Happy Reading....
________
Gama berjalan menuju ruang kerjanya, pria itu langsung menuju tab dan juga mac untuk melihat email masuk sekaligus rancangan pengembangan software buatan Gama.
Menjadi pengusaha software memang menguntungkan apalagi dengan sistem kuat yang di miliki Gama sangat di sukai oleh banyak perusahaan besar. Jaminan pengaman nya pun sudah di akui oleh amerika hanya untuk sekarang Gama perlu mengembangkan perbaharuannya lagi.
Pintu di ketuk tiga kali sebelum Bian datang membawa beberapa dokumen dan sebuah undangan yang begitu elegan.
"Owner dari Russel Grup ngundang kamu ke acara pernikahan nya untuk mewakili perusahaan" ucap Bian sambil meletakkan undangan itu di depan Gama.
Gama melirik undangan itu lalu pada Bian.
"Yakin ini dari Russel Grup? Itu perusahaan global kan?"
Bian mengangguk bangga "Keren loh nih ownernya. Usianya baru dua puluh dua tahun tapi udah jebol aja ke pasar global abis itu nikah muda, mantep gak tuh" Lanjut bian dengan alis di naik turunkan.
Gama mencebikkan bibirnya. Kalimat terakhir yang Bian katakan seperti bernada ejekan apa lagi Gama sudah hampir tiga puluh tahun tapi belum juga menikah.
"Kamu aja deh yang pergi. Males gue" sahut Gama dan kembali pada mac nya.
"Wah aku sih oke oke aja sih. Tapi kalo perusahaanmu bisa kerja sama sama Russel Grup itu lebih bagus lagi loh. Kenapa gak di coba siapa tau beruntung"
"Oh ya. Acaranya bakal di adain di kapal pesiar selama lima hari" lanjut Bian.
Gama sama sekali tidak mengalihkan pandangan dari mac nya, lebih tepatnya dia tidak peduli.
"Denger-denger SM company juga di undang" Bian kembali berucap sambil melirik Gama. Bian tau sifat Gama jika dalam hal seperti ini apa lagi SM company adalah perusahaan yang di jalankan oleh keluarga Schroder asal Jerman. Terlebih Gama juga tau di sana felix tengah berlatih menjadi CEO baru artinya kemungkinan besar Lucy akan hadir menjadi pasangan Felix di acara itu.
"Woy! Malah bengong. Gimana ini? Pasti ikut ya! awas aja kalo gak. Ini juga demi kebaikan perusahaan bukan kepentingan pribadi" Seru Bian mulai kesal.
Gama mendongak.
"Oke" jawabnya. Lalu kembali pada Mac nya.
Bian berdecih lalu pergi dari ruangan Gama. Tapi dia juga senang bujukan nya tidak di tolak.
Kepergian Bian dari ruangan Gama membuat Pria yang kini masih saja merindukan Lucy itu menghela nafas panjang.
"Akan ku dapatkan kamu kembali" Gumam Gama. Tangan nya mengambil dan membaca undangan dengan desain mewah itu, Gama tersenyum semoga Lucy juga ikut di acara itu dan Gama akan punya kesempatan selama lima hari untuk membuat Lucy perlahan mengingat nya lagi.
Meskipun Gama sadar 100 persen dia tidak punya kenangan yang istimewa dengan Lucy selain rasa sakit yang terus dia berikan, apa lagi Felix pasti akan selalu menjaga Lucy di setiap ada kesempatan. Gama menghela nafas, apapun yang terjadi dirinya harus berusaha dan kali ini adalah kesempatan untuk memperbaiki semuanya.
Tak lama Bian kembali dengan wajah aneh sambil menatap Gama "Hp gue ketinggalan di sini ya?" seru dia.
Gama mengedikkan bahu lalu sesuatu terdengar berbunyi di balik dokumen yang sebelum nya Bian bawa. Bian mendesah lega sambil mengambil hp nya.
"Syukurlah kirain hilang. Kalo Hp mahal kayak gini bisa hilang rugi gue nabung selama setengah tahun" Bian memeluk hp nya dengan rasa tenang sambil menciumi hp nya.
Gama menggeleng pelan lalu muncul sebuah pertanyaannya di kepalanya "Bi. Kamu udah siapin siapa pasangan nanti yang akan ikut ke pesta itu?" tanya Gama.
Bian mengantungi punselnya takut bakalan lupa taruh lagi lalu pria yang lebih muda setahun dari Gama itu terlihat berpikir. "Karin aja kamu bawa. Dia cantik kok gak bakal malu-maluin deh kayaknya tuh cewek juga terpelajar"
"Anak desain?" tanya Gama memastikan. Bian mengangguk.
"Tapi kalo gak suka biar aku carikan yang lain. Aku tau kok kamu gak jago cari cewek yang berkompeten dan Sexy" ucap Bian sambil menggerakkan tangan nya saat mengatakan satu kata terakhirnya, setelah itu dia lari keluar dari ruangan Gama takut jika bosnya itu akan melemparnya sebuah meja.
"Aneh! kok aku masih mempertahankan asisten kayak gitu ya?" gumam Gama sambil memijit keningnya. Tapi memang meskipun Bian sedikit kurang ajar sama bosnya dia dapat di andalkan dan Bian juga hanya bertingkah kurang ajar jika hanya berdua dengan Gama jika di luar itu maka Bian akan bersikap profesional.
Selain itu Bian juga adalah teman dekatnya saat SMA selain Dewa. Namun dia antara mereka hanya Dewa sekarang sudah memiliki seorang anak yang berusia dua tahun. Sedangkan Gama dan Bian masih belum.
Gama membuka screen hp nya yang langsung melihat foto Lucy sebagai walpaper nya. Gama membuka kembali software aplikasi yang dia buat di ponselnya, hanya dia sendiri yang bisa memakai software itu untuk membajak ponsel orang lain dan software itu tidak di perjual belikan kepada siapapun.
Untuk mengakses ponsel yang Gama bajak dia hanya perlu nomor ponsel yang akan jadi target nya untuk saat ini dia ingin Lucy. Tapi Gama belum tau nomor ponsel perempuan itu.
Tapi lain kali pasti akan segera Gama dapatkan.
Helaan nafas Gama hembuskan dia kembali pada pekerjaan hingga waktu makan siang tiba. Gama berdiri dari duduknya lalu berjalan ke luar menuju restoran milik Dewa untuk makan siang yang beberapa bulan ini menjadi langganan nya.
"Dewa!" panggil Gama setelah pria itu tiba di restoran Dewa dan melihat sahabatnya tengah berbicara pada salah satu pengunjung. Dewa berbalik.
"Eh Gam! Mau makan apa lagi hari ini. Bakal gue siapin yang istimewa" ucap Dewa.
"Apa aja terserah yang penting enak" Jawab Gama.
Dewa menepuk bahu Gama sambil tekekeh pelan "Masuk di ruanganku aja ya. Anak ku lagi tidur di sana nanti kalo dia bangun gak liat bapaknya terus nangis kan malah repot nanti"
"Lah istrimu ke mana malah kamu yang jagain anak?" sahut Gama lalu mereka menuju ruangan Dewa.
"Mamanya lagi ngajar di smp dia kan guru tapi hari ini lagi ada rapat jadi anaknya di tinggal di sini" Dewa membuka pintu ruangan nya begitu mereka masuk Gama bisa melihat seorang anak perempuan yang sedang tidur di sebuah tempat tidur kecil khusus bayi.
"Anakmu manis banget kalo lagi tidur Dew" Ucap Gama.
Dewa membuka lemari es lalu mengeluarkan dua kaleng soda dan di berikan pada Gama satu.
"Iya dong. Bapaknya aja manis kayak gula gini masa anaknya enggak" kekeh dewa.
Gama tersenyum menatap anak Dewa. Senggolan di lengan Gama membuat cowok itu menatap Dewa dengan alis terangkat.
"Kapan lo bakal punya anak juga? Semua teman SMA kita udah pada nikah loh cuman kamu sama Bian aja yang belum" ucap Dewa sedikit memelankan suara. Gama menjawabnya hanya dengan kedikkan bahu.
"Masih nungguin Lucy ya?" Dewa menyeruput minuman sodanya sambil mangguk mangguk sendiri.
Gama menyandarkan kepala di sofa "Sialnya iya!" jawab Gama jujur dengan hela nafas panjang setelahnya.
"Ya Udahlah biarin aja Lucy bahagia sama yang lain. Inget umur Gam, udah tiga puluh masa belum nikah di bilang perjaka tua loh nanti kamunya" goda Dewa. Gama melirik tajam ke arah sahabat nya ini.
Kadang Dewa mengatakan hal yang tidak Gama mengerti. Kemarin Dewa mengatakan harus bergerak cepat untuk mendapatkan Lucy tapi kali ini dia mengatakan untuk merelakan Lucy.
Terus sebenarnya Dewa ini ada di pihak siapa? Lucy atau dirinya?
Yang pasti Gama tidak akan membiarkan pria lain menjadi pendamping Lucy selain dirinya.
________
Salam sahabat
SILAN