Bab 4

2039 Words
Boston, Massachusetts Desember, 2006 Sudah genap satu pekan berlalu sejak Maggie menghubungi pihak kepolisian terkait menghilangnya Kate. Sudah satu pekan Maggie membuang-buang waktunya dengan hanya berdiam diri dan membiarkan adiknya yang malang menunggu Maggie menjemputnya. Maggie sudah tidak tahan. Kate menghilang sejak malam ketika Emma mengatakan adiknya pergi untuk makan malam dengan Javier. Atau Lance, atau siapapun. Malam itu Maggie tertidur dengan perasaan tak menentu. Batinnya tidak bisa tenang sebelum ia menemukan Kate. Tapi setelah menghabiskan dua jam perjalanan untuk mencari adiknya tanpa hasil, Maggie akhirnya memutuskan untuk menunggu hingga pagi dan menghubungi Kate lagi. Pagi harinya, panggilan telepon Maggie dijawab oleh pesan suara. Saat itu hari Rabu, dan Maggie harus mempersiapkan pertemuan dengan kliennya. Tapi, karena Kate tidak juga menjawab panggilan Maggie, dan Maggie tahu kalau ia tidak akan berpikir jernih sebelum mengetahui Kate baik-baik saja, Maggie akhirnya membatalkan janji temu itu dan meminta Harry, sekretarisnya, untuk menjadwal ulang pertemuan. Hingga siang, Maggie menghabiskan waktu untuk mencari Kate. Bahkan, ia sampai mengunjungi sebuah kedai favorit Kate hanya untuk memastikan apa adiknya ada di sana. Hasilnya nihil. Kate baru saja lulus tahun lalu, Maggie berpikir kalau Kate sedang mengadakan reuni khusus dengan teman-temannya. Dan wanita itu memutuskan untuk pergi jauh untuk bersenang-senang. Nyatanya tidak begitu. Emma juga mengaku kalau Kate mengatakan hanya akan pergi sebentar dan pulang sebelum tengah malam. Kalau Kate punya rencana lain, ia akan mengatakannya pada Emma. Atau setidaknya, Kate akan menelepon Emma. Karena itu, Maggie langsung menghubungi pihak kepolisian untuk mencari Kate. Sejauh yang Maggie tahu, mereka telah mendatangi asrama yang ditempati Kate saat masih kuliah, kemudian mereka juga menemui teman-teman Kate. Orang-orang yang yang selama seminggu terakhir terlibat dengan Kate. Hasilnya nihil. Bahkan, Javier, pacar Kate juga menghilang. Sejauh ini pihak kepolisian mengatakan kalau mereka sedang berusaha mencari Kate. Tapi, yang Maggie tahu, mereka selalu mengatakan hal yang sama dan setiap harinya, ketika Kate tidak juga ditemukan, Maggie menjadi tidak sabaran. Pada pagi dihari ke tujuh setelah menghilangnya Kate, Maggie menyerahkan pekerjaannya pada Harry sementara ia mendatangi kantor penyelidikan swasta di Boston. Maggie hanya mengetahui kalau biro itu cukup terkenal dan memiliki rentetan kasus yang diselesaikan dengan baik. Biro investigasi swasta itu dipimpin oleh Hugh Davisson. Maggie tidak begitu mengenal siapa Hugh. Ia hanya pernah bertemu sekali dalam sebuah acara pertemuan besar, tapi Maggie tidak begitu memerhatikan. Biro investigasi swasta itu memasang tarif mahal untuk setiap kliennya. Tapi Maggie tidak peduli jika itu berarti ia akan menemukan Kate lebih cepat. Malam kemarin, seorang tangan kanan Hugh yang menyebut dirinya sebagai Judd, Jaden, atau mungkin Jason - Maggie tidak ingat, mengatakan kalau mereka menyetujui untuk memulai investigasi itu dan Maggie bisa datang ke kantornya siang ini sebagai awal kesepakatan. Karena itu, Maggie menyegerakan tidur malam kemarin agar ia tidak datang terlambat keesokan harinya. Yang terjadi Maggie tiba sepuluh menit lebih cepat dari perjanjian. Segera setelah Maggie menyampaikan maksud kedatangannya pada seorang pelayan wanita, ia dibimbing untuk sampai di ruang tamu. "Dia sudah menunggumu.." kata si pelayan dengan ramah. Maggie berpikir bahwa yang dimaksud wanita itu adalah Hugh Davisson, sang pemilik biro penyelidikan swasta. Mengenakan blus berwarna putih dengan kerah berbulu yang melingkari tengkuknya, ditambah lagi dengan sepatu berhak tinggi sehingga membuat tampilannya terlalu mengerikan untuk ukuran wanita dengan tinggi di atas rata-rata, Maggie berjalan bersebelahan dengan pelayan wanita tersebut. Namun, ia belum sampai di ruangan yang dimaksud ketika suara ponselnya yang berdering telah menghentikan langkah Maggie. Maggie memberi isyarat pada pelayan wanita itu untuk menunggu sementara ia berjalan menjauh dan mengangkat telepon. Seseorang yang menghubunginya adalah penasihat khusus Maggie di Russell Housetown. Jared adalah pria tua yang selalu meremehkan Maggie. Pria itu telah menghabiskan separuh hidupnya untuk bekerja sebagai penasihat Bill Russell. Ketika ayahnya meninggal dan Russell Housetown jatuh ke tangan Maggie, Jared tidak punya pilihan selain beradaptasi dengan atasan barunya. Maggie bukannya tidak menyukai pria itu, sejujurnya ia sudah berusaha untuk menyukainya, tapi tetap saja. Jared menyebalkan karena pria itu tidak bisa berhenti berpikir kalau Maggie adalah penyebab kerugian besar untuk Russell Housetown. Sebagai seorang penasihat, Jared seharusnya membuang pemikiran buruk itu dan mulai berpikir sesuatu untuk memperbaiki keadaan. Nyatanya, pria tua tetaplah pria tua. Terkadang, mereka bisa bersikap sangat menyebalkan. "Di sini Maggie.." ucap Maggie ketika ia mengangkat panggilan telepon itu. Respons Jared tidak seperti apa yang diharapkannya untuk didengar. Laki-laki itu kembali menunjukkan sikapnya yang suka membuat Maggie kesal. "Kenapa kau menyerahkan pertemuan penting itu pada Harry?" Maggie memutar bola matanya karena kesal. "Lalu kenapa? Apa aku harus menyerahkannya padamu?" "Ya, setidaknya aku lebih paham apa yang harus dibicarakan. Pertemuan penting itu tidak boleh lepas karena klien yang satu itu adalah investasi besar bagi Russell Housetown. Bisa kau bayangkan bagaimana kau mengacaukannya? Jika ayahmu masih hidup, aku yakin dia tidak akan senang mendengar hal ini. Putri kebanggaannya telah menyerahkan tugas pentingnya pada seorang amatir." Maggie mengepalkan tangannya di sisi tubuh saat merasakan aliran darahnya berpacu deras. Jared selalu berhasil memancing amarahnya. Sekarang, pria itu mengulangi lagi kemampuan terbaiknya untuk membuat Maggie berpikir kalau sebaiknya ia mulai memikirkan soal seorang penasihat pengganti. "Apa kau bercanda?" Maggie nyaris berteriak karena kesal. "Adikku menghilang tanpa kabar dan kau memintaku untuk mempromosikan Russell Housetown. Menurutmu itu lebih penting ketimbang Kate?" "Kau sudah menghubungi polisi, kan?" Tanya Jared. Maggie rasa, pertanyaan itu tidak membutuhkan jawaban. Ia hanya diam dengan amarah yang menggebu-gebu. Kemudian, Jared melanjutkan, "kenapa tidak kau biarkan pihak kepolisian bekerja dan kau bisa melakukan apa yang bisa kau lakukan untuk Russell Housetown?" "Kenapa kau tidak tutup saja mulutmu dan berhenti menyudutkanku untuk menghentikan usaha pencarian Kate?!" Maggie tidak menunggu Jared merespons kata-katanya dan memilih untuk memutuskan sambungan telepon dengan cepat. Ia bisa mendengar helaan nafas keras di seberang dan semakin Maggie mengingatnya, semakin Maggie kesal. Setelah panggilan telepon itu berakhir, Maggie hanya diam memandangi ponselnya dengan wajah merenggut. Dan ketika ia berbalik, Maggie tidak sengaja menabrak seorang pria yang berjalan menuju lorong yang sama. "Sial!" Maggie memaki kasar. Ia menyampirkan helai rambutnya ke balik telinga sebelum menganggat wajah untuk menatap pria yang menabraknya - atau ia tabrak, Maggie tidak yakin. Kalau saja pria itu tidak tergesa-gesa, Maggie tidak akan menabraknya. "Kenapa kau tidak memperhatikan langkahmu?" Pria itu memandanginya dengan kesal. Maggie bisa merasakan hal yang sama ketika menatapnya. Meskipun pria itu menarik secara fisik, ia tetaplah pria ceroboh yang terlalu tergesa-gesa. "Dan kau bisa belajar untuk mulai memperhatikan sekitarmu sebelum mengambil langkah," balas pria itu dengan tidak kalah kasarnya. Maggie membuka mulut dan menutupnya dengan cepat ketika ia berpikir kalau itu bukanlah saat yang tepat untuk berdebat dengan seorang pria tinggi, berambut pirang yang mengenakan setelan jaket hitam juga jeans longgar sehingga membuat tampilannya tampak sangat maskulin. Satu hal yang tertinggal: wangi parfumnya yang menyenangkan. Jadi, Maggie diam ketika pria itu berjalan melewatinya kemudian berhenti untuk berbicara dengan pelayan wanita yang sebelumnya mengantar Maggie untuk sampai di ruang tamu. Tanpa beranjak dari tempatnya, Maggie memerhatikan saat pria itu berbicara dengan sang pelayan. Ia merasa bodoh ketika hanya berdiri diam dan mendengar percakapannya. "Di mana Miss Russell?" Tanya pria itu pada si pelayan. "Hugh memintaku untuk menjemputnya." Ketika sang pelayan melirik ke arah Maggie pria itu langsung berbalik menatap ke belakang. Ia tertegun kemudian berdeham cukup keras. Maggie langsung memutuskan kalau pria itu menyebalkan. "Jadi anda Miss Russell.." pria itu berjalan mendekat ke arahnya, dan Maggie tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya berdiri. Tapi kedua matanya masih menatap dengan sinis ke arah pria itu. "Aku minta maaf atas sambutan yang tidak begitu baik. Perkenalkan aku Dale Harvey, dan kalau kau tidak keberatan, aku akan mengantarmu untuk tiba lebih cepat di ruang tamu. Aku mendapat pesan kalau Hugh sudah menunggumu." Mengabaikan pria di hadapannya, Maggie mengangkat wajah dengan angkuh kemudian berjalan melewati pria itu dan mengangguk pada sang pelayan untuk membawanya ke ruang tamu. Maggie bisa mendengar saat pria itu mendengus keras di belakangnya dan ia berpikir bahwa pria itu lebih menyebalkan dari Jared. Kenapa begitu banyak jenis pria seperti Jared di dunia ini? Ralat: kenapa begitu banyak jenis pria seperti Jared di dunia Maggie?! Berusaha mengabaikan pria menyebalkan yang berjalan di belakangnya, Maggie memasuki ruang tamu dan ia langsung menatap pria yang tengah sibuk membaca tumpukan kertas di hadapannya. Sang pelayan wanita berbalik pergi dan menutup pintu sementara Dale berjalan untuk sampai di sudut ruangan. Dale menarik kursi untuk Maggie dan mempersilakan duduk sementara ia duduk di seberang. Pria yang Maggie pikir adalah Hugh Davisson, sang pemimpin biro penyelidikan itu kemudian mengangkat pandangannya dari tumpukan kertas, mengangguk ke arah Dale kemudian berdiri untuk menyambut Maggie. Ketika pria itu berjalan keluar dari mejanya, Maggie bisa melihat sosoknya yang tinggi. Hugh adalah tipe pria mengerikan berkulit putih dengan rambut hitam, sepasang bola mata berwarna biru terang dan memiliki tinggi nyaris mencapai seratus sembilan puluh sentimeter. Saat pria itu menyuguhkan senyum kecilnya dan menjabat tangan Maggie, Maggie bisa melihat rahangnya yang keras dan urat-urat di pelipisnya tampak kentara. Kalau Maggie tidak salah tebak, Hugh tampak lebih muda dari usianya. Mungkin, pria itu berusia sekitar akhir tiga puluhan. "Miss Russell.." sapa Hugh sembari menjabat tangan Maggie. "Aku Hugh Davisson dan rekanku Dale Harvey. Aku sudah membaca kasusmu dan aku mengundangmu datang untuk mendiskusikannya. Jadi, silakan duduk!" Maggie menggangguk kemudian mengambil tempatnya di dekat Dale. Sejujurnya, Maggie merasa risih ketika Dale terus menatap ke arahnya. Keberadaan Hugh tidak begitu mengganggunya, sebaliknya, keberadaan Dale terlalu mengganggu. Maggie berusaha untuk tidak menatap Dale dan memusatkan seluruh perhatiannya pada Hugh. "Jadi, kau mengatakan kalau adikmu menghilang sejak satu pekan yang lalu? Dan kau menyewa jasa kami untuk menyelidiki keberadaannya," mulai Hugh. "Ya, itu benar." "Apa kau sudah melibatkan pihak kepolisian dalam kasus ini?" "Ya. Aku melapor ke polisi sehari setelah aku mengetahui adikku tidak kembali. Dan sampai sekarang, mereka belum juga menemukan titik terangnya. Aku khawatir sesuatu yang buruk terjadi pada Kate." "Dalam laporanmu aku membaca kalau kau berpikir bahwa adikmu diculik. Bagaimana kau mendapat kesimpulan itu?" Maggie tertegun untuk waktu yang lama, kemudian menjawab. "Aku tidak yakin. Aku hanya tahu kalau Kate berteman dengan banyak orang dan dia terlalu banyak bicara. Aku khawatir jika dia telah menyinggung seseorang dan membuatnya berada dalam bahaya. Lagipula, laki-laki tukang mabuk yang bersama Kate juga menghilang." "Itu Javier atau Lance?" "Javier. Lance adalah teman Javier." "Apa kau mencurigai Javier yang menculik Kate?" "Ya!" Jawaban itu terasa spontan keluar dari mulutnya. Kalau ada satu-satunya orang yang bisa dipikirkan Maggie terlibat dalam kekacauan ini, maka orang itu adalah Javier si tukang mabuk. "Jadi, apa yang membuatmu menarik kesimpulan bahwa Javier telah menculik Kate Russell, adikmu?" "Aku tidak tahu, itu hanya instingku saja. Javier bukan pira baik-baik. Aku sudah berusaha mengatakannya pada Kate, tapi Kate terlalu keras kepala. Masalahnya dia suka melibatkan diri dengan laki-laki." "Kapan terakhir kali kau menemui Kate?" "Sekitar sepuluh atau sembilan hari yang lalu. Kami menghabiskan makan siang di kedai favorit Kate." "Apa saja yang dia katakan padamu?" "Dia menyebut soal liburan di Hawaii dan.. hanya itu." "Mungkinkah saat ini dia sedang berlibur di Hawaii?" Lelucon hambar itu tidak terlalu mengganggu Maggie saat ia menjawab dengan tegas, "tidak. Aku tahu karena Kate tidak mengabarkan Emma, temannya, kalau dia akan pergi ke sana. Lagipula, aku belum menyetujuinya ketika Kate meminta sejumlah uang untuk mengadakan tur ke Hawai." Hugh mengangguk. "Apa kabar terakhir yang kau dengar tentang Kate?" "Malam itu aku menelepon Kate dan Emma yang mengangkat panggilannya. Kate meninggalkan ponselnya dan pergi untuk makan malam dengan Javier di rumah Lance. Dia meminta Emma mengatakannya persis seperti itu padaku. Emma juga bilang kalau Kate berpesan dia akan pulang sebelum tengah malam. Tapi pagi ketika aku menghubunginya lagi, Kate belum pulang. Aku membatalkan semua pertemuanku dan pergi untuk mencari Kate. Tapi, aku yakin sekali sudah mendatangi semua tempat yang mungkin di kunjungi Kate dan aku tidak menemukannya. Kemudian aku menghubungi polisi, dan hingga sekarang, Kate belum juga ditemukan." Hugh mencerna informasi itu dengan cepat kemudian mengajukan pertanyaan lain. "Saat pergi untuk makan malam dengan Javier apa Kate menggunakan kendaraan khusus milik pribadi atau.." "Tidak. Emma bilang, Kate pergi naik mobil Javier." "Kami mungkin perlu bicara dengan Emma. Sementara ini, aku telah menunggaskan rekanku Judd Keller dan Dale secara khusus untuk menyelidiki kasus menghilangnya adikmu. Aku juga telah menugaskan tiga agenku yang lain untuk menyelidiki jejak mereka juga identitas Javier dan Lance. Jika kami mendapatkan kabar terbaru, kami akan menghubungimu." Maggie mengangguk. "Berapa aku harus membayarmu?" tanya Maggie. Hugh menutup menutup berkas dalam genggamannya. "Simpan uangmu sampai kami berhasil menemukan adikmu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD