7. Asisten Sekretaris

1029 Words
Wajah Sabian mendadak pucat pasi saat tahu siapa yang datang saat ini. Mala, sahabat sang istri yang mendadak datang. Tidak biasanya Mala datang ke kantor ini jika tidak ada Siska. Sabian kali ini tampak bingung karena takut jika ada aduan pada Siska dan membuat mereka ribut. "Kamu ada apa datang?" tanya Sabian sambil menetralkan mimik wajahnya. "Oh, aku? Ck! Hanya main saja. Tadi, aku ketemu sama Om Bayu. Aku mau kerja di sini," kata Mala dengan wajah tampak sangat bahagia. Wirang dan Sabian langsung saling tatap. Terkejut, satu kata yang tepat untuk menggambarkan mereka berdua. Mala akan bekerja di kantor ini? Apa keahlian Mala sebenarnya? "Kerja di sini?" Sabian tampak sangat terkejut karena perusahaan ini tidak membuka lowongan sama sekali. Wirang juga tak kalah terkejutnya mendengar jawaban dari sahabat baik Siska itu. Ia tahu siapa Mala sebenarnya dan pernah tertangkap basah berada di hotel bersama laki-laki beristri. Memang benar, Mala juga sedang berkuliah, tetapi beda kampus dengan Siska. Lantas apakah Mala kehabisan uang dari beberapa platform berbayar? "Udah cepetan acc dong lamaran aku. Kata, Om Bayu semua karyawan baru harus lewat kamu dulu, Bi," kata Mala dengan nada manja dan membuat Sabian semakin kaget. Andai membuka lowongan pekerjaan, itu hanya ketika ada jadwal wisuda. Saat ini masih empat bulan lagi dari jadwal wisuda itu. Sabian dan Wirang bertatapan karena merasa heran. Mereka tahu, bagaimana Mala. "Ini dari Pak Bayu udah tanda tangan, Bi," kata Mala meralat panggilan ayah dari sahabatnya itu karena melihat perubahan mimik wajah dari kedua laki-laki di depannya itu. Mala sosok wanita muda yang seumuran dengan Siska. Ia juga seorang selebgram terkenal dengan gaji yang lumayan besar. Banyaknya permintaan endors membuat pundi-pundi uang masuk ke rekeningnya tanpa permisi. Bukan hanya itu, banyaknya tawaran iklan dari berbagai produk membuat Mala tidak pernah kehabisan uang. Lantas mengapa Mala memutuskan bekerja dan menjadi perusahaan ini? "La, jangan bercanda. Kantor lagi nggak ada buka lowongan pekerjaan." Sabian ingin memastikan jika Mala tidak bercanda saat ini. Melihat tanda tangan sang mertua, Sabian semakin tidak yakin dengan ucapan Mala. Tidak ada pembukaan lowongan kerja baru, tetapi Mala bisa masuk. Oh, ya, Sabian lupa, Mala dan Bayu sangatlah dekat. Mala sudah dianggap sebagai keluarga Bayu dan diperlakukan seperti Siska. "Ya, elah. Apa salahnya aku meminta pekerjaan sama Pak Bayu, coba. Beliau papa sahabat baikku. Sama aja aku udah dianggap anak sama beliau. Sebelum ini, aku udah bicara sama Tante Lamia juga. Kata beliau nggak masalah." Mala menjawab dengan santai pertanyaan itu. Mala sedikit kesal dengan tanggapan Sabian saat ini. Ia tahu suami sahabat baiknya itu kini tengah curiga padanya. Wajar? Jelas sangat wajar karena Mala masuk kerja menggunakan jalur orang dalam. Biasanya setelah ini akan digunjing habis-habisan oleh karyawan lainnya. Sabian justru ketakutan sendiri saat ini. Ia takut jika Mala bekerja di sini hanya karena untuk memantaunya saja. Sabian kadang masih sering mencari tahu keberadaan Kenanga. Mantan kekasihnya itu seolah hilang ditelan bumi. Sabian memang laki-laki plin-plan. Tidak ada rasa bersalah, tetapi memantau keberadaan Kenanga. Kenanga tidak aktif di sosial media lagi untuk saat ini. Sudah bisa dipastikan masih berada di Yogyakarta. "Woy! Malah nglamun! Aku mau minta tanda tangan kamu. Ini dari Pak Bayu," kata Mala sambil menyerahkan sebuah map berwarna merah muda. Map tersebut adalah untuk karyawan yang baru saja masuk kerja. Sabian harus membaca semua data dengan teliti saat ini. Aneh, tetapi nyata, Mala justru belerja sebagai asisten sekretaris Bayu. Baru kali ini sekretaris kantor ini punya asisten. "Kalo kerja itu fokus!" Mala kesal saat melihat Sabian hanya diam saja. "Aku fokus kerja, hanya setiap kontrak kerja karyawan baru harus dibaca dengan benar supaya tidak ada masalah setelah ini." Sabian membalas dengan ketus ucapan Mala. "Udahlah, Bian. Ngapain kamu masih bahas mantan kamu. Dia udah ilang keberadaannya. Lagian dia udah nggak selevel sama kamu juga Siska. Kamu beruntung ketika diterima menantu keluarga Megantara. Kamu tahu Antony? Dia bahkan tidak pernah disapa dengan baik oleh Pak Bayu." Mala seolah membuka luka lama Siska di depan Sabian. "Seharusnya, buanglah mantan pada tempatnya. Kamu udah jadi suami Siska dan masih bahas mantan kamu yang nggak jelas itu. Lucu sekali hidupmu, seperti tidak tahu bersyukur karena menjadi menantu Bayu Megantara," sindir Mala sambil mengambil map dari atas meja setelah ditanda tangani oleh Sabian. "Ngomong apa kamu? Siapa yang bahas mantan? Kamu tanya sama Wirang, apa obrolan aku sama dia. Jangan asal tuduh," kata Sabian tidak suka dengan ucapan Mala yang sengaja memancing keributan. "Nyangkal aja terus, aku dengar semua yang kalian obrolkan." Mala tersenyum penuh kepuasan. "Aku pikir dengan kamu menggantikan Anthony, artinya kamu lebih baik dari dia. Kenyataannya sebaliknya," lanjut Mala menyindir keras Sabian. Sabian bukan tidak tahu siapa Anthony itu. Siska lama berpacaran, bahkan sampai saat ini masih menjalin hubungan diam-diam. Berita Anthony sudah punya kekasih hanyalah untuk menyamarkan hubungan mereka saja. Tidak hanya itu, Siska juga mempunyai ponsel siluman; ponsel rahasia untuk berkomunikasi dengan mantan kekasihnya itu. "Nggak usah bahas dia. Aku nggak minat buat dengar." Sabian lantas menandatangani berkas milik Mala itu. "Sudah. Jika tidak ada keperluan, silakan tinggalkan ruangan ini. Aku nggak mau nanti banyak orang mikir macam-macam tentang kamu yang mendadak masuk dan lama berada di ruangan ini," usir Sabian karena risih dengan wanita yang memakai pakaian kurang bahan itu. "Ngapain emang? Main bertiga sama Wirang juga? Konyol otak kamu!" Mala merasa kali ini direndahkan oleh Sabian. Tanpa menunggu diusir dua kali, Mala langsung keluar dari ruangan Sabian. Ia mendengkus kasar karena tersinggung dengan ucapan suami sahabat baiknya itu. Apa karena pakaian yang dipakai hari ini? Oh, ayolah, ia masih muda dan gaya berpakaian seperti ini sedang trend. Sementara itu, Kenanga baru saja keluar dari kamar. Matahari sudah hampir naik di atas kepala. Sudah menjadi pemandangan biasa jika Kenanga akan bangun saat siang hari. Kenanga kali ini terkejut saat melihat keberadaan Syafira. Syafira tengah duduk santai di ruang tengah sambil memainkan ponselnya. Entah sedang membaca berita apa, Syafira tampak sangat khusuk. Ia tidak menyadari keberadaan Kenanga. Kenanga mendekat ke arah wanita muda itu. "Mbak Fira?" Kenanga seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Syafira mendongak ke arah sumber suara. Ia tersenyum lebar saat melihat Kenanga. Syafira memang menyayangi calon adik iparnya itu setulus hati. Kenanga hanya menyapa Syafira saja, padahal ada Ayudia juga di ruangan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD