Introgasi Agam 2

1340 Words
    Malam tiba, saat itulah waktu istirahat bagi semua orang sudah tiba. Agam dan Yasmin tentu saja juga tidak membuang waktu untuk bersiap untuk istirahat. Agam sudah berbaring di atas ranjang, sementara Yasmin masih berada di kamar mandi. Agam berbaring terlentang dan menatap langit-langit kamar utama, dengan kedua tangan yang terlipat menjadi bantalan kepalanya. Sementara itu, kini benak Agam terbang dan menjelajahi dunianya sendiri. Tak lama, suara pintu terbuka terdengar. Hal itu membuat Agam tersadar dari lamunannya.     Agam menoleh dan melihat istrinya yang kini tengah naik ke atas ranjang. Tanpa banyak kata, Agam pun menahan Yasmin yang baru saja akan berbaring. Tentu saja hal tersebut membuat Yasmin mengernyitkan keningnya. Namun, Yasmin tahu jika suaminya ini memiliki satu hal penting yang peru dibicarakan secara serius dan bukan dengan posisi berbaring seperti yang selama ini mereka lakukan. Biasanya, Yasmin dan Agam memang sering bertukar pikiran sebelum tidur. Mereka melakukannya dengan berbaring nyaman di atas ranjang.     “Apa yang ingin kamu bicarakan?” tanya Yasmin menggunakan isyarat tangan. Yasmin menatap Agam dengan penuh kasih. Waktu sudah berlalu dengan begitu cepatnya. Sudah tidak ada kesan canggung atau pun dendam di masa lalu yang masih saja terbawa saat ini. Kini, yang ada di antara keduanya hanyalah rasa kasih dan perasaan untuk saling menjaga.     Agam meraih kedua tangan istrinya tersebut dan menciumnya dengan lembut. “Aku berpikir untuk menjodohkan Puti,” jawab Agam tanpa ragu. Namun, jawaban Agam tersebut sudah lebih dari cukup membuat Yasmin terkejut. Keterkejutan tersebut tentu saja membuat Agam tidak bisa menahan diri untuk memberikan kecupan pada bibir istri manisnya itu. Sayangnya, belum juga bibir Agam mendaratkan kecupan pada bibir Yasmin, istrinya itu sudah lebih dulu menghindar dan menahan wajah Agam dengan kening mengernyit dalam.     Tentu saja, Yasmin sama sekali tidak ingin sampai Agam mengalihkan rasa terkejutnya saat ini. Lagipula, Yasmin merasa jika mereka saat ini tengah membicarakan hal yang serius. Karena itulah, Yasmin harus bertindak tegas dengan menolah ciuman suaminya tersebut. Yasmin tidak tahu apa yang terjadi nantinya, jika sampai dirinya menerima ciuman tersebut. Ah lebih tepatnya, Yasmin sudah bisa menebaknya. Jika sudah bersentuhan fisik yang intim, ujungnya pasti sudah bisa ditebak. Dan Yasmin tidak mau sampai itu terjadi. Ini bukanlah waktu yang tepat.     Yasmin melepaskan wajah suaminya dan bertanya, “Sebenarnya apa yang kamu pikirkan sampai mengambil keputusan untuk menjodohkan Puti? Kamu sendiri tahu dan mengenal karakter putri kita itu. Dia tidak mungkin mau dijodohkan. Bisa-bisa, Puti marah padamu, atau lebih parah marah padaku. Jika Puti sudah sampai marah padaku, maka kita akan tamat. Tidak akan ada yang bisa membujuk dirinya.”     Agam terdiam dan membuat Yasmin berusaha untuk menenangkan dirinya. Tentu saja Yasmin harus menahan diri untuk tidak lepas kendali saat ini. Ia dan Agam bahkan baru saja memulai pembicaraan ini. Terlalu dini jika Yasmin sudah marah pada suaminya itu. Setelah berhasil menenangkan diri, Yasmin lalu kembali bertanya, “Jadi, atas dasar apa kamu mau menjodohkan putri kita?”     Yasmin memang masih belum mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh suaminya ini. Apa dia sama sekali tidak berpikir bagaimana reaksi Puti saat dirinya mendengar rencananya? Sudah dipastikan jika Puti akan marah. Kemarahan Puti yang mengerikan pasti akan membuat sebuah masalah besar. Lagi pula, Yasmin sama sekali tidak ingin memaksakan kehendak pada putrinya yang sangat ia sayangi itu. Menjodohkan seseorang bukanlah hal yang mudah. Tidak mudah membuat dua orang yang tidak saling mengenal dan menyukai menjadi pasangan yang cocok. Ketika menghadapi perihal masalah hati, Yasmin tahu jika itu bukanlah hal yang mudah. Harus benar-benar berhati-hati agar tidak membuat sebuah hati patah dan sulit untuk kembali sembuh.     Agam menghela napas panjang. Ia mempertimbangkan, jawaban apa yang akan ia berikan pada Yasmin. Tentu saja, sebelumnya Agam sudah memperkirakan jika Yasmin akan menayakan hal seperti ini. Karena itulah, Agam sudah menyiapkan beberapa opsi jawaban yang tentu saja sangat masuk akal. Agam tentu saja tidak ingin memberi tahu Yasmin, perihal Puti yang sudah jatuh hati pada Nazhan. Jika mengetahui hal tersebut, bukannya mendukung keputusan yang dibuatnya, Yasmin pasti akan berbalik dan mendukung Puti untuk bersatu dengan Nazhan. Jika sampai hal itu terjadi, semuanya tamat bagi Agam. Ia sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk melakukan apa pun.     Setelah terdiam beberapa saat, Agam pun mengambil keputusan untuk menjawab dengan jawaban yang sudah ia pilih. “Sebenarnya, ada sebuah rahasia yang aku simpan darimu,” ucap Agam serius. Kini, di benak Agam sudah banyak kata-kata yang ia siapkan untuk ia katakan pada Yasmin. Tentunya, Agam harus memilah kata-kata yang paling tepat untuk berbicara pada istrinya ini. Ia tidak boleh sampai membuatnya marah, karena tentu saja kemarahan Yasmin bukanlah kabar baik bagi Agam.     Yasmin yang mendengarnya tentu saja penasaran sekaligus kesal dengan apa yang dikatakan oleh Agam. “Berarti, selama ini kamu memang menyimpan rahasia dariku? Ayo katakan, apa yang kamu sembunyikan dariku selama ini!” perintah Yasmin dengan galak. Mungkin, Yasmin sudah merasa jika ekspresinya saat ini sudah sangat galak dan menyeramkan. Hanya saja, Yasmin sama sekali tidak terlihat menyeramkan bagi Agam. Sebaliknya, Yasmin malah terlihat begitu manis sekaligus menggemaskan di mata Agam. Hal itu malah membuat Agam berniat untuk menarik Yasmin ke dalam pelukannya dan menghadiahkan ribuan kecupan pada wajah Yasmin.     Agam sama sekali tidak tersinggung dengan apa yang dikatakan oleh Yasmin. Ia tahu bagaimana watak istri manisnya itu. Karena itulah, Agam memang sudah menyiapkan diri untuk mengatakan semua yang sudah ia rahasiakan dari istrinya ini. Agam menatap Yasmin dengan penuh kasih dan menjawab, “Sebenarnya, sejak Puti lulus dari sekolah menengah atas, Puti sudah mendapatkan sebuah lamaran dari seseorang.”     Apa yang dikatakan oleh Agam tentu saja lebih dari cukup membuat Yasmin terkejut. Yasmin tahu, jika putrinya memang sangat menawan dengan segala pesona yang ia miliki. Namun, Yasmin sama sekali tidak membayangkan, jika putrinya bahkan bisa membuat seorang pria mengajukan sebuah lamaran saat dirinya baru saja lulus dari sekolah menengah atas. Entah Yasmin harus bahagia atau sedih karena hal itu. Namun, yang terpenting saat ini adalah, Yasmin harus mengetahui siapa yang sudah melamar putrinya tersebut. Yasmin harus menanyakan hal yang penting terlebih dahulu pada Agam.     “Jika benar Puti sudah mendapatkan lamaran dari seseorang, lalu kenapa kamu menyembunyikannya dariku? Apa alasanmu hingga menyembunyikan semua itu dariku? Ayo jawab! Ah, lalu siapa yang memberikan lamaran itu. Siapa yang melamar putri kita?” tanya Yasmin. Tentu saja Yasmin ingin mengetahui semua hal tersebut. Kenapa bisa Agam tidak ingin menceritakan hal tersebut padanya? Apa yang sebenarnya dipikirkan dan disembunyikan oleh suaminya ini?     “Orang yang melamar Puti, adalah orang yang kamu kenal juga,” jawab Agam jujur. Agam menatap netra istrinya yang indah. Rasanya, setiap hari—ah, salah. Setiap saat, Agam selalu saja kembali jatuh hati pada istrinya yang dulu pernah ia sakiti saat awal pertemuan mereka. Karena itulah, Agam sudah bersumpah jika dirinya akan membuat Yasmin dan Puti bahagia hingga akhir hayat mereka. Agam tahu, jika dirinya memang tidak bisa menebus semua kesalahannya hanya dengan bersikap baik atau membuat keduanya bahagia.  Namun, Agam tetap harus melakukan apa pun yang bisa ia lakukan. Agam harus melakukan hal terbaik yang bisa ia lakukan saat ini.     Jawaban yang dilontarkan oleh Agam, tentu saja membuat Yasmin berpikir keras. Ia memilah satu persatu orang yang kemungkinan menjadi kandidat orang yang memang mengajukan lamaran pada putri mereka. Lama Yasmin berpikir, barulah Yasmin mendapatkan seorang kandidat yang memang memungkinkan dan memenuhi semua syarat. Namun, kandidat tersebut jelas membuat Yasmin terkejut. Kenapa? Karena Yasmin sama sekali tidak pernah membayangkan jika orang ini yang mengajukan lamaran pada Puti.     Yasmin menggeleng. Ia merasa jika dirinya sudah salah. Karena itulah, Yasmin menatap pada suaminya dengan netra yang membulat karena terkejut. “Sepertinya, aku salah memperkirakan,” ucap Yasmin menggunakan bahasa isyarat. Yasmin jelas mengira jika perkiraannya salah, karena selama ini dirinya merasa sosok yang tengah ia pikirkan ini sungguh tidak terbayangkan.     Namun, Agam menggeleng. Agam tentu saja sudah bisa menyimpulkan jika sosok yang tengah dipikirkan oleh Yasmin saat ini, sama dengan sosok yang memang tengah Agam maksud. Agam menatap istrinya dengan penuh keseriusan dan berkata, “Tidak, kamu tidak salah, Sayang. Kamu benar.”     Yasmin terlihat sangat syok bahkan sebelum Agam menyelesaikan ucapannya. Agam yang melihat hal itu segera menggenggam kedua tangan Yasmin. Agam tentu saja bisa melihat jika istrinya masih saja belum percaya dengan apa yang sudah ia simpulkan. Agam menyelipkan helaian rambut Yasmin yang halus pada belakang telinganya. Gerakan Agam terlihat begitu lembut dan dibaluri oleh kasih yang tulus serta begitu besarnya. Agam terdiam beberapa saat sebelum menegaskan, “Orang yang sudah melamar Puti adalah … Beltran.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD