Number 14

2255 Words
"Kalian sudah mendapatkannya?" tanya seorang pada beberapa orang pemuda yang sedang berlutut di depannya. Dengan takut-takut, salah satu dari mereka menjawab, "Belum Queen. Sepertinya Queen Arrabella sudah mempersiapkan semuanya. Wajah maupun aroma dari gadis itu sama sekali tidak dapat dilihat ataupun dirasakan. Dan selama kesatria itu ada bersamanya mereka juga akan terlindungi oleh aura gadis itu," jawabnya Wanita yang dipanggil queen itu menggeram marah. Matanya menghitam dan tubuhnya mengeluarkan asap hitam. "Di mana gadis itu sekarang?" tanya queen pelan menahan amarahnya. "Dia sudah berada di dunia fairy. Bahkan kabarnya dia sudah menemukan dua orang kesatria," jawab pemuda lainnya. Dan itu membuat tingkat amarahnya semakin tinggi, "Lakukan berbagai cara untuk mendapatkan salah satu dari kesatria itu. Jika kalian tidak bisa melakukannya aku akan mematahkan sayap kalian dengan tanganku sendiri," ucapnya penuh amarah. Pemuda-pemuda itu tentu saja bergetar karena takut. Mereka hanya mengangguk dan langsung menghilang meninggalkan kabut hitam di tempatnya. "ARRABELLAAAA!!!!" teriaknya menggema diseluruh penjuru istana dark. "Arrabella. Aku tidak akan membiarkan anakmu datang membebaskanmu. Aku yang akan lebih dulu menghabisinya. Dan kau akan mati. Hahahaha ...!" lanjutnya tertawa seraya merentangkan kedua tangannya. Tertawa jahat seolah dialah yang paling hebat. Tertawa seolah dirinya sudah merasa menang tanpa adanya pertempuran. Bukankah itu terdengar konyol? Tapi beginilah dia, hanya perlu menghabisi si penyelamat itu lalu semuanya akan berakhir. Dirinya akan jadi yang terkuat, di dunia mermaid, fairy dan juga, dunia manusia. • "Jadi ke mana tujuan kita sekarang?" tanya Befra semangat. Mereka sudah siap untuk memulai pencariannya hari ini, tentunya dengan bertambahnya satu anggota yaitu Befra. "Kenapa kamu semangat sekali? Seperti kita akan mencari harta karun saja," ucap Marta terkekeh pelan. Befra menunjukkan wajah pongah miliknya, "Tentu saja aku sangat bersemangat. Selama ini, hal inilah yang aku tunggu-tunggu. Bukankah suatu kehormatan berpetualang dengan seorang penyelamat?" ucapnya menyenggol lengan Perly. Perly hanya tertawa kecil menanggapinya, "Kamu berlebihan," ucapnya. "Aku punya usul. Bagaimana kalau kita ke daerah Pengendali Lightning? Bukankah luka dalam Perly belum benar-benar sembuh?" usul Tier. Befra memberi anggukan, "Benar. Setidaknya ada seorang pengendali Lightning yang membantu mengobati luka dalam Perly akibat es-ku," ucapnya. "Ah pantas saja aku masih merasa sedikit dingin," gumam Perly pelan. Dia menatap mereka bergantian, "Apa kekuatan Froz begitu kuat? Sampai pengendali lain yang harus mengobatinya," tanya Perly. "Semua pengendali mempunyai kekuatan yang kuat. Tapi setiap kekuatan memiliki hal tertentu yang menjadi titik terkuatnya untuk menyerang. Meski sebenarnya jantung adalah titik terkuat dari semua elemen," jawab Marta membuat Perly mengangguk mengerti, "Begitu rupanya," ucapnya. "Yasudah ayo berangkat," ucap Tier. Baru beberapa langkah mereka melangkah keluar rumah, tiba-tiba telapak kanan Perly mengeluarkan cahaya berwarna biru tua. Dan setelah cahaya itu hilang Perly dan yang lainnya langsung melihat pada telapak tangan Perly. "Ini lambang Froz! Lihatlah!" Befra memperlihatkan bahu kanannya, lagi-lagi dengan semangat yang tak pernah luntur. Tak lama setelah itu, warna rambut, bola mata, dan gaun yang di pakai Perly berubah menjadi warna biru tua, sama seperti Befra. "Waw! Elemen Froz-mu sempurna!" pekik Befra senang. Sepertinya dia selalu semangat dalam segala hal. Tier, Marta dan Perly hanya tersenyum mendengarnya. Ya Perly tidak terlalu terkejut dengan itu karena sebelumnya dia juga mengalami hal yang sama. Mereka kembali melanjutkan perjalanan. "Apa kalian pernah melihat wajah pendahulu yang menulis buku takdir?" tanya Perly tiba-tiba. Dan ketiganya terkekeh mendengar itu, kata Tier, "Tentu saja tidak, waktu itu kami 'kan belum dilahirkan." Lain lagi dengan Marta yang berkata, "Kau aneh." Itu sudah biasa. Marta memang tak pernah melewatkan kesempatan untuk mengejek ya. Tapi pertanyaan dari Befra membuat Perly menjawab, "Aku pernah melihatnya." Kala gadis itu bertanya, "Apa kau pernah melihatnya?" Padanya. Dan tentu, itu cukup mampu membuat mereka berhenti melangkah dengan tatapan tidak percaya mengarah padanya. • "Kamu pernah melihatnya?" tanya Marta menatap Perly serius. Dan belum sempat Perly menjawab, Tier sudah lebih dulu menyela, "Kamu tidak mungkin serius. Sangat tidak mungkin seseorang bisa melihat wajahnya," ucap Tier menimpali diangguki oleh Marta dan Befra. "Perly, pendahulu itu seperti generasi keturunan. Kita dan para pendahulu berada dalam generasi keturunan yang berbeda. Bagaimana caranya kamu bisa melihat wajahnya?" Befra yang bicara. Perly hanya diam, lagi pula kenapa dia ceroboh sekali sampai mengatakan hal itu pada mereka, sekarang apa yang harus dia jawab? "Satu-satunya kemungkinan, dengan cara melihat lukisan wajah yang dilukis oleh pelukis istana. Tapi 'kan itu hanya ada di istana, dan kamu belum pernah pergi ke istana," ucap Befra melanjutkan. "Sudahlah lupakan saja. Lagi pula kenapa kalian percaya begitu saja? Ayolah aku hanya bercanda," ucap Perly terkekeh. Ah, tau begini, dulu dirinya ikut lomba seni drama saja, kemungkinan besar sekolahnya memboyong piala dengan tulisan juara pertama. Mereka bertiga mendengus kesal melihat kekehan Perly. Mereka hampir saja percaya dengan ucapan Perly. Bisa saja 'kan Perly memang benar-benar pernah bertemu dengan pendahulu itu, secara, Perly adalah penyelamat yang ditulis sendiri oleh pendahulu itu. "Tidak perlu memasang wajah seperti itu. Nanti orang-orang ketakutan melihat wajah kalian," ucap Perly lagi tertawa pelan. Merasa senang melihat wajah kesal ketiganya, meski itu hanyalah alibi agar mereka tak lagi bertanya. Mereka kembali melanjutkan perjalanan dengan sedikit kekesalan akibat Perly. Apa lagi Perly yang selalu saja mengejek mereka bertiga. Perjalanan mereka kali ini cukup jauh karena daerah pengendali lightning berseberangan dengan daerah pengendali froz. "Apakah masih jauh?" tanya Perly setelah lama mereka berjalan. Bukannya menjawab, Befra malah menatap Perly yang sepertinya memang sudah sangat lelah, "Kamu sudah lelah?" tanyanya memegang bahu Perly. "Ya, bisakah kita istirahat sebentar? Rasanya kakiku sudah tidak terasa seperti kaki lagi," ucapnya lagi sudah berjongkok di bawah sana. "Ya sudah. Ayo kita cari tempat untuk beristirahat sebentar," ucap Tier diangguki yang lainnya. Namun melihat Perly yang terlihat sangat letih, Tier memilih berjongkok membelakangi Perly yang juga masih berjongkok di sana, "Ayo," katanya, "Naik ke punggungku. Biar aku yang menggendongmu sampai kita menemukan tempat untuk istirahat," lanjutnya menepuk sekali punggungnya sambil menoleh pada Perly. Perly mengernyit, apa dirinya terlihat begitu kelelahan? Meski sebenarnya dia memang benar-benar lelah, tapi dia rasa kakinya masih sanggup untuk melangkah jika hanya untuk mencari tempat singgah. Namun baru saja dia akan menjawab, Marta lebih dulu berucap, "Sudahlah, naik saja ke punggungnya. Lagipula, tenagamu pasti terkuras karena keadaanmu yang belum benar-benar sembuh," ucapnya yang disambut anggukan setuju dari Befra. Maka Perly hanya pasrah. Setidaknya dia bisa menghemat tenaga dengan begini. Maka naiklah Perly ke punggung Tier, menyamankan posisi agar Tier tak kesulitan. "Kau sungguh ringan, apa dirimu tidak makan dengan baik di dunia manusia?" Tier bertanya dan dirinya langsung menghadiahi dengan pukulan pelan di bahu pemuda itu. "Aku tak kurus! Berat badanku ini sudah ideal! Sudahlah, jangan banyak mengoceh, ayo cepat, aku sudah sangat lelah!" ketusnya membuat Tier terkekeh. Bisa-bisanya orang lelah ini mempunyai begitu banyak tenaga untuk memukul dan mengomel. Mereka kembali berjalan ke depan untuk mencari tempat yang cocok untuk mereka beristirahat sementara. "Di bawah pohon itu saja," ucap Marta menunjuk sebuah pohon besar di depan mereka. Ya mereka memang sudah tidak lagi di dekat perumahan, melainkan di hutan gunung fairy. Sampai di dekat pohon, Tier menurunkan Perly, "Kau duduk saja di sini, aku akan membuat tempat kita beristirahat," ucapnya dibalas anggukan oleh Perly. Tier memejamkan matanya dan melakukan hal yang sama dengan apa yang pernah Marta lakukan dulu, yaitu membuat dua buah tempat tidur. Melihat itu, Perly lantas bertanya, "Kita bermalam di sini?" Dan Tier mengangguk, "Itu akan lebih baik. Kita membutuhkan tenaga yang cukup untuk perjalanan yang panjang ini." Marta, Perly dan Befra langsung menempatkan diri di atas tempat yang sudah Tier siapkan, sedangkan Tier memiliki tempatnya sendiri. "Aku sedikit ragu untuk bermalam di sini, sepertinya menyeramkan jika malam hari," ucap Perly melihat sekelilingnya. Terlihat seperti hutan di dunia manusia,, dengan versi yang lebih seram. "Ya ini memang berbeda dengan hutan fairy yang dulu pernah kita lewati. Tapi tenang saja, cahaya yang ada di daerah Pengendali Lightning akan memberi sedikit penerangan pada hutan ini. Jadi, kamu tidak perlu takut akan kegelapan," ucap Marta. "Kenapa begitu? Mereka semua bersinar seperti matahari? Atau mereka mempunyai matahari sendiri?" tanya Perly bingung. Sifat ingin tahunya semakin menggebu menciptakan begitu banyak pertanyaan di benaknya. "Bukan mempunyai matahari, tapi merekalah yang membantu para Angel mengendalikan cahaya matahari. Sedangkan cahaya bulan dan bintang dikendalikan oleh Pengendali Pearl," jelas Tier. "Tapi kamu jangan berpikir kalau di daerah Pengendali Lightning tidak pernah malam. Mereka juga mengalami siklus siang dan malam hanya saja, tidak terlalu gelap seperti daerah lainnya ketika malam, " ucap Befra cepat. Mata Perly membola, memegang kedua bahu Befra, "Kenapa kamu bisa tau apa yang aku pikirkan?" tanya Perly dengan nada serius, sedangkan Befra sudah memasang wajah bangga. Maka akan ada Marta yang menghancurkan suasana mereka, "Tentu saja dia tau. Pikiranmu 'kan aneh semua, jadi cocok dengan pikiran Befra yang juga agak aneh," ucap Marta membuat Befra dan Perly memukulnya pelan. "Kalian tau, kalian mirip sekali dengan tiga sahabatku di dunia manusia," ucap Perly tiba-tiba membuat mereka kembali memusatkan perhatian pada Perly. Perly menatap Tier, "Sifat Tier mengingatkanku pada Vanya sahabatku. Dia yang bersikap paling dewasa dibanding kami bertiga. Seperti halnya kakak kepada adik-adiknya." Matanya bergulir menatap Marta yang ada di samping kanan, "Marta seperti Teta. Dia gesit, dan cepat tanggap. Dia juga ceria dan kadang terlalu serius, dia juga seperti kakak bagiku," Perly menatap ke atas seperti menerawang dan tersenyum. "Dan yang terakhir adalah Agnes, dia mirip denganmu," lanjutnya menatap Befra. "Ya walaupun tidak semua dari wajahmu yang mirip dengannya, tapi sifatmu sangat mengobati rasa rinduku padanya. Dialah yang paling semangat di antara kami, selalu ceria dan membuat kami tertawa. Tapi dia terlalu ceroboh dan terlalu polos, itulah yang terkadang membuat kami jengkel padanya," ucapnya tertawa pelan. Itu bukan tawa geli atau jenaka, itu tawa rindu dan sedih. Mereka dapat melihat ada banyak beban di mata Perly. Beban rindu pada orang-orang yang bersamanya dulu. "Pasti berat bagimu meninggalkan mereka yang sudah bertahun-tahun bersamamu," ucap Marta membuat Perly mengangguk, "Mereka sudah seperti kakak dan adikku. Aku bahkan melihat dengan mata kepalaku sendiri, mereka menangisi kepergianku saat aku dinyatakan meninggal, padahal aku di sini sedang baik-baik saja," ucap Perly meneteskan air matanya. "Jangan menangis seperti itu." ucap Befra yang sudah memeluk Perly. "Sepertinya aku terlalu lemah untuk seorang penyelamat." ucap Perly mengusap air matanya. "Itu hanya bentuk emosimu yang tertahan Perly, dan kamu mengeluarkannya melalui air mata. Tak apa, keluarkan saja jika itu meringankan beban pikiranmu," ucap Tier. Mata Perly kembali berkaca-kaca dan menangis. Dia sama sekali tidak pernah terpisah dengan orang-orang yang dia sayang selama ini. Sungguh, jika saja ada cara untuknya menghampiri mereka sekali saja pasti akan dia lakukan. Setidaknya hanya untuk memberitahu mereka kalau dia baik-baik saja, kalau dia sangat merindukan mereka, kalau dia sudah memiliki kehidupan yang baru. Tapi bagaimana caranya? • "Haruskah kita membangunkannya?" tanya Marta pada yang lainnya. Befra menggeleng pelan, "Tidak perlu," katanya, "Kita tunggu saja dia bangun. Dia tidak tidur dengan nyenyak tadi malam," ucap Befra masih menatap Perly yang sedang tertidur. "Haruskah kita melakukan sesuatu? Seperti membuatkan teleportasi untuknya?" tanya Tier menatap Befra dan Marta bergantian. "Kamu tau itu sangat beresiko?" Itu bukan sebuah pertanyaan, itu hanya sekedar mengingatkan. Menghela nafas pelan, "Ya aku tau. Tapi bagaimana dia bisa fokus jika pikirannya masih ada di dunia manusia." ucap Tier. Befra dan Marta saling tatap. Ya, apa yang Tier ucapkan memang benar. Dia tidak akan bisa fokus dan itu juga akan berdampak buruk pada mereka nantinya. "Kita tidak bisa berbuat apa-apa saat ini. Dengan kondisi yang seperti ini, sangat fatal bagi kita untuk menembus dunia manusia. Perlu persiapan matang jika tetap ingin melakkannya," ucap Marta tetap menolak usulan itu. Bukan apa-apa, dia hanya tidak ingin Perly mendapat banyak masalah lagi, bahkan sebelum mereka memulai pertarungan. "Apa yang Marta ucapkan memang benar. Kalau begitu, lebih baik kita bicarakan ini nanti. Kita juga harus meminta pendapat pada kesatria yang lainnya," ucap Tier. "Tapi bagaimana dengannya? Aku tidak tega melihatnya seperti tadi malam. Aku bahkan ikut menangis dengannya," ucap Befra menatap Perly sedih. Tier menghembuskan nafasnya pelan. "Aku juga merasakan sedih yang Perly rasakan, tapi lebih baik, kita tidak bisa mengambil keputusan sekarang. Aku yakin dia pasti bisa mengatasinya untuk saat ini." jawab Tier. Befra dan Marta hanya mengangguk pelan sambil terus menatap Perly. Mereka tau, pasti sangat berat berada di posisi Perly saat ini. Di saat banyak orang yang sudah bisa membuatnya nyaman, yang sangat menyayanginya dan dia harus pergi meninggalkan mereka dan harus mencari orang-orang baru yang mungkin saja tidak bisa menggantikan kasih sayang orang-orang yang sudah dia tinggalkan. "Eunghh ...." Perly perlahan membuka matanya dan melihat Marta, Befra dan Tier sudah berdiri di depannya. "Kenapa kalian tidak membangunkanku?" tanyanya dengan suara khas bangun tidur sambil mengusap-usap matanya pelan. "Kamu tertidur sangat pulas. Kami tidak tega membangunkanmu," jawab Marta. Perly menatap Marta dengan tatapan memicing, "Tumben sekali kau bersikap manis padaku. Aku jadi merasa takut," ucap Perly membuat senyum Marta luntur seketika. Apakah Perly tidak bisa menahan sifatnya yang satu itu untuk sebentar saja? Ayolah, dirinya baru saja merasakan simpati pada gadis ini dan gadis nakal itu dengan begitu cepat menghancurkan momennya. Benar-benar! "Rasanya aku ingin sekali memukulmu," geram Marta mengangkat tangannya bergaya ingin menampar Perly. "Sudahlah, ini masih pagi, dan jangan bertengkar. Perly, lebih baik kamu membersihkan dirimu kita akan melanjutkan perjalanan sebentar lagi," ucap Tier memberi perintah. Perly berdiri dan memeletkan lidahnya pada Marta lalu berlari secepat mungkin menuju sumber mata air yang memang ada di sana, sebelum alas kaki yang Marta kenakkan mendarat di kening cantiknya. "Kenapa anak itu suka sekali mencari masalah denganku?" ucap Marta kesal. "Mungkin karena dia sudah menganggapmu kakaknya. Seperti tetanggaku, mereka selalu bertengkar tapi juga memiliki kasih sayang yang sangat kuat diantaranya," jawab Befra. "Ya itulah masalahnya." Marta mendecak malas, masih memandangi tempat menghilangnya Perly yang sedang membersihkan diri, "Aku juga menyayanginya karena itulah aku tidak bisa memukulnya," lanjutnya bergumam pelan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD