BAB 4. Pria Asing

1177 Words
Setelah berbincang cukup lama di taman samping rumah. Keduanya diminta ke dalam ruangan untuk menyelesaikan prosesi lamaran sekaligus tunangan setelah pembicaraan ringan penuh makna antara Azka dan Zahra.  Keduanya nampak jalan beriringan meninggalkan taman mini milik kediaman Husein untuk kembali ke ruang tamu. Disana selain kedua pihak keluarga, masih ada beberapa tamu penting yang menjadi saksi.  Begitu mereka berdua melangkahkan kaki melewati pintu masuk. Semua sorot mata tertuju pada mereka. Berbagai tatapan dari orang-orang nampak tertuju hanya pada dua insan yang memang menjadi bintang utama.  "Nak, kemarilah. Kalian harus menyelesaikan prosesi pertunangan ini." panggil Ibu Zaenab yang menghampiri mereka dan menemani Zahra kembali ke sofa. Di sepanjang langkah menuju sofa, Zahra menyunggingkan senyum ramah dan menangkupkan kedua tangannya memberi salam kepada orang yang melihat ke arahnya.  Selama Azka menjalani pendekatan dengan Zahra tadi di taman, kedua belah pihak sudah membicarakan beberapa hal penting. Dan sekarang Azka dan Zahra sudah kembali duduk dan siap mendengarkan hasil dari musyawarah kedua belah pihak keluarga. Dalam beberapa saat suasana di sekitar meja musyawarah tenang, dan orang tua dari pihak Azka angkat bicara, "Jadi bagaimana Nak Zahra. Apakah Nak Zahra bisa legowo menerima pertunangan ini dan membawa hubungan ke jenjang lebih lanjut?" tanya seorang wanita paruh baya yang menjadi ibu dari Azka dengan ramah dan keibuan.  Zahra terdiam, belum mampu menjawab pertanyaan tersebut. Hatinya bergetar mendengar pertanyaan calon Ibu mertuanya.  Sedangkan Azka terlihat sedikit tegang menunggu jawaban dari Zahra. Walaupun mereka barusan menjawab dari hati ke hati, tapi sedikit perasaan tegang masih menyelimutinya. Sungguh wajah Azka terlihat begitu kaku. Lucunya, sikap itu tertangkap oleh kedua mata Zahra yang masih bersiap untuk menjawab. 'Perasaan indah ini … akankah Engkau meridhoi nya, Yaa Rabb?' batin Zahra.  Sejenak Zahra menetralkan perasaannya. Ia menghirup napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Dengan senyum tipisnya, Zahra menjawab pertanyaan tersebut.  "Insya Allah, saya Zahra Salsabila Mafaza akan menerima hal ini dengan sepenuh hati dan membawa hubungan ini ke jenjang lebih lanjut,"  Detik berikutnya Azka mengucap syukur mendengar jawaban tulus Zahra, di susul ungkapan syukur dari keluarga dan orang yang ada di dalam ruang tamu.   "Alhamdulillah.." Ungkap syukur orang yang terdapat di ruang tamu.  "Alhamdulillah kalau Nak Zahra mau melanjutkan prosesi lamaran serta pertunangan ini ke jenjang selanjutnya. Namun ada hal lain yang ingin kami sampaikan..." Sambung Ayah dari Azka yang bernama Tuan Dzuhairi Arshaq Nadir dengan perkataan menggantung.  'Sebenarnya apa yang ingin disampaikan oleh orang tua dari Mas Azka?' batin Zahra dengan mengerutkan keningnya.  Mas?! What..! Sejak kapan seorang Zahra terpikirkan memanggil pria selain keluarga dengan sebutan Mas? "Jadi begini Nak Zahra, ada beberapa hal yang terjadi dan biarkan putra kami yang menjelaskan." ibu dari Azka terlihat menepuk punggung tangan putranya seraya menganggukkan kepala.  "Zahra, seperti yang saya katakan sebelumnya. Saya memang berniat melanjutkan kuliah dan orang tua merestui hal ini asal setelah saya menikahimu. Tapi sebelum saya menyetujuinya. saya berpikir bahwa ada baiknya saya mencoba untuk mencari pengalaman terlebih dahulu sebelum benar-benar mengikatmu dalam ikatan pernikahan. Maka dari itu, saya akan melanjutkan kuliah di Inggris sembari mengembangkan Perusahaan Ayah yang bercabang di sana,” Azka menjeda ucapannya sembari mengambil napas pelan, “Lalu, bagaimana denganmu, Zahra? Jika kamu tidak bisa menanti, saya memahaminya dan melepasmu dengan lapang dada." Sebuah senyum tulus tanpa paksaan terbit di bibir Azka. Zahra tersenyum simpul mendengar perkataan apa adanya Azka, lalu dia menjawab dengan mantap pula. "InsyaAllah saya akan menunggu dengan tenang di sini dan menyerahkan semua nya pada Allah swt. Dia yang lebih tahu apa yang terbaik untuk kedepannya."  Semua lega mendengar perkataan Zahra. Karena memang sebuah penjelasan panjang dan berat dari Azka tadi, mampu membuat sesak sesaat di hati Zahra. Bukan karena apa, tapi karena dari hal ini dapat terlihat kesungguhan akan tindakan Azka. Dia benar-benar ingin memberikan yang terbaik untuk pasangannya.  Karena pada dasarnya pernikahan bukan hanya sekedar menyatukan kedua insan dalam sebuah hubungan halal yang di restui. Namun juga membawa beban berat yang bernama keluarga baru. Demi membawa seorang Zahra ke dalam keluarga kecilnya nanti. Tentu saja Azka harus siap secara lahiriah dan batiniah. Dan mengembangkan bisnis Ayahnya di Inggris di sertai pendidikan selanjutnya adalah niat baiknya secara lahiriah, agar mampu membawa Zahra pada kehidupan yang lebih baik.  Akhirnya, pihak dari Azka memberikan kotak perhiasan berwarna merah berisi sebuah cincin pertunangan dan memberikannya pada Zahra. Acara musyawarah di lanjutkan dan menemukan mufakat bahwa Zahra dan Azka akan menikah 2 tahun lagi. Bukankah itu terlalu lama untuk menjalani hubungan dan menanti ke sebuah jenjang pernikahan?!  Lama … memang cukup lama untuk seorang wanita menunggu dua tahun untuk sebuah pernikahan dalam keadaan terikat tali pertunangan. Tapi keduanya dan kedua keluarga sepakat bahwa. Segala sesuatu sudah menjadi kehendak Allah swt. Dia Dzat yang mengendalikan segalanya. Dan terjadinya pertunangan kali ini juga merupakan Takdir dari-Nya. Jadi keduanya memutuskan untuk Ikhtiyar dan menyerahkan sisanya pada Sang Maha Kuasa.    *** Hari berikutnya, sehari setelah acara pertunangan. Pagi ini keadaan kediaman Husain kembali seperti semula, yang begitu tenang dan damai. Karena memang hanya dihuni oleh Zahra dan kedua orang tuanya serta beberapa pelayan rumah tangga.  Drrt.. Drrt..  Sebuah notifikasi pesan masuk terdengar dari ponsel Zahra yang tergeletak di meja belajarnya. Zahra yang pada saat itu baru saja memakai pakaian dan jilbabnya, langsung menyambar ponselnya.  =>Zahra, kita ke Mall yuk, temani aku belanja beberapa baju. Nggak enak juga belanja ke Mall sendirian. Please..  Ternyata pesan dari Tasya, teman satu kampus Zahra. Mereka memang cukup dekat untuk sekedar teman. Akhirnya Zahra membalas pesannya.  =>Baiklah, aku akan otw 15 menit lagi, yah. Kita ketemuan di tempat biasa. Oke..  SEND Zahra bersiap-siap untuk pergi. Ia mengambil tas mungilnya untuk menyimpan dompet dan ponselnya. Karena memang Zahra adalah anak tunggal, wajar dia agak di manja. Maka dari itu, Zahra mengambil kunci kontak mobilnya di atas meja dan keluar dari kamar.  Di ruang tamu, Bi Minah mencegat langkahnya, "Mau pergi kemana Non, pagi-pagi gini?” "Begini Bi. Tolong bilangin Ibu ya Bi. Zahra mau ketemu sama Tasya di Mall. Sekalian Zahra mau membeli perlengkapan tulis di sana," Ujar Zahra memberi alasan. Karena memang ia juga ingin berbelanja beberapa hal.  "Baik, hati-hati Non." "Oke Bi. Assalamu'alaikum. Zahra pergi dulu…" Zahra ngeloyor keluar dari ruang tamu dan menuju ke bagasi mengambil mobil miliknya.  25 menit berlalu di sepanjang jalan menuju Mall. Waktu molor cukup lama karena jalanan pagi ini cukup padat. Kini mobil Zahra sudah terparkir di parkiran salah satu Mall yang biasa ia dan Tasya datangi.  Zahra mematikan mesin mobilnya dan meraih tas yang tergeletak di samping jok tempat duduknya dan mencangkloknya, lalu keluar dari dalam mobil.  Sekilas Zahra melihat jam yang ada di tangan kirinya, "Sudah jam 08.30 pagi. Seharusnya toko-toko sudah pada buka," gumam Zahra. Pintu di buka dan bergegas keluar. Baru beberapa langkah Zahra meninggalkan mobilnya yang terparkir. Dari belakang tiba-tiba seseorang mencengkram lengan Zahra dari belakang. Tanpa aba-aba Zahra di Tarik kembali ke sisi mobil dengan mulutnya yang di bekap tiba-tiba.  Mata Zahra membelalak kaget, mendapati serangan dadakan dari pria tak dikenal. Ia yang di serang tiba-tiba tidak bisa memberi perlawanan. "Shut up! Fast, open the door of the car!" Perintah sang pria yang membekap mulut Zahra dengan tegas terkesan mengancam. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD