Kencan Dengan Embun 2

1213 Words
Setelah berkendara selama 35 menit, akhirnya Reiga dan Embun sampai di tempat tujuan. Selama diperjalanan, gadis cilik itu bahkan tidak ada capeknya bercerita dan bernyanyi. Embun juga mengundangnya, untuk datang ke rumahnya. Berjanji akan mengenalkan Reiga dengan sahabatnya yang bernama Luna. Reiga juga mengambil banyak kesempatan, untuk bertanya kegiatannya dengan Hani. Diusianya yang baru 2 tahun, Embun termasuk anak yang cerdas. Saat Reiga bertanya, tentang kegiatannya dengan Hani saat dirumah. Embun dapat menjelaskan dengan baik. Meskipun dengan, pelafalan yang belum terlalu jelas. Embun meminta diputarkan lagu anak-anak kesukaannya. Membuat Reiga sedikit kesusahan saat Embun mengajaknya ikut bernyanyi. Reiga bahkan hanya bisa bernyanyi beberapa lagu anak-anak, dan itu pun hanya hafal beberapa part saja. Setelah ini, mungkin dia akan belajar lagi menghafal lagu anak-anak. “Sudah sampai, ayo sayang kita turun!” “Ni apa Yayah, Zoo?” “Bener banget, Pinter anak Ayah. Udah bisa nebak.” “Mbun elnah ke cini, ama Ibuk dan Ante Celle. Acik Mbun uka!” Lihatlah, anak ini bahkan masih bisa mengingat. Jika sudah pernah datang kesini, dengan wajah yang sangat bahagia. Mengajak Reiga untuk segera masuk ke dalam. Karena urusan tiket sudah diatur oleh Galang sebelum mereka berangkat, jadi dia hanya tinggal masuk saja. tidak perlu ikut antri di luar. Oh ... ya, ingatkan Reiga untuk memberi bonus pada sahabat baiknya. Karena telah sangat berjasa padanya hari ini. “Woooo, Mbun tuyun Yah! Mau Alan cendili!” “Nanti sayang, gendong Ayah dulu ya?” Saat pertama masuk, Embun bahkan sudah berteriak heboh dan minta turun dari gendongan. Reiga sedikit kerepotan membawa, tas perlengkapan Embun. Sebelum turun dari mobil, Reiga memastikan lagi semua yang di perlukan Embun tidak ada yang ketinggalan. Di kebun binatang ini selain memiliki koleksi Satwa, tersedia juga Taman Bermain, Air Mancur, Wahana Ekstrim, Restoran bahkan Hotel untuk menginap pengunjung dari luar kota juga ada. “Embun mau kemana dulu ini, sayang?” “Aik keleta Yah, Mbun au hat ebek!” Reiga menuju ke area umbaran bebek, di sana ada rumah bebek yang di kelilingi oleh pagar. Embun meminta naik kereta yang telah di sediakan, sambil melihat bebek-bebek yang sedang berenang. “Yeyyyyyyyy, acik! Bye Yayah bye ...” Teriak Embun saat kereta sudah mulai berjalan. “Bye, Sayang ...” Selain pintar, Embun juga termasuk anak yang sangat ramah. Baru beberapa menit disini, sudah mendapatkan teman. Saat di kereta pun mereka sangat asik bercerita, entah apa yang di ceritakan oleh anak-anak kecil itu. Setelah bosan dengan naik kereta, dia mengajak Reiga untuk berkeliling melihat hewan-hewan yang ada di sini. Karena ingat pesan Hani, agar embun tidak terlalu lelah bermain. Reiga memutuskan untuk menggendongnya. Dengan gendongan warna pink motif hello kitty, berhasil menarik perhatian beberapa pengunjung. Reiga mendengar bisik-bisik dari para ibu-ibu, yang sedang melihatnya. Seorang pria tampan sedang menggendong anak kecil, membawa ransel berwarna pink. Meraka bahkan menyebut Reiga, dengan sebutan hot daddy secara terang-terangan. Bukannya dia terlalu percaya diri mengatakan hal itu. Karena, kini banyak ibu-ibu yang secara diam-diam mengambil fotoku dengan Embun. “Embun, mau kasih makan Gajah?” “Au ... Mbun au kacih akan Ajah!” “Kita beli dulu makanannya ya.” “Ocay, et go!” Sesampainya di dekat gajah, Reiga meminta Embun memberikan makanan untuk gajah. Tiba-tiba Embun menangis, membuatnya kaget juga bingung kenapa tiba-tiba menangis. “Sayang, kenapa nangis?” “Hiks ... hiks Mbun akut ajah! becal anti Mbun aem ajah!” Seketika Reiga tertawa, mendengar jawaban dari Embun. Bisa-bisanya anak ini! sempat bikin khawatir. Ternyata, takut dengan gajah. “Ngak dong Sayang! Gajah 'kan ngak makan orang. Ya udah, kita kasih makan kelinci aja ya?” “Acih aem inci aja, Mbun ngak akut cama inci.” “Iya dong, anak Ayah ngak boleh takut!Harus jadi anak pemberani ya?” Kemudian Reiga menuju ke kandang kelinci. Membawa baki berisi wortel yang tadi dia beli. Sesampainya di sana Embun meminta turun, dia bilang ingin berlari mengejar kelinci. “wow, kejal Mbun ... ayo kejal Mbun!” Embun berlari membawa wortel, sedangkan kelinci berusaha mengambil wortel yang Embun bawa. Jahil sekali anak itu. “Sayang, kasih makan yang bener dong! Kasihan kelincinya kelaparan itu.” “Ocay ... ocay, cini inci. Ayo aem!” Dia duduk di rumput, sambil memberi makan kelinci. “Otel abis yah!” Embun datang ke arah Reiga, sambil membawa baki yang sudah kosong. “Sudah ya, kelincinya sudah kenyang. Nanti kalau kebanyakan makan sakit perut.” Embun mengangguk, tanda mengerti apa yang dia jelaskan. “Berani naik kuda ngak? Di sana ada kuda kecil,” tunjuk Reiga pada Embun. “Au cucu Yayah!” “Anak cantik haus ya?” “Au num cucu ayak tu,” tunjuknya pada salah satu orang, yang sedang memberi minum s**u anak domba. Reiga tertawa melihat tingkah anaknya ini, eh ... bolehkah dia menganggap Embun sebagai anaknya? Kini bahkan, dia sudah sangat nyaman menggunakan kata Ayah. Saat berbicara dengan Embun. Embun tidak hanya ingin minum s**u saja, dia minta di gendong berkeliling. Jadilah sekarang Reiga menggendong Embun minum s**u, sambil berkeliling kebun binatang. Asik berkeliling dan bercerita bersama Embun, tiba-tiba ponselnya berdering. “Assalamualaikum, Han.” “Waalaikumsalam, mas. Lagi dimana mas? Embun rewel ngak?" Reiga memindahkan panggilan biasa, menjadi panggilan video. “Ini lagi di kebun binatang, Embun pinter ngak rewel!” “Kenapa, gitu mukanya? Ada yang lucu ya?” tanya Reiga melihat hani sedang, menahan senyum saat melihatnya. “Enggak ada yang lucu Mas, Embun lagi minum s**u ya?” “Mbun, agi num cucu cama ihat mbek num cucu,” jawab Embun. “Embun minta minum s**u, gara-gara lihat ada anak domba lagi minum s**u Han. Lucu sekali kan dia?” “Haha, aneh-aneh aja kamu Nak. Bisa banget ya jahil sama Om Reiga kayak gitu!” “Memangnya, Embun jahil sama aku apa? Dia manis kok, ngak rewel juga!” “Mas Reiga sadar ngak sih, dengan apa yang Mas dan Embun lakuin sekarang?” Melihat Reiga kebingungan, Hani malah makin tidak bisa menahan tawanya. Dia juga melihat ada seorang Ibu-ibu ikut tertawa di samping Hani. Saat Reiga bertanya kenapa mereka tertawa melihatnya? Hani meminta maaf terlebih dahulu, sebelum menjawab. “Mas Reiga sekarang sedang memakai kemeja kerja. Menggendong anak umur 2 tahun, menggunakan gendongan pink motif hello kitty. Membawa tas punggung berwarna dan motif sama. Ditambah Mas sedang memberi s**u Embun sambil berkeliling kebun binatang!” “Memangnya kenapa, kalau aku sedang begini?” “Di sana Emangnya ngak ada yang, merhatiin Mas ya?” "Banyak banget! mereka juga bilang kalau Embun cantik, bahkan ada yang bilang aku Hot Daddy juga!” Hani tergelak mendengar ucapanku, bahkan di sudut matanya saja sampai keluar air. “Ya Udah deh Mas! terima kasih udah ajak Embun jalan-jalan. Pulangnya jangan malam-malam ya!” "Bentar lagi pulang, kamu langsung pulang aja! Nanti aku anter Embun pulang ke rumah.” Setelah berdebat sebentar, soal mengantar Embun. Akhirnya Hani menyerah, dan mengizinkan Reiga mengantar Embun langsung kerumahnya. Mana mungkin dua menyia-nyiakan kesempatan, untuk bisa datang ke rumah Hani. Setelah berkeliling cukup lama, Reiga sudah tidak mendengar ocehan dari Embun. Ketika dia melihat ke bawah, ternyata Embun sudah tertidur. Reiga memutuskan untuk segera pulang, karena hari pun sudah mulai gelap. Tadi Hani sudah memberi pesan, agar Reiga makan malam di rumah saja. Dia khawatir Reiga kesusahan, makan sambil menggendong Embun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD