Rasa Sakit Dulu

1357 Words

Ana duduk di pinggir kasurnya, kepalanya terpekur sambil melihat ke arah ponselnya. Ayahnya tadi masih di bawah karena ketemu beberapa temannya dari daerah lain yang memang hadir untuk acara besok, Ana lebih memilih naik ke kamar saja. Pikiran Ana itu masih belum santai, otak dan hatinya kini sedang menunjukkan benteng pertahanan yang biasanya kasat mata. Kalau bukan di keramaian ataupun di depan ayahnya, ingin rasanya Ana menjambak si bodat tadi. Memang sejak sepuluh tahun yang lalu, tepatnya sejak peristiwa laknat tidak ada akhlak itu terjadi, Ana tidak pernah bicara sama dua pengkhianat itu, buat apa? Ana tidak butuh alasan apapun untuk Reyhan membela diri, itu juga kalau mau membela diri. Mereka langsung seperti orang yang tidak saling kenal, Ana yang membuatnya seperti itu. Walaupun

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD