, ia ambruk di tempat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD