What you've done to me, is forgiven but not forgotten
---
Beberapa hari berlalu sejak saat itu. Hubungan Arya dan Ana tampak biasa saja, toh keduanya juga sudah ribet dengan kesibukan kantor dan aktivitas masing-masing. Tapi lusa, mereka akan kumpul lagi berlima, ditambah Eza, pacar Givi. Pamannya Eza punya villa yang baru selesai dibuat. Eza berhasil membujuk pamannya untuk meminjamkan villa kepadanya.
Suasana villa yang sepi dan dingin membuat mereka berlima malas beraktivitas, hanya ngobrol ini itu gak jelas sambil menonton televisi. "Berenang aja yuk." Ajak Givi, semua menggeleng serempak menjawab kompak, "Malas! Dingin juga. Mending makan aja.”
"Hmm ide bagus itu, An, lapar nih. Bikin mie instant yuk." Ajak Givi.
"Oke... aku kreasi ya, gak cuma sekedar mie instant tapi bakmi Jowo instant ala chef Ana. Rasanya euummm... dijamin yummy." Kata Ana sambil berlagak seperti chef sungguhan.
"Aku bantu ya, An." Tepukan lembut Shano di bahu membuat Ana kaget. Dia sedang sibuk memotong kubis, daun bawang dan tomat sebagai tambahan pelengkap Bakmi Jowo ala dirinya.
"Gak usah, Shan. Wong gampang banget kok bikinnya. Aku cuma perlu nambahin bawang merah dan putih tumis, telur sama ini deh. Udah jadi." Kata Ana sambil mengangkat potongan kubis dan tomat.
"Kalau gitu aku siapin mangkuknya aja ya." Shano juga mulai sibuk membantu Ana setelah sebelumnya tanya ke Eza letak mangkuk disimpan.
Shano memperhatikan Ana yang tampak cukup mahir di dapur. Setahunya Ana memang bisa masak dan bikin kue. Rasanya lumayan, walau belum seenak masakan ibunya sih.
"An..."
"Mmm?" Ana hanya menggumam sambil sibuk menuangkan air ke penggorengan.
"Kamu tahu? Kamu tipe istri idaman loh, istriable banget. Ayu, baik, pinter masak, pinter bikin kue, sholeha. Dah paket lengkap tuh." Kata Shano mengirimkan sinyal-sinyal.
"Hahaha iyaa sih, Shan, kamu orang kesekian yang bilang aku seperti itu. Tapi sayangnya belum punya calon suami nih aku." Jawab Ana sambil fokus pada rebusan mie.
"Ada, An. Pastinya ada. Cuma matamu saja yang terhalang oleh satu bayangan. Kalau aku yang mau melamarmu gimana?"
"Iiih apaan sih, Shan. Jangan godain aku terus, ntar gatot nih bakminya." Ana merajuk, pura-pura marah. Tanpa mereka sadari, aktivitas mereka diperhatikan oleh sepasang mata yang melihat tak suka.
Rasa bakmi jowo itu ternyata lumayan enak. Apalagi dengan cuaca yang dingin, makan mie berkuah tentu saja semakin nikmat. Setelah mengobrol tidak jelas sana sini, mereka kemudian pamit ke kamar masing-masing untuk tidur.
***
Sekira hampir jam sembilan malam, Arya mendengar suara kecipak air kolam renang. Siapa yang berenang malam-malam gini? Nekat juga. Dingin banget gini.
Dilihatnya dari jendela kamarnya yang ada di lantai dua. Ana? Mmm... ngapain dia berenang malam-malam gini?
Arya menelan ludah, saat melihat lekuk tubuh Ana yang hanya memakai bikini. Sial, bodi Ana ternyata bagus juga. Masih perawan pula.
Arya tersenyum licik merasakan sesak di celananya, dia segera turun menyusul Ana ke kolam renang. Ana yang tak menyadari kehadiran Arya masih asik berenang dengan santai. Tapi sekejap Ana terkejut menyadari ada suara kecipak air, menandakan ada seseorang yang masuk ke kolam renang. Padahal dia yakin semua sudah tidur. Makanya dia mau berenang malam-malam. Dia malu memakai bikini di depan umum.
Arya... glegh... Mau apa dia ikut berenang?
Tapi terlambat, saat Ana ingin keluar dari kolam renang, ternyata Arya sudah ada di depannya. Tersenyum manis... dan sedikit licik? Kalang kabut Ana segera menutupi dadanya dengan kedua tangan.
"Kenapa ditutupi? Toh aku sudah pernah lihat tubuhmu yang ternyata euumm... molek juga, An." Bisik Arya di dekat telinga Ana. Sementara Ana hanya dapat mematung saja, tak tahu apa yang harus dilakukan.
Melihat hal itu, Arya tanpa ragu melabuhkan ciuman di bibir penuh Ana. Berusaha melumat bibir itu. Sesaat dilihatnya Ana memejamkan mata dan mulai mendesah saat tangan Arya mulai gerilnya ke tubuhnya.
"Ar... jangan..."
"Jangan apa, An? Jangan berhenti? Atau jangan ragu-ragu?" Pancing Arya kurang ajar.
Arya mulai menciumi sekujur leher Ana. Sedikit rasa kaporit dari air kolam renang, tapi dia tak peduli. Dan Arya yakin kalau Ana masih ada rasa padanya.
"Want something more, An?" Tanya Arya dengan suara merayu. Ana diam saja, tak menjawab, tak menggeleng atau mengangguk. Hanya melihat ke arah Arya dengan bimbang.
"My room or yours?"
|
|
|
Jakarta, 7 Mei 2019