Mendung mulai menyelimuti langit Jakarta. Awan hitam nyaris menutupi langit kota megapolitan itu. Sehingga membuat suasana dingin tercipta sejak beberapa hari yang lalu. Membuat orang enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya. Mereka lebih memilih berleha-leha di atas kasur mereka. Begitu juga dengan Ketrien, seorang gadis berusia 22 tahun. Yang berprofesi sebagai seksi Dancer. Ia terlihat masih betah berada di atas tempat tidurnya. Dan bermalas-malasan di tempat tidurnya. Seakan ia enggan untuk bangun, walaupun ia telah terjaga dari tidurnya sejak dari tadi.
Gadis cantik itu lebih memilih untuk bermain-main dengan pikirannya sendiri. Daripada harus melakukan aktifitas apa pun.
Tangan kanannya lalu mengambil selembar foto. Yang ia taruh di bawah bantalnya. Ia melihat foto itu, seakan ia sedang mengenang masa lalunya. Matanya yang agak sipit tampak mengeluarkan air mata. Ketika ia semakin lama semakin memandang foto lelaki seusianya. Yang ternyata foto itu, adalah foto Zulian. Sewaktu SMA dulu. Yang sudah berlalu sejak 5 tahun yang lalu.
Walaupun bisa dibilang, selembar foto itu sebuah cara kuno, untuk melihat orang yang sangat dicintainya. Tetapi tetap saja gadis itu melakukannya. Padahal ia punya foto zulian di ponselnya. Namun cara kuno seperti itulah yang dipilih oleh Ketrien. Untuk mengingat Zulian yang pergi tanpa meninggalkan jejak dan pesan sedikit pun kepada dirinya. Baginya cara kuno itu bisa menghentikan waktu, untuk kenangannya bersama Zulian.
"Lian, di mana dirimu sekarang berada? Aku benar-benar merindukan dirimu. Dan aku tetap berkomitmen dengan janjiku. Kalau aku tidak dapat bersama dengan dirimu, maka tidak akan ada lelaki selain dirimu di hatiku ini. Aku akan lebih memilih untuk menjadi seorang lesbi, seperti sekarang ini ...," ucap Ketrien, di dalam hatinya, berbicara sendiri. Mencurahkan perasaannya pada dirinya sendiri. Yang sudah ia jalani selama ini.
Terlihat Ketrien lalu mencium foto Zulian di masa SMA nya itu. Dengan sepasang matanya masih menatap foto Zulian, dengan kenangannya. Kenangan indah tentang masa SMA nya bersama Zulian, yang telah berlalu 5 tahun yang lalu. Yang hingga saat ini belum dapat ia lupakan sama sekali. Entah kenapa Ketrien begitu sulit untuk melupakan Zulian. Padahal saat perpisahan SMA mereka 5 tahun yang lalu. Zulian pergi begitu saja, tanpa berkata sepatah kata pun kepada dirinya. Hingga cinta mereka sewaktu SMA dulu. Menjadi menggantung tak jelas seperti ini. Zulian tak pernah memutuskan Ketrien dengan perkataannya. Yang masih menganggap Zulian sebagai kekasih hatinya hingga saat ini.
Saat itu Zulian pergi saat perpisahan SMA mereka. Karena Zulian mendapat kabar jika neneknya sedang sakit keras di kampung. Dan sejak saat itu, Zulian tak pernah kembali lagi ke Jakarta. Dan berusaha melupakan Ketrien, dengan menjalin hubungan dengan Sari, selama 3 tahun belakangan. Walaupun sebenarnya hingga saat ini Zulian masih mencintai Ketrien, karena Ketrien adalah cinta pertamanya. Sama seperti Ketrien, Zulian adalah cinta pertamanya. Cinta yang benar-benar sulit untuk mereka lupakan.
Akan tetapi karena sebuah keadaan, Zulian terpaksa harus mengubur cintanya kepada Ketrien di pusara hatinya. Dan berusaha melupakan Ketrien untuk selamanya dari dalam hidupnya. Walaupun sebenarnya ia sulit dan tak mampu ia lakukan selama ini. Tetapi pemuda berwajah Korea itu tetap melakukannya.
"Lian, sebenarnya apa yang terjadi dengan hubungan kita ini? Semuanya menjadi tidak jelas, saat dirimu pergi dari diriku. Saat perpisahan SMA kita dulu. Itulah saat terakhir kita bertemu. Kamu pergi tanpa sepatah kata pun, tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Bahkan sampai kini aku masih menunggu dan mencari mu. Entah sampai kapan aku begini dan bertahan seperti ini? Tuhan tolonglah diriku ini ...," ujar Ketrien di dalam hatinya dengan penuh harapannya.
Ketrien lalu berbaring menyampingkan tubuhnya dan mendekap guling yang ada di samping dirinya. Dengan masih menggenggam foto Zulian, yang terus ia pandangi. Dengan segala kenangannya, hingga membuat dirinya semakin terlihat bersedih. Karena ia telah kehilangan jejak Zulian, sejak mereka lepas dari masa SMA.
"Bagaimanapun caranya, aku harus bisa menemukanmu. Tidak peduli dengan panjangnya jarak dan waktu, yang harus aku tempuh dan aku lalui. Aku tidak peduli dengan semua itu. Aku hanya ingin dirimu ada di sisiku selalu ...," Ketrien lalu mencium foto itu kembali. Kali ini lebih lama dan mendalam. Hingga kehadiran perempuan berwajah Indo pun tak ia sadari sama sekali, di dalam kamar kostnya itu.
Ketrien terlalu asyik dengan dunianya sendiri, yang ia ciptakan bersama ilusi Zulian. Kekasih di masa lalunya itu. Hingga akhirnya, perempuan berwajah Indo itu pun berdiri di sisi tempat tidur Ketrien. Tangan kanannya lalu mengambil foto Zulian yang sedang diciumi oleh Ketrien. Hingga membuat Ketrien tersadar dari ilusi yang ia ciptakan sendiri.
"Lelaki ini lagi, lelaki ini lagi! Ternyata kamu memiliki banyak stock fotonya ya?" ucap perempuan berwajah Indo, yang bernama Marisa. Ia amatin foto Zulian dengan senyum sinis ke arah Ketrien.
"Mar, aku mohon. Jangan kamu sobek foto itu. Itu foto terakhir dirinya, yang aku miliki...," ujar Ketrien, lalu bangkit dari rebahan nya. Dan berdiri di sisi Marisa.
"Ya, ini foto terakhir yang kamu miliki. Tapi bukannya kamu memiliki filenya. Jadi sebanyak apapun aku menyobek fotonya. Pasti kamu akan mencetaknya kembali!" ujar Marisa sambil memandang foto Zulian dengan rasa penuh cemburunya yang begitu besar terhadap kekasih masa SMA nya Ketrien.
Cemburu yang tak wajar, dari seorang perempuan terhadap seorang perempuan, yang merupakan kekasih sejenisnya. Cinta yang benar-benar aneh bagi orang awam yang melihatnya.
"Jadi kalau aku robek-robek foto ini, itu bukan sebuah masalah besar bagimu. Jadi lebih baik aku robek saja foto ini ...," ujar Marisa, lalu merobek foto Zulian. Hingga menjadi lembar-lembaran kecil. Lantas menebarkannya ke udara. Yang jatuh ke lantai kamar kost itu. Hingga membuat Ketrien benar-benar kesal dibuatnya.Oleh ulah dari kekasih perempuannya itu.
"Kamu gila!" teriak Ketrien, sambil menunjukan jari telunjuk kanannya ke arah wajah Marisa.
"Kamulah yang gila! terlalu terobsesi dengan Lelaki itu!" sahut Marisa, sambil membelai rambut Ketrien. Di saat Ketrien telah menurunkan jari telunjuk kanannya kembali.
"Aku bukannya terobsesi dengan dirinya. Tapi dia adalah kekasihku ..., sewaktu SMA dulu ...," timpal Ketrien dengan nada yang rendah. Berusaha meredam emosinya, terhadap Marisa. Perempuan yang sangat dicintainya, selama ini.
"Kalau ia memang kekasihmu, di mana ia sekarang? Kenapa ia tidak pernah menemui dirimu. Lagipula, bukannya dirimu seorang lesbi?" ucap Marisa, dengan penuh selidik. Yang membuat Ketrien terdiam sejenak.
Ketrien lalu duduk, di pinggir tempat tidurnya. Yang dilakukan pula oleh Marisa.
"Aku bilang itu dulu ..., waktu SMA. sekarang aku enggak tahu keberadaannya sama sekali ...," ujar Ketrin dengan lirihnya, berusaha menahan segala kepedihan hatinya.
"Jadi kamu ditinggalkannya, ya? Hingga kamu menjadi seorang lesbi seperti ini? gara-gara dirinya itu .... Ket, semua lelaki itu sama saja. b******n dan seorang pecundang!" ucap Marisa, seakan dirinya teringat akan masa lalunya yang sudah menimpa dirinya.
"Enggak semua lelaki, seperti di dalam pikiranmu itu, Mar. Dan Zulian, bukanlah lelaki seperti itu!" sahut Ketrien dengan tegasnya.
"Tapi kenapa kamu ditinggalkannya?" tanya Marisa, dan pertanyaan itu pun membuat Ketrien terdiam.
Ia tampak berpikir terlebih dahulu, sebelum menjawab pertanyaan dari Marisa.
"Aku rasa, ia memiliki alasan sendiri untuk melakukan hal itu. Dan aku ingin tahu alasan itu. Makanya aku mencari dan menunggunya selalu, untuk mengetahui alasan dan jawaban dari mulutnya langsung selama ini," sahut Ketrein dengan tatapan yang menerawang jauh ke masa lalunya. Seakan sedang melihat Zulian di hadapannya.
Tampak Marisa masih sinis terhadap Ketrien, dengan jawaban dari Ketrien.
"Apa pun alasannya, pada kenyataannya kamu ditinggalkannya. Kamu sama seperti aku, kecewa ditinggalkan oleh lelaki ...," tutur Marisa dengan nada rendah. Seakan ia ingin meredam kepedihannya, pada masa lalunya. Yang sering diceritakannya kepada Ketrien.
Ketrien menarik napasnya dalam-dalam mendengar ucapan dari Marisa. Lalu gadis itu berbicara kembali.
"Kita berbeda Mar, masa laluku tidak segetir masa lalu mu. Walaupun aku, bisa dibilang ditinggalkan oleh Zulian. Tapi aku ditinggalkannya dengan indah. Aku juga enggak merasa sakit hati. Karena selama bersamaku, ia adalah lelaki yang baik hati," ujar Ketrien tegas, dengan menatap Marisa yang ada di sampingnya.
"Sudahlah, jangan bicarakan tentang lelaki lagi. Kepalaku menjadi pusing mendengarnya. Lebih baik kita berbicara tentang kita saja," timpal Marisa, sambil membelai rambut hitam panjang sebahu milik Ketrien.
"Aku rindu kamu, Ket ...," ujar Marisa, sambil mencium bibir merah Ketrien, yang enggan membalas ciuman Marisa.
Ketrien lalu bangkit, berniat untuk meninggalkan Marisa.
"Aku juga rindu kamu, tapi aku sedang tidak ingin b******a. Aku mau pergi ke rumah ibuku. Aku sudah berjanji untuk menemuinya hari ini," jelas Ketrien, lalu melangkahkan kakinya menuju ke arah kamar mandi yang ada di dalam kamar kost mewah itu. Yang membuat Marisa tak suka dengan sikap Ketrien yang seperti itu. Seolah dirinya tak dianggap oleh Ketrien sama sekali.
"Kamu jangan bohong, dan mencari alasan untuk menemui lelaki itu," ucap Marisa, menuduh Ketrien yang telah berada di dalam kamar mandi.
"Buat apa aku berbohong, enggak ada untungnya bagiku. Lagipula, kalau aku sudah menemui jejaknya. Sepertinya hubungan kita harus berakhir. Tapi itu tergantung dirimu juga, kalau kamu mau ku jadikan yang kedua. Aku masih mau, hubungan kita berlanjut," Marisa terdiam mendengar ucapan dari Ketrien. Hanya hatinya saja yang berbicara.
"Apa pun yang terjadi, kamu tidak akan aku lepaskan, sayangku ...," sahut Marisa tersenyum sendiri di dalam hatinya.
Ketrien akhirnya selesai mandi, ia pun langsung mengenakan pakaian casual nya. Tanpa mempedulikan kehadiran Marisa. Yang mengamati tiap geriknya, dengan pikirannya sendiri. Ketrien tak memerlukan make-up untuk menonjolkan kecantikan alamiahnya. Ia memang tercipta untuk cantik, seperti para dewi dalam mitologi kuno. Selesai berpakaian, Ketrien lalu mengambil tas wanitanya. Lalu memakai sepatu ketsnya dengan apiknya.
"Mar, apa kamu mau tetap di sini?" tanya Ketrien dengan hati-hatinya, takut Marisa tersinggung dengan ucapannya itu.
"Maunya sih ikut kamu, menemui ibumu. Untuk melamar dirimu ...," timpal Marisa, lalu tersenyum. Yang membuat Ketrien tak suka ucapan Marisa itu.
"Enggak lucu tahu, jawabanmu itu ...," timpal Ketrien dengan nada agak ketus.
"Ha... ah!" Marisa pun tertawa dengan kencangnya.
"Begitu saja marah, aku hanya bercanda ko. Lagian hubungan kita ini, adalah rahasia kita berdua. Jadi hanya kita berdua yang mengetahuinya," kata Marisa, lalu bangkit dan memeluk Ketrien dengan mesranya.
"Sudahlah, aku lagi enggak mau bercanda. Aku mau pulang ke rumah sekarang," Ketrien pun melepaskan dirinya dari pelukan Marisa. Lalu melangkahkan kakinya, meninggalkan Marisa di dalam kamar kostnya itu.
"Ketrien, Ketrien. Kau itu bertambah cantik saja, jika sedang marah. Aku menjadi bertambah mencintaimu saja," kata Marisa berbicara di dalam hatinya.
Marisa lalu mengeluarkan smartphonenya dari dalam saku celananya, dan mulai beraktifitas bersama gadgetnya, dengan merebahkan dirinya di peraduan Ketrien. Tanpa mempedulikan hal apa pun lagi sama sekali.