9. Decision

2012 Words
"Tidak perlu khawatir dengan bagaimana alur cerita hidup kita nanti. Biarkan mengalir begitu saja. Tuhan adalah sebaik-baiknya sutradara." ---- Suara derap langkah bersaut-saut terdengar menghentak lantai yang dibalut oleh karpet mahal bermotif mediterania. Dengan santai, Kiano memasuki lift VIP. Ketika dirinya keluar, sudah ada Mike yang berprofesi sebagai asistennya datang menyambut. Membantu untuk membawakan tas kerja yang memang Kiano jinjing sedari tadi di tangan kirinya. "Hari ini jadwalku apa saja?" tanya pria itu seraya berjalan pelan menuju ruangannya. "Seperti biasa, setiap weekend memang selalu di kosongkan,Mister. Tapi di ruangan anda sudah ada Mr. Hans Ulrich yang menunggu. Ia sudah di sana semenjak 30 menit yang lalu." Gegas, Kiano mempercepat langkahnya. Sampai di ruangan, ia langsung mengampiri Hans yang sedang duduk santai di sofa tamu. Pria itu kemudian meminta sang asisten untuk keluar agar ia dan Hans bisa berbincang dengan leluasa. "Ada kabar terbaru?" Hans menutup majalah bisnis yang sebelumnya memang sedang ia baca. "Ada beberapa info yang ingin aku sampaikan." "Kali ini tentang apa?" "Jadi ... " lirih Hans sembari mengeluarkan berkas dari dalam tas yang ia bawa. "Aku ingin memastikan kalau Anne memang fix menjadi target incaran sekelompok mafia. Dan kau harus tahu, di bawah kepemimpinan siapa mafia yang sedang mengejar wanita itu." Kiano sampai memajukan tubuhnya agar dapat mendengar dengan jelas ucapan Hans. "Siapa memangnya?" "Valentino Guzman. Kakek tua asal Sisilia yang bisnisnya beberapa kali kau gagalkan." Kiano langsung berdesis pelan. "Astaga ... Harusnya kakek tua itu memperisapkan diri menghadapi kematian. Umurnya sudah sangat tua. Kenapa masih saja sering mencari masalah." Hans tertawa. Ia tiba-tiba teringat kasus terakhir antara Kiano dan Valentino beberapa waktu silam. Bagaimana anak sulung dari keluarga Winata itu dengan berani menggusur kasino milik mafia asal Sisilia tersebut. Kiano berdalih, kalau Valentino sudah melanggar aturan dengan berbuat semena-mena. Pria tua itu sengaja merampas tanah milik warga tanpa mau membayar sewa sedikit pun. Karena masalah ini terjadi di daerah kekuasaan Kiano, mau tidak mau ia harus turun tangan untuk menyelesaikannya. Beruntung saat itu kelompok Witch Hunter berada dibelakang Kiano. Mereka yang membantu pria itu memukul mundur mafia Sisilia agar pergi dan tidak kembali membuat keributan. "Itu artinya, besar kemungkinan yang membuat salah satu agen M16 cacat saat dikembalikan kepada keluarganya adalah korban dari kebrutalan anak buah Valentino?" Hans mengangguk. "Menurut hasil penelusuran sementara, Giorgino dan Raul Altemose memang ditugaskan secara khusus oleh M16 untuk diam-diam menyelidiki kelompok Valentino. Mungkin saja, di tengah tugasnya mereka berdua menemukan fakta besar. Tapi, tindakan tersebut keburu tercium oleh pihak tua bangka itu. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan mereka sampai dikejar-kejar." "Karena setelah menangkap Raul mereka tidak menemukan hasil apa-apa dan sampai detik ini juga Giorgino tidak diketahui keberadaanya, Valentino akhirnya menjadikan Anne sasaran mereka?" tebak Kiano. "Tepat sekali!" Hans menjetikkan tangannya di udara. "Jadi, bisa ditarik kesimpulan Valentino ingin menculik Anne untuk dijadikan umpan agar Giorgino keluar. Atau mungkin juga Anne yang menyimpan rahasia besar ini. Hal ini yang menyebabkan wanita itu sengaja datang kemari karena ia butuh perlindungan darimu. Seperti yang diketahui semua orang, hotelmu berada di daerah Netral yang mana tidak ada satu mafia pun dari penjuru dunia yang boleh melakukan tindak kejahatan di dalamnya." "Lalu bagaimana soal kehamilan Anne?" Hans tampak diam sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Kita bagi dua tugas kali ini. Mau tidak mau, kau harus membawa Anne ke dokter kandungan terpercaya atau bawa dokter tersebut ke hotelmu. Suruh mereka untuk memastikan kehamilan wanita tersebut. Sedang aku sendiri akan fokus menyelidiki rahasia apa sebenarnya yang Giorgino bawa hingga ia menjadi target buruan Valentino." Kiano mengangguk paham tapi tak berapa lama pria itu berkata lagi. "Kalau ternyata Anne benar-benar hamil, aku harus bagaimana, Hans?" Hans kali ini terkekeh pelan. Ia bisa melihat bagaimana raut wajah Kiano yang berubah mengelam. Sepertinya pria itu sampai detik ini tidak terima dikatakan telah menghamili seorang wanita asing. "Kalau sampai Anne benar hamil, ku sarankan untuk segera menikahinya, Kai. Ini semua agar tidak ada tuduhan skandal yang mana nantinya malah bisa mencoreng nama baikmu. Perkara anak dalam perutnya adalah anakmu atau bukan, bisa kita buktikan ketika ia lahir. Yang penting kau harus sedikit bersabar." Kiano memejamkan matanya dramatis. Apa yang dikatakan Hans sama persis seperti saran yang Edward sampaikan beberapa waktu lalu. Sepertinya ia harus mengambil tindakan cepat sebelum semuanya terlambat. **** "Anne, buka pintunya." Kiano, saat jam makan siang memutuskan untuk segera mendatangi Annastasia yang sedang bersantai di kamarnya. "Ada apa?" tanya wanita itu ketika membuka pintu. "Cepat ganti baju, aku ingin membawamu keluar." "Kemana?" "Ck ... " Kiano langsung berdecak. "Cepat turuti saja perintahku dan jangan banyak bertanya." Anne mengerucutkan bibirnya. Tidak melayangkan protes tapi menuruti perintah Kiano untuk berganti pakaian. Bersiap-siap kemudian mengekori langkah pria itu menuju mobil sport miliknya yang terparkir rapi di area VVIP. "Sebenarnya kita mau ke mana?" tanya wanita itu di dalam perjalanan. "Nanti kau juga tahu ke mana aku membawamu," jawab Kiano tanpa menoleh sedikit pun. Pria itu fokus memacu kendaraannya hingga sampai ke sebuah klinik bersalin yang letaknya lumayan jauh dari pusat kota. "Mau apa kita kemari?" tanya wanita itu bingung. "Tentu saja memeriksakan kandunganmu." Kiano menjawab dengan santai. Memilih turun lebih dulu. Pria itu kemudian mengitari mobil dan dengan sengaja membantu Anne membukakan pintu lalu mempersilahkannya untuk turun. "Kau bilang sedang hamil anakku, kan? Bukannya orang hamil itu harus rajin memeriksakan kandungannya? Aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu pada calon bayiku," kilah pria itu. Anne terdiam. Dalam keheningannya Kiano langsung menarik pergelangan tangan wanita itu untuk segera masuk ke klinik. Sesampainya di dalam salah satu ruang praktik, sudah ada dokter yang sepertinya memang sedang menunggu kedatangan mereka berdua. "Astaga Kiano, ku pikir kau bercanda ingin mengunjungiku kemari." Seorang dokter pria langsung menyapa dengan Akrab. Ia bertindak seolah-olah memang sudah begitu mengenal dekat sosok Kiano. "Steve, tolong periksa kandungan calon istriku. Aku hanya sedang mengkhawatirkan keadaannya." Dokter bernama Steve itu mengangguk. Pandangan matanya langsung beralih pada sosok wanita yang berdiri diam tepat di sebelah Kiano. "Ayo, Nona. Kau bisa langsung naik ke kasur pasien agar bisa ku periksa." Anne menurut. Wanita itu langsung membawa kakinya menuju kasur lalu membaringkan dirinya di sana. "Sebelum aku memeriksa lebih lanjut, boleh aku tahu terlebih dahulu nama dan umurmu untuk data diri pasien?" tanya Steve sembari mengambil pena dari saku jas dokter yang ia kenakan. Anne mengangguk. "Tentu saja. Tapi, apa boleh aku menulis sendiri data diriku?" tanya wanita cantik itu seraya tersenyum. Steve mengangguk. "Silahkan." Anne kembali menegakkan tubuh. Meraih sticky note dan pena yang Dokter Steve sodorkan padanya. Terlihat wanita itu begitu serius mengisi data lengkap dirinya di sana. Setelah selesai, cepat-cepat ia mengembalikan. "Terima kasih," ucap Steve. Sejurus kemudian pria itu membaca dengan seksama satu per satu data yang Anne tuliskan di lembar khusus pasien. "Jadi namamu Annastasia Judith Estelle dan saat ini berumur 28 tahun?" Anne mengangguk. "Benar, dok." "Namamu cantik persis seperti penampilanmu," puji dokter Steve. "Terima kasih," sahut Anne. Wanita itu kemudian kembali berbaring. Membiarkan dokter pria itu mulai menjalankan pemeriksaan dasar seperti pada wanita hamil umumnya. Selesai menjalankan semua prosedur, dokter tersebut menghampiri Kiano yang sedari tadi hanya duduk diam memperhatikan. "Kandungan calon istrimu baik-baik saja." Untuk sesaat, Kiano mendengarkan dengan seksama. Mencerna satu per satu informasi yang Steve jabarkan padanya. "Jadi, Anne benar hamil?" tanyanya memastikan. Steve mengangguk membenarkan pertanyaan Kiano tanpa ragu sedikit pun. "Bahkan menurut mesin USG, janin di dalam perutnya sudah memasuki usia 11 minggu." Kiano menegapkan punggungnya. Pria itu melirik sekilas pada Anne yang sedari tadi diam mendengarkan, detik berikutnya kembali menatap ke arah Steve, seraya berkata-kata. "Baiklah kalau begitu. Terima kasih atas bantuanmu, Steve. Aku tidak bisa berlama-lama di sini." Kiano kemudian bangkit dari duduknya. Meraih pergelengan tangan Anne meminta wanita itu untuk mengikuti langkahnya menujut mobil. "Bagaimana?" tanya Anne. "Masih meragukan kehamilanku?" Kiano menoleh. "Jelas saja. Perlu kau ingat, belum ada bukti konkrit anak yang ada di dalam perutmu adalah darah dagingku." Sambil memainkan handphone-nya, wanita itu menjawab. "Silahkan periksa ketika bayi itu lahir ke dunia." Kiano diam. Kembali merasa tidak tahu harus bagaimana lagi menanggapi ucapan Anne. Pria itu memilih memacu mobil sport yang ia kemudikan ke tempat tujuan lainnya. "Kali ini kita kemana?" Anne masih saja penasaran. Karena dari gelagatnya, mobil yang pria itu kendarai mengarah ke pusat kota. Bukan jalan pulang menuju hotel. Hingga tak berapa lama, tebakan Anne terbukti. Mobil sport itu berhenti di pelataran sebuah butik ternama. "Cepat turun, dan pilih gaun terbaik di sana. Setelah ini, kita berdua akan pergi ke acara perayaan yang diadakan oleh kedua orang tuaku. Dan perlu kau ingat juga! Bersikap baiklah saat berada di sana. Jangan permalukan dirimu sendiri dengan bertindak bodoh." Anne mengangguk paham. Wanita itu pasrah menuruti perintah yang diberikan. **** Kiano tidak berkedip sedikit pun. Pria itu benar-benar bersikap seperti seseorang yang sedang terhipnotis. Netranya melempar tatapan memindai dari ujung rambut hingga kaki pada Anne yang kini tengah menggunakan gaun pilihannya. Wanita itu bahkan sudah mengenakan make up selayaknya orang yang siap pergi ke sebuah pesta. Dengan dibalut gaun A-line off shoulder di tambah aksen glitter di beberapa bagian, menjadikan penampilan Anne begitu mempesona. Punggung dan kaki jenjang wanita itu juga terekpose sempurna. Bahkan rambut cokelatnya dibiarkan tergerai, menambah kesan seksi bagi siapa pun yang melihatnya. "Kita pergi sekarang?" Pertanyaan itu nyatanya mampu membuat Kiano semakin terkesiap. Hingga tak lama akhirnya pria itu tersadar kemudian mengumpat dalam hati. Astaga! Jangan katakan kau mulai tergoda dengan wanita itu! "Ok." Kiano berjalan lebih dulu menuju mobil. Membukakan pintu lalu mempersilahkan wanita itu untuk masuk. Sepanjang perjalanan, keduanya memilih saling diam. Jika Anne lebih banyak membawa matanya memperhatikan deretan gedung-gedung yang mereka lewati. Berbeda dengan Kiano yang sesekali tampak mencuri pandang karena masih saja merasa takjub dengan penampilan Anne yang memang tidak biasa kali ini. "Kita sudah sampai." Pada akhirnya mobil yang Kiano kendarai sampai juga di sebuah pelataran rumah mewah di daerah Kensington. Seorang petugas keamaan langsung sigap membantu untuk membukakan pintu. Mempersilahkan Kiano dan Anne untuk turun. Dari luar, sudah terlihat banyaknya mobil terparkir dengan rapi. Bisa di pastikan Luna mengundang banyak orang di acara perayaan kali ini. Tidak ingin banyak membuang waktu, Kiano langsung meraih pergelangan tangan Anne. Menggenggamnya erat, lalu menuntun wanita itu untuk segera masuk ke tempat acara. Seperti yang pria itu duga, sudah begitu banyak tamu berkumpul di sana. "Kiano," Panggilan seseorang yang begitu pria itu hapal mengalihkan pandangannya. Refleks Kiano menoleh ke sumber suara. Sudah ada seorang wanita datang menghampiri dan langsung menghambur pelukan. "Mama pikir kau tidak akan datang malam ini," ucap wanita itu setelah mengurai pelukannya. "Mana mungkin aku tidak hadir di acara penting seperti ini." Luna kemudian melirik pada Anne. Memperhatikan penampilan wanita itu seraya berucap lirih. "Siapa wanita cantik ini, Kai? Kau tidak ingin mengenalkannya pada Mama?" Kiano menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman. Yang mana detik selanjutnya pria itu dengan percaya diri menjawab pertanyaan sang Mama. "Kenalkan, Ma, ini Annastasia. Dia calon istriku." . . (Bersambung) . Aku nggak pernah bosan buat ingatin kalian semua. Semua Visual/Jadwal update/spoiller cerita/atau berita lainnya, aku info di story sss/ig story @novafhe. Silakan follow/add ya. Atau gabung di grup sss khusus pembaca : Fhelicious Grup wa khusus pembaca, bisa klik link nya di profile i********:. . === CARA MEMBELI KOIN UNTUK MEMBUKA BAB SELANJUTNYA === Cara membeli koin via aplikasi DANA. Kenapa saya pilih DANA? Karena aplikasi DANA jarang sekali mengalami eror/gangguan. (Tidak seperti melakukan pembelian lewat pulsa/ovo/gopay yang sering mengalami eror hingga koin tidak masuk ke dompet pembaca) . 1. Login Aplikasi (WAJIB) 2. Klik tanda TOKO 3. Pilih jumlah koin yang ingin di beli 4. Pilih motede p********n. (Karena ingin membeli pakai DANA , pilih 'DANA' - Jangan lupa, pastikan APLIKASI DANA ANDA SUDAH TERISI SALDO SEBELUMNYA (tidak kosong) 5. Tekan bayar 6. Tekan lanjut 7. Masukkan nomor handphone/nomor Dana anda 8. Klik lanjutkan 9. Masukkan kode pin DANA 10. Masukkan kode yang di kirim via SMS 11. Tunggu beberapa detik sampai tulisan layar di handphone berubah 'BERHASIL' 12. Cek dompet yang ada di aplikasi Dreame/Innovel. Jika koin sudah bertambah, bisa langsung di gunakan. . Selamat Mencoba. Semoga informasi yang saya berikan bermanfaat. . INGATTTTT, KALAU PEMBELIAN KOIN GAGAL, BISA LAKUKAN PELAPORAN KE CS MERCHANT (APLIKASI DANA) BUKAN PROTES KE PENULIS YAHH. KARENA YANG JUALAN KOIN ITU PIHAK APLIKASI BUKAN PENULIS. . THANKISS PERHATIANNYA
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD