Number 15

2478 Words
"Sebentar." Marta, Tier dan Befra langsung menghentikan langkahnya dan melihat Perly yang tiba-tiba menjauh dari mereka. Dia berjalan ke arah sebuah bunga yang tumbuh di atas sebuah batu. Bunga itu sudah tampak layu. Perly berjongkok dan memejamkan matanya sambil kedua tangannya memegang tangkai bunga itu. Tak lama setelah itu, bunga itu mengeluarkan cahaya biru tua kemudian warnanya memutih seperti es. Entah Perly sadar atau tidak, tapi Perly melakukannya. Tangannya kemudian memutari bunga itu dan terbentuklah sebuah bola es yang membungkus bunga itu. Perly kembali membuka matanya dan tersenyum melihat hasil karyanya. Bunga itu memang terbungkus es, tapi ajaibnya bunga itu menjadi mekar dan hidup kembali, juga bunga itu terlihat lebih cantik dari sebelumnya. "Tumbuh yang baik ya, bunga yang cantik," ucapnya semakin mengembangkan senyumnya. Perly kemudian kembali berjalan ke arah teman-temannya. Melangkah dengan riang, hingga langkahnya terhenti sejenak dan rautnya berganti bingung kala mendengar, "Terima kasih, Queen." Suaranya menggema, namun Perly tak melihat siapapun di sana kecuali ketiga temannya yang sedari tadi hanya diam. Dan mencoba menghilangkan pemikiran negatif itu, Perly melanjutkan langkah. "Bagaimana kamu melakukannya?" tanya Befra. Gadis itu mengedikkan bahu, dia juga tak benar-benar tau apa yang dia lakukan barusan, "Entahlah, aku hanya menuruti instingku," jawabnya. "Apakah itu yang disebut kekuatan murni?" tanya Befra pada yang lainnya. "Ya begitulah. Kekuatan murni tidak akan memerlukan mantra bukan? Itulah yang Perly lakukan," jawab Tier. "Sudahlah. Aku tidak mengerti apa yang kalian katakan. Sebelum kalian mengeluh karena menjawab banyak pertanyaan dariku, lebih baik, ayo kita lanjutkan," ucap Perly berjalan lebih dulu. "Hal kecil saja dia selamatkan. Aku yakin dia pasti bisa menyelamatkan dua dunia ini," ucap Marta menatap Perly tersenyum. "Ya. Aku juga yakin itu. Auranya memang berbeda dengan kebanyakan pengendali," timpal Tier. Befra ikut menambahkan, "Kalau aku memang sudah yakin dari awal." Tiba-tiba langkah Perly terhenti saat matanya menangkap seekor ular besar di depannya. Ular itu terlihat sangat menyeramkan dengan dua buah taring yang keluar dari mulutnya, serta bisa-nya yang menetes dari taring itu. "Ma-marta kamu bilang, hal semacam ini tidak ada di hutan fairy," ucap Perly seraya beringsut mundur. Mereka yang menyadari pergerakan takut dari Perly, segera mensejajarkan diri dengan gadis itu. "Ular itu di bawah pengaruh Dark," ucap Tier melihat mata ular itu yang juga berwarna hitam sama seperti warna kulitnya. Tier membawa Perly untuk berdiri di belakangnya. Gadis ini pasti tidak tau menau tentang cara menangani hal semacam ini. "Berhati-hatilah, bisa-nya sangat beracun. Dan ingat kita tidak boleh melukainya, itu akan menambah pengaruh Dark yang ada di dalam tubuhnya," ucap Marta diangguki mereka semua. Sedangkan Perly hanya diam di belakang mereka bertiga, tapi matanya tidak pernah berhenti menatap tepat pada mata ular itu. "Perly, kamu tetaplah di sini. Kami akan mengeluarkan pengaruh Dark dari ular itu," ucap Befra menoleh sekilas pada Perly. Befra, Marta dan Tier kemudian berpencar mengelilingi ular itu. Ular itu mengangkat kepala, membuat lehernya melebar seiring dengan tubuhnya yang bertambah besar serta taringnya yang bertambah panjang. Ular itu menyemburkan bisa-nya dan dengan cepat Befra, Tier, dan Marta menunduk dengan tangan kanannya berada di atas kepalanya, membentuk sebuah perisai. Sedangkan Perly hanya bisa menghindar dari bisa beracun ular itu. Dia terlalu cemas saat ini sampai tidak bisa tenang dan fokus pada kekuatannya. "Perly, cobalah untuk fokus dan gunakan kekuatanmu untuk membuat perisai," teriak Marta pada Perly. Marta kembali fokus pada ular itu. "Aku dan Tier akan mengendalikan ekornya, dan Befra yang akan mengeluarkan pengaruh Dark." "Aku tidak bisa. Kekuatanku tidak akan cukup." "Kalau begitu bekukan taringnya agar bisa-nya tidak lagi menetes, dan serahkan padaku selebihnya." Mereka bertiga membuka matanya bersamaan dan mengangguk. "Terra alligatum," ucap Marta dan Tier bersamaan dengan posisi tangannya yang ditumpukan di atas tanah, seolah memerangkap sesuatu dengan tangan itu. Sekarang ekor dan sebagian tubuh ular itu sudah tidak bisa lagi bergerak. "Befra, cepatlah." Befra hanya mengangguk. Befra berdiri dan memfokuskan tatapannya pada taring ular itu. Befra kemudian memajukan kedua tangannya, dan menggenggam seperti seolah-olah dia memegang taring ular itu. "Es ab--" "Jangan!" teriak Perly sebelum Befra menyelesaikan mantranya. • "Perly ...." Perly yang sedang mencoba untuk fokus tiba-tiba mendengar seseorang memanggil namanya. Perly menoleh ke kanan dan kirinya tapi di sana tidak ada siapa-siapa selain dia dan ketiga temannya. Ini adalah kedua kalinya dia mendengar hal semacam ini, dalam waktu kurang dari satu jam. Apa ini sebenarnya? "Perly. Aku di sini." Lagi suara itu kembali menggema di telinganya saat dia kembali memejamkan mata. Dia tidak akan bisa berkonsentrasi kalau begini caranya. Tapi saat dia membuka mata suara itu tak lagi terdengar dan dia tidak melihat orang lain di sana. Namun, Perly menyadari satu hal yaitu mata ular yang ada di depannya masih terus menatapnya. Entah itu hanya firasatnya saja atau apa, tapi Perly yakin yang berbicara padanya tadi adalah ular itu. Perly kembali memejamkan matanya. "Kamu yang berbicara padaku?" ucap Perly dalam hatinya. "Iya. Ini aku, akhirnya kamu meresponku," Perly sempat terkejut saat ular itu menjawab ucapannya. Gadis itu tampak tak percaya. Apa-apaan ini? Berbicara dengan hewan? Ingin mencela, namun Perly kembali ingat bahwa dia sekarang berada di dunia penuh dengan kemustahilan. Maka dia paksa dirinya untuk mencoba percaya. "Perly, tolong aku. Hentikan mereka," ucap ular itu lagi. Perly hanya mengikuti instingnya, berbicara di dalam hatinya, "Bagaimana bisa? Bukankah kamu yang ingin menyerang kami?" "Aku sedang dalam kendali Dark. Jadi tolong dengarkan aku." Perly tak lagi menjawab. Bagaimana kalau ini adalah salah satu bentuk dari kendali dark dan ular itu hanya sedang menghasutnya? Gadis bergelar sang penyelamat itu membuka matanya, yang langsung bersitatap dengan mata si ular. Dan lagi, entah mengapa, Perly dapat melihat raut permohonan di sana. Dalam diam dia bertanya, apa yang salah dengan matanya? Apa yang salah dengan telinganya? Kenapa kedua indera di dalam tubuhnya itu begitu sensitif? Perly kembali menutup mata, "Katakanlah," ucap Perly akhirnya. "Bisa-ku. Mereka ingin membekukan taring dan bisa-ku. Kekuatanku ada pada bisa itu, begitupun kelemahanku. Jika mereka membekukannya, kendali Dark tidak akan lepas dari tubuhku." Ular itu menjelasan padanya, sedangkan dirinya mendengarkan dengan begitu seksama. "Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Perly. "Ikutilah kata hatimu. Kamu hanya perlu membuat bisa itu mengenai diriku sendiri." Perly terdiam dengan masih memejamkan matanya. Dia berpikir, apa yang harus dia lakukan? Tindakan apa yang harus dia ambil? Apa yang harus dia gunakan? Pengetahuannya begitu minim mengenai ini. "Aku yakin kamu bisa melakukannya Perly. Lakukanlah, selamatkan aku dan juga teman-temanmu." Ular itu tidak lagi bersuara setelah mengucapkan itu, begitupun Perly yang sudah membuka matanya. "Apa yang harus aku lakukan? Mengenai tubuhnya? Bagaimana bisa, sedangkan bisa itu keluar dari tubuhnya sendiri," gumam Perly. "Berpikirlah Perly ... ayo berpikir ...." gumamnya lagi. Sesekali matanya akan menatap teman-temannya yang kini mulai menjalankan rencana, sementara dirinya belum juga menemukan cara. "Argh ... bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?" erangnya frustasi, juga gelisah. "Mengenai tubuhnya, itu artinya bisa itu harus kembali padanya. Kembali pada tubuhnya." "Memantul." Perly berhenti bergumam saat kata itu keluar dari mulutnya. "Ya. Itu dia. Hanya perlu memantulkan bisa itu agar mengenai tubuhnya." Perly melihat ekor dan sebagian tubuh ular itu sudah dikunci oleh kekuatan earth milik Tier dan Marta sedangkan Befra yang sedang memfokuskan diri pada taring ular itu. "Ternyata ular itu benar," gumamnya lagi. "Es ab--" "Jangan!" teriaknya dan berlari ke arah Befra. Mereka yang tadinya fokus pada si ular, kini teralih pada Perly yang berlari semakin mendekat. Itu bahaya! "Perly tetaplah di sana. Ini berbahaya bagimu," teriak Marta yang melihat Perly mendekat. Perly berhenti, "Jangan lakukan itu. Kumohon jangan bekukan taringnya," ucap Perly pada Befra, berusaha untuk menghentikan gadis itu. "Perly. Menjauhlah, atau kamu akan celaka." Kini Tier yang berteriak. Tidak! Tidak bisa! Jika dirinya tidak berbuat apa-apa, maka mereka yang akan terkena bahaya, atau, bisa jadi semua pengendali dan makhluk di sini juga terkena imbasnya. Maka, dengan hati-hati, Perly menjelaskannya pada mereka, "Dengarkan aku. Lepaskan kunci yang kalian buat," ucapnya menatap Marta dan Tier. Mereka, tentu saja bingung dengan apa yang Perly katakan. Melepaskan ular ini? Yang benar saja! "Perly, kau ingin kita mati di sini?" tanya Befra menatap Perly heran. Perly berdecak pelan, dirinya tau ini tidak akan mudah, "Percayalah padaku. Lepaskan kuncinya, aku tau cara melumpuhkannya," ucap Perly memberi tatapan serius serta memohon pada mereka. Marta dan Tier masih mempertahankan kunci yang mereka buat. "Percayalah padaku, aku tak mungkin membuat kita dalam bahaya," lanjutnya meyakinkan menatap mereka bertiga bergantian. Perlahan, Marta dan Tier berdiri dan melepaskan kekuatannya membuat ular itu kembali bergerak leluasa. Perly bernafas lega mereka akhirnya mendengarkan dirinya. Tapi kini dia kembali di buat berpikir untuk melakukannya tepat pada sasaran. Dia tidak boleh gegabah, atau dia akan gagal kali ini. "Pasanglah perisai kalian," perintahnya lagi yang sekali lagi dituruti oleh mereka. Entahlah, sadar tak sadar, mereka merasa Perly yang saat ini adalah Perly si pemimpin, bukan lagi adik ataupun teman mereka. Bahkan perintah itu terdengar mutlak meski gadis itu berbicara seperti biasanya. Perly menutup matanya dengan tangan kanannya yang ditekuk di depan wajahnya. Saat mendengar ular itu menyemburkan bisa-nya, Perly membuka matanya dan menatap satu titik bisa yang akan jatuh ke arahnya. Tangannya terkepal, yang entah bagaimana caranya, sebuah perisai kaca berwarna biru tua terbentuk melindungi tubuh bagian depannya. Mata Perly masih menatap intens bisa itu. Sekali lagi, dia dipaksa untuk mempercayai apa yang matanya lihat. Dari sekian banyak titik bisa yang disemburkan oleh ular di depannya, hanya satu titik bisa yang dapat dia lihat untuk dijadikan target. Dan tepat beberapa senti meter di depan perisai buatannya, tangan Perly tergerak, membentuk gerakan melingkar. Dan dia harus mengulas senyum tipis, saat perhitungannya tepat, dia berhasil. Bisa itu terbungkus oleh jel es yang dia buat. Senyum itu hanya seketika, kala dia ingat untuk tidak hanya membungkus bisa ular itu, tapi juga harus membuat bisa itu mengenai tubuh si ular. Maka dengan gerakan cepat, Perly mendorong perisainya, membuat pantulan pada bisa itu sehingga gelembung jel berbalik arah pada tubuh si ular. Dan ya ... mereka bertiga, Befra, Marta, dan Tier, harus dibuat melongo oleh Perly. Bagaimana gadis itu berhasil memecah gelembung jel tersebut dan membuat ular itu mengeluarkan suara yang sangat mengerikan saat bisa-nya sendiri mengenai tubuh. Tak ayal, suara itu membuat burung-burung yang ada di hutan itu berterbangan ketakutan. Tubuh ular itu menyusut seiring dengan keluarnya asap hitam dari dalam tubuh ular itu. "Huh ... huh ... huh ...." Nafas Perly tak beraturan setelah berhasil membebaskan ular itu dari pengaruh dark. "Perly, kamu tidak apa-apa?" ucap Befra segera membantu Perly untuk berdiri. Dan tak sampai satu detik untuk membuat Befra panik saat dirinya memeriksa keadaan Perly, "Dia kehilangan banyak energi dan kekuatannya," katanya dengan raut luas biasa cemas. Marta dan Tier ikut panik, "Bibirnya memutih!" pekik Marta. "Gawat! Kita harus cepat membawanya ke daerah Lightning!" ucap Tier cepat, memposisikan Perly untuk dirinya gendong di bagian depan. "Sebentar ...." Befra menggenggam satu tangan Perly dan memejamkan matanya. Kening Perly berkerut dan tak lama setelah itu, gadis si penyelamat kehilangan kesadarannya. Meski Befra tau, Marta dan Tier mengetahui apa yang sedang dirinya lakukan, namun tetap, dia menjelaskan, "Aku membungkus jantungnya, itu akan membantu agar es itu tidak menembus jantungnya. Ayo cepat, ini hanya bertahan untuk sementara waktu," ucap Befra segera berdiri. "Bagaimana denganmu," tanya Tier menatap Befra. Si gadis froz tersenyum, "Jangan cemaskan aku. Kita harus menyelamatkan Perly terlebih dahulu. Ayo!" ucapnya. Tier dengan cepat menggendong Perly, dan Marta yang membantu Befra berjalan. Percayalah, Marta tau gadis itu akan dengan cepat melemah. • Malam sudah kembali, namun perjalanan empat remaja itu untuk mencapai daerah pengendali lightning belum bisa dikatakan sudah dekat. Walaupun cahaya dari daerah lightning sudah terlihat tapi mereka yang mencapainya masih terasa jauh. Apalagi dengan dua orang dari mereka yang sudah sangat lemah, dan juga energi mereka yang sebentar lagi akan habis karena berlari. "Tier, apakah kita semua akan mati bahkan sebelum kita memulainya?" tanya Marta menghentikan langkahnya membuat Tier ikut berhenti. Gadis itu juga sama lelahnya dengan dirinya. Tapi dia menguatkan diri untuk tidak menyerah sekarang. Belum saatnya, ikrarnya dalam hati. "Marta, kamu jangan menyerah. Saat ini kita tidak punya waktu untuk memikirkan itu, keselamatan dua dunia ada di tangan kita," jawab Tier menyemangati. "Tapi aku sudah tidak kuat, Befra juga sudah mulai tak sadarkan diri," ucapnya menoleh pada Befra yang memang sudah sangat lemah. Marta bahkan dapat merasakan tubuh Befra yang semakin lama semakin mengeluarkan hawa dingin yang pekat. Tier beralih menatap Perly. Efek bola es yang dibuat Befra untuk membungkus jantung Perly sudah akan hilang, tapi mereka belum juga sampai pada tujuan mereka. Tidak! Mereka tidak boleh menyerah! "Marta, aku percaya padamu. Kamu pasti kuat. Kita sebentar lagi akan sampai di daerah Lightning. Ayo, kita tidak boleh menyerah begitu saja. Bertahanlah sebentar lagi, kita berjuang bersama," ucap Tier lagi, kembali memberikan semangat pada Marta. Melihat semangat Tier, Marta akhirnya mengangguk, "Tolong pindahkan Befra ke punggungku. Aku akan menggendongnya saja," ucapnya membuat Tier menurunkan Perlu terlebih dahulu untuk membantu Marta. "Kau tau? Jika kau benar-benar sudah tidak kuat, aku bisa membawa Befra di punggungku dengan Perly di depannya," ucap pemuda itu memberi senyum. Marta tau, itu hanya lelucon untuk membakar semangatnya, maka dia sambut juga dengan senyum dan mengangguk. Mereka berdua kembali berlari. Entahlah itu bisa disebut berlari atau tidak, mereka berdua hanya terlihat memaksa menyeret langkah untuk terlihat cepat dengan nafas yang sungguh tak beraturan. Marta kembali menghentikan langkahnya saat melihat sesuatu di atas batu yang tak jauh dari posisi mereka berdiri. "Tier, lihatlah," ucapnya menunjuk objek yang dia lihat. Tier berhenti dan melihat ke mana arah tunjuk Marta "Itu bunga kehidupan," gumam Tier. Marta mengangguk, "Ya. Itu bunga yang tadi Perly selamatkan," ucap Marta, "Tier, kita bisa menggunakannya untuk menambah energi," lanjutnya senang. Bunga kehidupan hanyalah sekedar sebutan bagi fairy, namun fungsinya sama dengan tanaman energi yang dulu pernah Marta berikan pada Perly. Jangan heran, ini adalah dunia magic. Hal semacam itu sudah biasa bahkan sangat biasa. Kalau saja Perly sadarkan diri saat ini, maka gadis itu akan berkata, "Kalau di duniaku, hal semacam ini hanya akan ada di rumah sakit atau apotek. Namanya vitamin." Dan membiarkan mereka kebingungan memikirkannya. "Itu berada dalam bola es, kita tidak bisa mengambilnya Marta," jawab Tier. Marta berpikir, benar juga. Tapi Marta tak putus asa. Pasti ada cara lain untuk mendapatkan energi dari bunga itu, "Tier, lihat dulu. Bunga itu mencair dan menjadi air di dalam bola itu," ucap Marta lagi membuat Tier berjalan mendekat ke arah bunga itu. "Kamu benar. Kita bisa menggunakannya!" ucap Tier senang membuat Marta juga berjalan mendekat padanya. Tier meletakkan Perly dengan hati-hati di atas rumput, lalu mengambil bunga itu. Tier mengangkat bola es itu tepat pada sinar lightning yang memang tampak di sana. Ketahuilah, sinar lightning juga bisa mencairkan es walaupun tidak membutuhkan waktu yang sebentar. Ketika es itu mencair dan meneteskan air, Tier segera mengarahkannya pada mulutnya begitupun yang dia lakukan pada Marta. Kini, energi mereka sudah kembali setelah meminum tetesan air dari bunga itu, yaa meski hanya sedikit, tapi itu sudah bagus bukan? "Ayo kita lanjutkan. Kita bisa kembali berlari sekarang," ucap Tier kembali menggendong Perly. "Tubuh Perly mulai dingin, sepertinya bola es itu sudah tidak berfungsi!" Tier berucap panik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD