"Mas kenalkan ini Vina anakku" ucap Raisa. Harry menjulurkan tangannya pada Vina.
"Harry" ucap Harry. Vina mencoba tersenyum dan menjabat tangan Harry yang sekarang menjadi papa tirinya.
"Vina" Vina melepaskan jabatan tangan itu dengan cepat. Ia tak ingin perasaannya yang dulu kembali muncul. Dia tidak menyangka papa tirinya adalah Harry mantan kekasihnya sekaligus papa dari anak kandungnya. Harry tidak boleh tau jika Raka adalah anaknya. Biarlah rahasia ini Vina simpan sampai mati.
Mereka kembali berbincang-bincang sekaligus makan siang bersama. Mata Harry tak lepas dari Vina. Vina banyak berubah sekarang. Wajahnya bertambah cantik dan tubuhnya terlihat seksi. Vina tau jika sedari tadi Harry menatapnya.
"Kamu kenapa selama ini tidak pernah pulang sayang? mama dan kakek sangat merindukanmu" tanya Raisa.
"Maaf ma Vina sibuk sekali disana. Vina janji akan pulang sering-sering kesini" jawab Vina gugup karena Harry terus menatapnya.
"Jangan bilang kamu mau kembali lagi kesana?! "Raisa tak ingin Vina pergi lagi. Setiap hari dia merindukan anaknya yang selama 5 tahun ini tidak pernah pulang.
" Vina harus menyelesaikan pekerjaan Vina disana ma. Vina sudah terlanjur terikat kontrak kerja disana" jawab Vina. Dia tidak ingin tinggal disini apalagi sekarang dia tau Harry adalah papa tirinya.
"Kita hanya tinggal membayar dendanya. Tidak masalah uang kita banyak. Kamu berhenti saja kerja disana dan tinggal bersama kami" sambung kakek. Vina tidak bisa mendebat mereka lagi. Setelah itu Vina memilih beristirahat di kamarnya. Dia menelepon Stefani untuk mengabarinya sekaligus melihat Raka disana.
"Halo Vina, kamu sudah sampai disana? " tanya Stefani.
"Iya Stefani, maaf aku baru menghubungimu. Bagaimana Raka? apa dia baik-baik saja? " tanya Vina yang sudah rindu dengan putra semata wayangnya itu.
"Dia sedang tidur barusan kamu tenang saja Raka aman kok disini" jawab Stefani. Tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kamarnya
"Stef sudah dulu ya aku tutup dulu teleponnya nanti aku hubungi lagi"
"Oke" Vina menutup teleponnya dan membuka pintunya. Dia kira itu mamanya ternyata bukan. Harry langsung masuk kedalam kamar Vina dan langsung mengunci pintunya.
"Kamu!! keluar dari sini!! " seru Vina setengah berteriak. Tapi kamar ini kedap suara percuma saja Vina berteriak sekencang apapun tidak akan terdengar dari luar. Tiba-tiba saja Harry memeluknya dengan erat sampai membuat Vina merasa sesak dalam dekapannya.
"Selama ini aku mencarimu.. kamu kemana saja sayang? " tanya Harry seolah lupa dulu dialah yang membuang Vina lebih dulu. Sekuat tenaga Vina memberontak dan menampar Harry dengan kuat. Amarah yang selama ini ia pendam akhirnya ia lampiaskan juga pada mantan kekasihnya itu. Harry hanya diam saja saat Vina menamparnya. Dia pantas mendapatkannya kalau bisa lebih dari ini dia sanggup jika Vina memukulinya.
"Pft.. kamu lupa dulu kau yang sudah membuangku seperti sampah tak berguna?!! untuk apa kau repot-repot untuk mencariku!! jangan sakiti mamaku dan keluar dari kamarku!! " usir Vina dengan mata nyalang. Sekuat hati dia menahan tangisnya. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan pria b******n ini.
"Maafkan aku Vina, aku menyesal sudah meninggalkanmu. Sampai detik ini aku hidup dalam penyesalan yang amat dalam. Hanya kamu yang aku cintai bukan mamamu" ujar Harry sambil berlutut memegang kaki Vina memohon pengampunan. Vina mundur beberapa langkah. Dia muak dan benci melihat Harry.
"Aku memaafkanmu tapi hubungan kita hanya sebatas papa dan anak. Silahkan keluar dari sini!! " Vina menarik paksa Harry dan mengusirnya dari kamarnya. Untung tidak ada siapapun yang melihat mereka. Vina langsung menutup dan mengunci rapat pintunya. Ia bersandar di balik pintu sambil menangis karena sampai detik ini pun dia masih mencintai pria yang merupakan papa anak kandungnya. Hanya saja sakit di dalam hatinya tak bisa sembuh dengan mudah. Ia dibuang dan dicampakkan Harry saat sedang hamil. Meski Harry tak pernah tau jika dirinya berbadan dua.
Vina teringat saat ia hidup terlunta-lunta di negeri orang dalam kondisi hamil. Tanpa keluarga dan sosok suami yang ada di sampingnya. Vina juga harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya dan anaknya. Untung ada Stefani, paman Gerald, dan bibi Anna yang membantunya. Entah apa yang bisa ia lakukan jika tanpa mereka. Vina memandang wajah Raka yang menjadi walpaper hpnya. Putranya yang tampan semakin besar dan sebentar lagi akan tumbuh dewasa. Ia tersenyum melihat foto Raka disana.
"Sayang.. mama sangat menyayangimu. Kamu hanya punya mama. Maafkan mama karena mama tidak bisa memberitahumu siapa papa kandungmu. Kelak kamu akan mengerti sayang" gumam Vina sambil mengusap foto Raka di layar hpnya.
Keesokan harinya Vina turun dari kamarnya untuk sarapan bersama. Dia mencium pipi Raisa dan kakeknya.
"Pagi" sapa Vina lalu duduk di samping kakeknya.
"Pagi sayang, bagaimana tidurmu apa nyenyak semalam? " tanya Raisa sambil menyiapkan roti isi selai cokelat untuk suaminya.
"Iya ma, kamarku masih sama seperti dulu" jawab Vina seadanya. Ia mengambil roti miliknya dan memberi selai kacang diatasnya tanpa memperdulikan Harry yang terus menatapnya.
"Iya setiap hari mama menyuruh bi Minah untuk membersihkannya. Kamu ingat gak sama Zayn? anaknya sahabat mama yang kuliah di Amerika itu loh. Dia nanyain kamu terus. Boleh mama kasih nomor kamu ke dia? " tanya Raisa lagi. Vina menatap Harry yang seperti menahan cemburu saat ada pria lain yang berusaha mendekatinya.
"Kasih aja ma, gimana dia sekarang ma? dulu kan dia cupu banget terus pernah waktu SD dia pipis di celana loh." Vina teringat kenangan masa kecilnya bersama Zayn. Zayn selalu membuntuti Vina dimanapun dan kapanpun. Terakhir kali komunikasi mereka adalah saat Vina memutuskan pergi ke Australia. Vina menghilangkan jejak dan mengganti nomornya. Hanya mamanya yang tau dimana dia berada.
"Aku sudah selesai" ucap Harry yang tiba-tiba saja tidak nafsu makan. Dia tidak suka Vina dekat dengan pria lain selain dirinya. Hanya saja dia tidak bisa mengungkapkan rasa cemburunya karena dia bukan siapa-siapa bagi Vina lagi.
"Kamu belum habis loh makannya sayang? sudah mau pergi ngantor? " Raisa berdiri dan menghampiri suaminya yang akan pergi. Vina bisa melihat betapa serasinya Harry dan Raisa. Ia meremas ujung bajunya saat ia melihat mereka. Terlihat Harry mencium bibir Raisa di hadapannya. Sudut mata Harry sengaja melihat ke arahnya. Vina membuang pandangannya ke arah lain.
"Hati-hati ya sayang. Pulangnya jangan kemalaman" ucap Raisa sambil melambaikan tangannya pada suami tercintanya lalu kembali masuk kedalam rumah.
Di bandara Zayn baru saja sampai di Indonesia. Zayn yang cupu dan kurus cengkring sekarang menjadi pria dewasa yang tampan dan bertubuh sixpack. Dia kembali lagi ke Indonesia demi bertemu kembali dengan cinta pertamanya Vina.
"Aku kembali untukmu Vina" gumam Zayn.